Film
Dulu saat aku masih anak-anak, aku sering pergi ke Ciawi bersama keluargaku. Di sana kami sering menonton film di malam hari. Bahkan kami sering membuat perjanjian agar jangan tertidur sebelum film abis. Padahal filmnya habis jam 11 malam. Dan mata sudah begitu ngantuk.
Bahkan saat tahun baru film nya habis jam 1. Untunglah saat tahun baru ada terompet yang berbunyi, kembang api yang menyala, kerang rebus, ayam bakar, dan sate. Jadi mata melek terus. Walau bajunya berbau seperti sate, dan kami tidak menonton film dengan konsen.
Saat itu film hero seperti superman, batman, dan lain-lain. Aku pikir toh aku bisa beli vcd nya. Tapi saat ingin beli VCD nya aku merasa film nya jadul banget males nontonnya. Dan akhirnya g beli deh. Sekarang karena sudah dewasa juga sudah tidak di belikan terompet lagi, padahal ingin banget meniupnya. Inget saat anak-anak. Waktu itu kami selalu meniup terompet. Sampai terompetnya basah dan ujungnya basah akhirnya harus dipotong pakai gunnting oleh tante Yuli.
Berlibur ke Purwerejo
Purwerejo adalah tempat ayahku dilahirkan. Purwerejo adalah kampunng halamanku. Tempat di mana nenek, sepupu serta tante, bude, om, dan pade ku tinggal. Di sana juga ada kuburan kakek ku serta nenek buyutku.
Aku sangat menyayangi kakekku, walaupun kenangan yang kami miliki hanya dikit, dan kennangan itu adalah saat hari kakaku di sunat. Dan saat itu aku dipangku oleh kakekku dengan kasih sayang. Begitu hangat. Dia membelai rambutku. Aku beruntung bisa merasakan kasih sayang dari kakekku walau hanya sebentar.
Dan mengenai nenek buyutku. Namanya adalah mbah Tukini. Aku pernah melihatnya. Saat itu ia sudah begitu tua, dan harus diurusi oleh nenekku yakni mbah Murni. Mbah Tukini ini dulu mengasuh ibuku dari lahir sampai berumur 5 tahun. Selama diasuh oleh mbah Tukini, ibuku begitu menderita. Balon yang tak pernnah dibelikan, susu kaleng serta makanan enak yang disembunyikan, serta kolang-kaling merah yang tak pernah diberikan saat lebaran tiba.
Sungguh menyedihkan, memang paling enak itu adalah saat-saat di mana tinggal bersama orang tua sendiri. Pasti kasih sayang yang diberikan juga sungguh berbeda. Bahkan ketika malam hari bersama sang nenek pun ibuku merasa begitu ketakutan. Malam itu begitu gelap dan mbah Tukini menceritakan kisah ande ande lumut. Yang ketika ibu menceritakan kepadaku entah kenapa kisah ade ade lumut malah mejadi kisah timun mas.
Ada sesuatu yang salah. Mungkin saat mbah Tukini meceritakan kisah ande ande lumut, ibuku ketiduran. Dan saat ibu menceritakan kisah ande ande lumut padaku, kisahya jadi nngawur banget. Tapi setelah beberapa lama kemudian aku tahu. Kisah ande ande lumut lebih bagus dibandingkan kisah timun mas, karena aku merasa aku menyukai warna kuning. Aku jadi merasa akulah kleting kuning itu dan akulah Dewi Candra Kirana itu.
Kembali ke kisah ibuku saat ia kecil. Ibuku merasa kakeknya begitu baik hati. Ia membela ibuku saat ia diomeli oleh nenek buyutku. Kakekku adalah seorang tentara perang untuk membuat Indoesia merdeka. Ku kira kakek buyutku meninnggal karena perang tapi ternyata tidak. Ia meninggal karena memang sudah umurnya.
Saat berumur lima tahu akhirnya ibuku kembali ke pelukan orang tuanya. Dan akhirnya ia menyadari bahwa ia memiliki saudara yag begitu banyak. Karenna itu ia dititipka ke neneknya. Bahkan terkadang ibuku pun masih menemani neneknya saat malam tiba, karena mungkin mereka memiliki ikatan batin. Yeah ikatan batin yang tercipta karena sering bersama.
Tunggu dulu kenapa aku membahas tentang nenek buyutku. Padahal ini halaman tentang liburanku, dan ini termasuk katagori pergi ke rumah saudara bahkan artikel ini berjudul tentang Purwerjo. Tapi isinya sungguh berbeda dari tema yang diusung. Ok karena judulnya tentanng Purworejo maka aku pun akan menceritakan. Kampung halamanku ini.
Aku jarang pergi ke sana. Mungkin empat tahun sekali. Hal ini disebabkan karena ayahku berlayar. Ia pulang setahunn sekali.
Aku sangat menyayangi kakekku, walaupun kenangan yang kami miliki hanya dikit, dan kennangan itu adalah saat hari kakaku di sunat. Dan saat itu aku dipangku oleh kakekku dengan kasih sayang. Begitu hangat. Dia membelai rambutku. Aku beruntung bisa merasakan kasih sayang dari kakekku walau hanya sebentar.
