2. DINASTI GOLDEN HORDĒ>> (1256-1391)
Pada masa Oghtai, terjadi penaklukan (1236-1237) besar-besaran terhadap lembah Sungai Vulgha dan Siberia. Di bawah kepemimpinan Batu[21], warga nomad Mongol dan Turki menaklukkan beberapa daerah di bagian utara laut Aral dan Caspia dan mendirikan ibukota mereka di sungai Volga. Dalam penyerbuan yang paling besar dalam sejarah dunia, The Golden Horde>[22] juga menaklukkan Rusia, Ukraina, Polandia Selatan, Hungaria dan Bulgaria dan membentuk sebuah imperium yang mengembangkan wilayahnya ke arah utara sampai wilayah hutan Rusia, kea rah selatan sampai ke laut Hitam dan Caucasus. Moskow merupakan wilayah kekuasaan boneka yang utama bagi rezim Golden Horde; sedang beberapa penguasa Rusia lainnya bertanggung jawab kepada Moskow untuk pembayaran pajak.[23]
Bangsa Turki dan Mongol yang tengah mengadakan penaklukan tersebut segera mendapatkan sebuah identitas sejarah yang baru. Melalui pergaulan dengan warga taklukan, mereka terlibat dalam percakapan bahasa Turki “Tartar” dan akhirnya mereka memeluk agama Islam.[24]
Di antara pemimpin Mongol pertama yang memeluk Islam ialah Barkha Khan (1256-1267), cucu Jengis Khan dari putranya Juchi Khan[25], yang menguasai Eropa timur dan tengah dan berkedudukan di Sarai, lembah Wolga. Dia dan para pengikutnya memeluk Islam pada tahun 1260 berkat dakwah para ulama sufi yang berada di daerah tersebut. Pada tahun itu juga Barkha mengirim ribuan tentaranya untuk membantu sultan Baybars di Mesir yang sedang menghadapi serangan Hulagu Khan dan tentara Salib. Dalam pertempuran di Ain Jalut pasukan Hulagu dapat dihancurkan. Sejak itu agama Islam berkembang pesat di lembah Wolga dan orang-orang Mongol yang bermukim di wilayah itu menyebut diri sebagai orang Kozak (Kystchak). Menurut Ibnu Katsir[26], Barkha Khan meninggal pada tahun 665 H dan digantikan oleh salah seorang dari keluarganya yang bernama Mankutmar[27] Bin Tughan Bin Babu bin Tuli bin Jenghis khan.
Imperium Golden Horde mempertahankan kekuasaannya dari pertengahan Abad tigabelas sampai pertengahan abad limabelas, tetapi secara perlahan-lahan mengalami disintegrasi akibat tekanan ekspansi Utsmani (yang mengusir pihak Golden Horde dari wilayah Laut Tengah), dan kebangkitan Moskow, Moldavia, dan Lithuania. Demikian juga, dalam rentang abad empatbelas sampai abad enambelas, The Golden Horde> terpecah menjadi sejumlah wilayah kekuasaan yang lebih kecil dan terpecah belah menjadi beberapa kelompok Tartar Crimea, Tartar Volga, etnis Uzbek dan Kazakh. Khan di Crimea, yang mengklaim sebagai keturunan jenghis Khan, memproklamirkan diri sebagai penguasa independen pada tahun 1441. Khan di Khazan, Astrakhan, dan Siberia juga membentuk wilayah sendiri yang otonom.
Di bawah ini adalah rangkaian Dinasti Golden Horde> :
a. Batu (1237-1256), pendiri.
b. Berke (1256-1267).
c. Mongke Timur (1267-1280).
d. Tuda Mongke (1280-1287).
e. Tula Bugha (1287-1290).
f. Turcht (1290-1313).
g. Uzbeg Khan (1313-1340).
h. Jani Beg (1340-1357).
i. Birdi Beg (1357-1359).
j. Tokhtamis (1359-1404).
k. Idhikhu Khan (1404-1419).
Menjelang hancurnya Golden Horde, berdirilah beberapa dinasti Tatar yang merdeka di antaranya :
1. Dinasti Khazan (1437-1557), pendirinya Ulugh Muhammad Khan.
2. Austrakhan (1466-1556), pendirinya Qasim Khan anak Uluhg Muhammad Khan.
3. Cremia (1420-1783), pendirinya Tash-Timur dan Ghazi Girai.
3. DINASTI ILKHAN (1256 – 1335 M)
Baghdad dan daerah-daerah yang ditaklukkan Hulagu selanjutnya diperintah oleh dinasti Ilkhan. Ilkhan adalah gelar yang diberikan kepada Hulagu[28]. Daerah yang dikuasai dinasti ini adalah daerah yang terletak antara Asia Kecil di barat dan India di timur, dengan ibukotanya Tabriz. Umat Islam, dengan demikian dipimpin oleh Hulagu Khan, seorang raja yang beragama Syamanism. Hulagu meninggal tahun 1265 M dan diganti oleh anaknya, Abaga ( 1265-1282 M) yang masuk Kristen, berkat bujukan ibunya Dokuz Khatun. Dalam istanya banyak pendeta Kristen tinggal, diantaranya sebagai penasehat politik. Pada tahun 1274, Abagha mengirim utusan khusus menghadiri Konsili Lyon. Dia sering berkirim-kiriman surat dengan Raja Louis (1266-1270) dari Prancis dan raja Charles I (1268-1285 ) dari Sicilia.
Baru rajanya yang ketiga, Ahmad Teguder ( 1282-1284M), yang masuk Islam. Karena masuk Islam, Ahmad Teguder ditantang oleh pembesar- pembesar kerajaan yang lain. Akhimya, ia ditangkap dan dibunuh oleh Arghun yang kemudian menggantikannya menjadi raja (1284-1291 M). Raja dinasti Ilkhan yang keempat ini sangat kejam terhadap umat Islam. Banyak di antara mereka yang dibunuh dan diusir.
Pengganti Arghun, yaitu Baidu Khan (1293-1295) berbuat serupa. Namun justru pada masa pemerintahan Baidu inilah terjadi peristiwa paling bersejarah. Putranya yang menggantikan dia, Ghazan Khan (1295-1302), walaupun sejak kecil dididik sebagai penganut Budhis yang fanatik, ketika naik tahta menyatakan memeluk Islam.
Peristiwa tersebut merupakan kemenangan besar Islam. Ghazan lahir pada tanggal 4 Desember 1271 M. Usianya ketika naik tahta belum genap berusia 24 tahun. Pada umur 10 tahun dia diangkat menjadi gubernur Khurasan. Pendamping dan penasehatnya ialah Amir Nawruz, putra Arghhun Agha yang telah memerintah selama 39 tahun di beberapa provinsi Persia di bawah pengawasan langsung Jengis Khan dan penggantinya. Amir Nawruz merupakan pembesar Mongol awal yang memeluk agama Islam secara diam-diam. Atas usaha dialah Ghazan Khan memeluk agama Islam. Ajakan memeluk Islam itu berawal ketika Ghazan sedang berjuang merebut tahta kerajaan dari saingan utamanya, Baidu. Amir Nawruz berkata, “Tuanku ! Berjanjilah, apabila kelak Allah menganugerahkan kemenangan kepada Tuan, sebagai ucapan syukur Anda mesti memeluk agama Islam !” Atas petunjuk dan nasihat Amir Nawruz itulah Ghazan Khan berhasil mengalahkan Baidu dan naik tahta pada tanggal 19 Juni 1295 (4 Sya’ban 644 H). Janjinya untuk memeluk Islam dipenuhi hari itu juga. Bersama 10.000 orang Mongol lain, termasuk sejumlah pembesar dan jenderal dia mengucapkan dua kalimah syahadat di hadapan Syekh Sadruddin Ibrahim, putra tabib terkemuka al-Hamawi. Setelah empat bulan memerintah, Sultan Ghazan memerintahkan tentaranya menghancurkan kuil Budha, gereja dan sinagor di seluruh kota Tabriz. D atasnya kemudian dibangun kembali masjid dan madrasah, sebab di tempat yang sama itulah dahulu Hulagu menghancurkan puluhan madrasah dan masjid yang megah. Dengan berbuat demikian dia telah menebus dosa leluhurnya kepada kaum muslimin.
Menurut Edward G. Browne (Literary History of Persia), Vol. II, 1956), dalam sejarah Persia Sultan Ghazan merupakan raja Mongol pertama yang mencetak uang dinar dengan inskripsi Islam. Syariat Islam kemudian kembali ditegakkan dan undang-undang kerajaan diganti dengan undang-undang baru yang bernafas Islam. Pada bulan November 1297 amir-amir Mongol mulai memakai jubah dan surban ala Persia, dan membuang pakaian adat nenek moyangnya. Walaupun perubahan itu menyebabkan banyak orang Mongol yang masih beragama Budha tidak puas, dan terus menerus menyebarkan intrikintrik dan meletuskan sejumlah pemberontakan, namun pemerintahan Ghazan relatif aman dan mantap. Reformasi lain yang dia lakukan ialah pengurangan pajak dan penyusutan jumlah pelacuran dan lokasinya diseluruh negeri.
Sultan Ghazan wafat pada tanggal 17 Mei 1304 dalam usia 32 tahun disebabkan konspirasi politik yang bertujuan mengangkat Alafrank, putra saudara sepupunya Gaykhatu, sebagai raja Mongol beragama Budha. Kematiannya ditangisi di seluruh Persia. Dia bukan hanya seorang negarawan muda yang bijak dan taat beribadah, tetapi juga pel indung i lmu dan sastra. Dia menyukai seni, khususnya arsitektur, karejinan dan ilmu alam. Dia mempelajari astronomi, kimia, mineralogy, metalurgi, dan botani. Dia menguasai bahasa Persia, Arab, Cina Mandarin, Tibet, Hindi dan Latin. Penggantinya, Uljaytu Khudabanda (1304-1316), meneruskan kebijakannya. Tetapi raja Mongol yang paling saleh ialah Abu Sa’id (1317-1334 M), pengganti Uljaytu. Di bawah pemerintahan Abu Sa’id ini lah orang Mongol Persia menjadi pembela gigih Islam serta pelindung utama kebudayaan Islam.
Namun, pada masa pemerintahan Abu Sa'id ( 1317-1334 M), pengganti Muhammad Khudabanda, terjadi bencana kelaparan yang sangat menyedihkan dan angin topan dengan hujan es yang mendatangkan malapetaka. Kerajaan Ilkhan yang didirikan Hulagu Khan ini terpecah belah sepeninggal Abu Sa'id. Masing-masing pecahan saling memerangi. Akhirnya, mereka semua ditaklukkan oleh Timur Lenk.[29]
C. Hasil Peradaban Mongol Masa Islam
1. Masa Dinasti Chaghtai
Di balik sejarah gelap terdapat titik terang bagi kemajuan bangsa, setidaknya bangsa-bangsa pada waktu itu. Pada masa Timuriah, terutama masa Timur, peradaban maju pesat. Pada masa ini tercatat undang-undang dan kebijakan-kebijakan Timur di antaranya :
a. Pemberian tunjangan tetap bulanan kepada para vikhari (pengemis) agar mereka tidak mengemis lagi.
b. Penegakkan hukum yang tidak pandang bulu
c. Pembangunan Masjid, rumah sakit, sarai khana (tempat istirahat para pelancong) dan sekolah
d. Fasilitas-fasilitas untuk para petani dan fasilitas-fasilitas untuk para pedagang.
e. Pada masa Shakhrukh, Ilmu pengetahuan dan seni maju pesat, ia mendirikan sebuah Observatarium di Samarkhand. [30]
The Gur-i Amir, or Timur's Mausoleum, in Samarkand, built in 1404 Courtesy of AL-AFFA Tour[31]
2. Masa Dinasti Golden Horde
Pada Dinasti ini terutama pada masa Barka Khan, telah dibangun rumah-rumah ibadah dan perguruan-perguruan tinggi Islam pada kota-kota belahan utara.[32] Barka Khan mengganti UUD Mongol diganti dengan syari’at Islam. Selanjutnya semasa Uzbeg Khan, administrasi kenegaraan diterapkan sesuai dengan syari’ah Islam. Kesenian dan sastra berkembang pesat pada masanya. Masjid-masjid dan sekolah-sekolah di bangun dengan gaya arsitektur yang indah. Menurut Ibnu Bathutah : pada periodenya Golden Horde menjadi Negara Islam yang paling sempurna.
3. Masa Dinasti Ilkhan
Di bawah pemerintahan Mahmud Ghazan dan atas kecakapan menterinya bernama Rashid al Din at Tabib, terjadi kemajuan pesat di bidang pertanian dan pembaharuan kebijakan keuangan, pembentukan petugas pencatat pajak, dan semangat dalam perencanaan program pembangunan fisik, termasuk di antaranya adalah pembangunan pusat-pusat perdagangan, jembatan dan seluruh kota. Selain yang disebutkan di atas pada periode ini, Umat Islam melahirkan ilmuwan internasional di antaranya :
a. Ibnu Taimiyah.
b. Nasir ad Din Tusi, (w. 1274 M), ahli astronomi, ahli geometri, ahli matematika. Ia mendirikan sebuah observatorium di Maragha, sebuah tempat yang terletak di Asia Kecil.[33]
c. Al Juwaini, dengan karyanya : History of the World Conquerors, memaparkan kisah Jenghis Khan dan penaklukan Iran.
d. Rasyid al Din Fazlullah, seorang ilmuwan fisika dan seorang menteri, menulis karya Compendium of histories (جوامع التواريخ), yang mengintegrasikan sejarah Bangsa Cina, India, bangsa Eropa, Muslim, dan sejarah Mongol ke dalam sebuah perspektif kosmopolitan mengenai nasib umat manusia.[34]
D. Belajar dari Sejarah
Allah SWT. Berfirman :
Artinya, ”Dan taatlah kepada Allah dan rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.[35]
Rasulullah bersabda : ”Hampir saja, bangsa-bangsa berbondong-bondong mengerubuti kamu, sebagaimana hidangan mengundang selera pemangsanya. Kami (para Sahabat) bertanya, ”Apakah waktu itu kami minoritas, Ya Rasulullah?. Tidak, bahkan pada waktu itu kamu mayoritas, tetapi keadaan kamu hanyalah laksana buih. Rasa gentar tercerabut dalam hati musuh-musuhmu dan (sesuatu) telah menjadikan dalam hatimu ”Al Wahn”. Kami bertanya, ”Apa ”Wahn” itu? Rasul menjawab : Mencintai kehidupan / harta (dunia) dan takut mati.[36]
Sejarah mencatat bagaimana sabda Rasulullah tersebut terbukti pada mayoritas umat Islam pada masa menjelang penyerangan mongol. Dr. Muhammad Sayyid Al Wakil[37] setelah dengan panjang lebar menerangkan kisah penyerangan bangsa Tartar terhadap dunia Islam, beliau memberikan komentar dan analisa sebab-sebab kekalahan telak umat Islam, di antaranya :
1. Perpecahan dan konflik internal kaum muslimin melicinkan jalan bagi pasukan Tartar untuk menginvasi negeri-negeri Islam tanpa rintangan yang berarti.
2. Perpecahan menyebabkan hilangnya nyali dari kaum muslimin dan sebaliknya membuat nyali orang-orang Tartar semakin kuat.
3. Panatik madzhab dan adu domba dari orang munafik, Ibnu Al Qami, saorang Syi’ah Rafidhah.
Catatan yang cukup menarik tentang kekalahan tentara kaum Muslimin Baghdad itu terdapat dalam buku Tarikh al-Islam (hlm. 206- karangan sejarawan terkenal abad ke-13M Muhyiddin al-Khayyat: “Sejak bertahun-tahun lamanya telah timbul pertentangan tajam antara pengikut Sunni dan Syi ’ah, juga antara pengikut mazhab Syafi ’i dan Hanafi. Pertumpahan darah telah sering pula terjadi dalam pertikaian yang timbul diantara golongan-golongan yang saling bertentangan itu. Pada saat itu khalifah yang berkuasa ialah al-Mu’tasim, sedangkan wazirnya Muayyad al-Din al-Qami, seorang tokoh Syi’ah terkemuka.”[38]
Penyebab lainnya yang tidak kalah penting untuk dijadikan pelajaran ialah Umat Islam ketika itu terlena dengan harta benda (hubbd dunya) dan lemahnya ruhul jihad mereka karena takut mati (karahiyatul maut). Ibnu Katsir dalam kitabnya Al Bidayah wan Nihayah menyebutkan bagaimana sepak terjang Ibnu Taimiyah terus-terusan berdakwah untuk memotivasi mereka untuk berjihad yang pada waktu itu mereka hobi minum-minuman keras,[39] kuatnya pengaruh faham sufi dan taqlid.[40]
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Karim, M. Islam di Asia Tengah; Sejarah Dinasti Mongol Islam, Bagaskara, Jogyakarta, 2006
----------------------. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Pustaka Book Publisher, Yogyakarta, 2007
Al Qur’an dan Terjemahnya, Depag
Cd Al Maktabah Syamilah
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, PT. Ikhtiar Baru van Hoeve, Jakarta, 2005.
Glasse, Cyril, Ensiklopedi Islam, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1999
http://www.sambuh.com/
http://http://www.wikipedia.com//
Lapidus, Ira M., Sejarah Sosial Umat Islam (Terjmh), PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1999.
Musyrifah Sunanto, Prof, Dr. Hj. Sejarah Islam Klasik; Pengembangan Ilmu Pengetahuan Islam, Prenada Media, Jakarta, 2003
Nasution, Harun, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, UI-Press, Jakarta, 1984
Rasyidi, Badri., Sejarah Peradaban Islam, CV. Armico, Bandung, 1987
Sayyid Al Wakil, Muhammad, Dr. Lahmatun min Tarikhid Da’wah :Wajah Dunia Islam, terj. Fadhly Bahkri LC, Pustaka Al Kautsar, Jakarta, 1998.
USU digital library 8
Yatim, Badri, Dr., Sejarah Peradaban Islam, Rajawali Press, Jakarta, 2002.
[1] M. Abdul Karim, Islam di Asia Tengah (Yogyakarta: Bagaskara, 2006), hlm. 1.
[2] Hj. Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik (Jakarta: Prenada Media, 2003), hlm 193.
[3] http://www.wikipedia.com/Jengis
[4] Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam (PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1999), hlm 272.
[5] http://www.wikipedia.com/, lihat pula Ahmad Syalabi dalam Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajawali Press, 2002), hlm. 99
[6] Ibid, hlm 112.
[7] Bahrum Saleh, Drs. M.Ag, JENGISKAN DAN HANCURNYA SEBUAH PERADABAN (Makalah : Sebuah Analisis Sejarah)
[8] Menurut Ira M. Mapidus dalam bukunya A. History of Islamic Societies (tejmh) hlm 639, Sejarah Masyarakat Islam di Asia Tengah sejak periode Mongol sampai periode kontemporer ini pada garis besarnya dapat dibagi menjadi tiga wilayah yaitu : Pertama, Wilayah padang rumput bagian barat dan utara, yakni wilayah Golden Horde> dan penggantinya Kazakh; Kedua, Turkestan (nama modern bagi Tsansoxania dan beberapa wilayah disekitarnya) yang merupakan pusat bagi dinasti Timuriah dan pemerintahan Uzbek pada masa sesudahnya. Ketiga, wilayah sebelah barat Turkestan, yakni daerah perkotaan kabilah di sekitar oases, yang menjadi propinsi Cina Sinkiang pada akhir abad sembilanbelas.
[9] WWW. WIKI. PEDIA.COM
[10] Ibid.
[11] Bosworth, The Islamic, hlm 169 dalam Karim, Ibid, hlm 49.
[12] Ibid, hlm 50.
[13] Sebagian besar sejarawan berpendapat bahwa Orghana telah memeluk Islam, lihat Karim, Ibid hlm 50.
[14] Ia merupakan Muslim pertama dan orang Mongol pertama yang memakai nama Islam yang memerintah pada dinasti ini.
[15] Setelah masuk Islam memakai nama Alauddin.
[16] www.itihaas.com/medieval/
[17] www.wikipedia.com
[18] Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007), hal. 289.
[19] Karim, Islam di Asia Tengah …, hal. 57
[20] Hamka, dalam Badri Yatim, Ibid, hlm. 123.
[21] Batu adalah anak dari Jochi bin Jenghis khan.
[22] Disebut Golden Horde menurut Spuler asal dari kata Sira Wardu, sedang Lane poole Sir Wardah yang artinya ’kemah emas’. Selain itu warna kulit mereka juga warna emas. (lihat M. Karim, Islam di Asia Tengah …., hlm 61.
[23] Lapidus, Ibid, hlm. 642.
[24] Ibid, hlm 643.
[25] Menurut Ibnu katsir dalam kitabnya Al Bidayah wan Nihayah, jilid XIII hlm 249, ia adalah putra Tuli bin Jengis Khan.
[26] Ibid.
[27] Boleh jadi yang dimaksud Mankutmar oleh Ibnu katsir adalah Mongke Timur (1267-1280).
[28] lihat Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam (Ikhtiar Baru Van Hoeve, Jakarta 2005), hlm 44. lihat pula Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya (UI Press, Jakarta 1984), hlm 80.
[29] Disarikan dari buku Islam di Asia Tengah, susunan Dr. M. Abdul Karim, M.A., M.A dan buku Sejarah Kebudyaan Islam susunan Dr. Badri Yatim.
[30] Karim, Ibid), hlm. 101-104.
[31] http://www.sambuh.com/
[32] Musyrifah Sunanto, Ibid, hlm 198.
[33] Ibid, hlm 207.
[34] Lapidus, Ibid, hlm 430.
[35] Al Qur’an Surat Al Anfal: 46.
[36] H.R. Abu Dawud dan Ahmad
[37] Sayyid Al Wakil, Lahmatun min Tarikhid Da’wah (Wajah Dunia Islam, terj. Fadhly Bahkri LC), hlm 293.
[38] USU digital library 8
[39] Ibid., jilid XIV, hlm 9.
[40] Badri Rasyidi, Sejarah Peradaban Islam (CV. Armico, Bandung, 1987), hlm. 91.
Source: http://aa-den.blogspot.com