Dan mengenai nenek buyutku. Namanya adalah mbah Tukini. Aku pernah melihatnya. Saat itu ia sudah begitu tua, dan harus diurusi oleh nenekku yakni mbah Murni. Mbah Tukini ini dulu mengasuh ibuku dari lahir sampai berumur 5 tahun. Selama diasuh oleh mbah Tukini, ibuku begitu menderita. Balon yang tak pernnah dibelikan, susu kaleng serta makanan enak yang disembunyikan, serta kolang-kaling merah yang tak pernah diberikan saat lebaran tiba.
Sungguh menyedihkan, memang paling enak itu adalah saat-saat di mana tinggal bersama orang tua sendiri. Pasti kasih sayang yang diberikan juga sungguh berbeda. Bahkan ketika malam hari bersama sang nenek pun ibuku merasa begitu ketakutan. Malam itu begitu gelap dan mbah Tukini menceritakan kisah ande ande lumut. Yang ketika ibu menceritakan kepadaku entah kenapa kisah ade ade lumut malah mejadi kisah timun mas.
Ada sesuatu yang salah. Mungkin saat mbah Tukini meceritakan kisah ande ande lumut, ibuku ketiduran. Dan saat ibu menceritakan kisah ande ande lumut padaku, kisahya jadi nngawur banget. Tapi setelah beberapa lama kemudian aku tahu. Kisah ande ande lumut lebih bagus dibandingkan kisah timun mas, karena aku merasa aku menyukai warna kuning. Aku jadi merasa akulah kleting kuning itu dan akulah Dewi Candra Kirana itu.
Kembali ke kisah ibuku saat ia kecil. Ibuku merasa kakeknya begitu baik hati. Ia membela ibuku saat ia diomeli oleh nenek buyutku. Kakekku adalah seorang tentara perang untuk membuat Indoesia merdeka. Ku kira kakek buyutku meninnggal karena perang tapi ternyata tidak. Ia meninggal karena memang sudah umurnya.
Saat berumur lima tahu akhirnya ibuku kembali ke pelukan orang tuanya. Dan akhirnya ia menyadari bahwa ia memiliki saudara yag begitu banyak. Karenna itu ia dititipka ke neneknya. Bahkan terkadang ibuku pun masih menemani neneknya saat malam tiba, karena mungkin mereka memiliki ikatan batin. Yeah ikatan batin yang tercipta karena sering bersama.
Tunggu dulu kenapa aku membahas tentang nenek buyutku. Padahal ini halaman tentang liburanku, dan ini termasuk katagori pergi ke rumah saudara bahkan artikel ini berjudul tentang Purwerjo. Tapi isinya sungguh berbeda dari tema yang diusung. Ok karena judulnya tentanng Purworejo maka aku pun akan menceritakan. Kampung halamanku ini.
Aku jarang pergi ke sana. Mungkin empat tahun sekali. Hal ini disebabkan karena ayahku berlayar. Ia pulang setahunn sekali.
Liburan ke Kuningan
Saat itu lebaran tahun 2009,seperti biasa aku selalu kerumah neneku di Bogor dan hal itulah yg kusenengi,entah kenapa disana menyenangkan sekali,pemandangan’a indah,udara yg sejuk,serta sepupu2 yg lucu,,,tapi sayang’a aku tidak bisa melaksanakan lebaran di rumah mbah seperti biasa’a,coz om ku mengajak kerumah orang tua’a di kuningan kata’a sih disana tidak kalah menyenangkan’a sperti di bogor,karna aku blom pnah kesana akhir’a aku ikut,tapi walaupun aku dah pernah kesana aku sih tetep ingin ikut,dan akhir’a pun aku pergi bersama sepupu perempuanku kebetulan ia sebaya denganku nama’a Ayu,saudara kandungku atau lebih tepat’a kakaku yaitu Ario,Wah Tripel A nih haha,lalu tentu saja bersama tanteku yaitu tante Lilis dia adalah adik ibuku,,dan ternyata dialah yang memberikan aku nama Amelia Az-Zahra,(Az-Zahra yg artinya bunga surga/wangi surga,aku mengetahuinya dari sebuah buku)dan tentu saja kami pergi dengan om ku yg bernama Diding Muhajidin,sprti’a org tua’a menginginkan om diding sbgai seorang mujahid
Dan akhir’a kami pun pergi dgn mengendarai sebuah mobil awal’a aku bersemangat tapi akhir’a aku cape juga,karna ternyata lama juga,sampai akhir’a daripada aku muntah,jadi aku tidur aja deh,hem perjalanan’a lama sekali saking lama’a kami pun harus menjamak sholat dzuhur&ashar menjadi 1
wangi parfum di mobil membuatku ingin muntah dan pantatku terasa begitu sakit serta pegal.
tadi kami pergi jam 10pagi,dan akhir’a maghrib pun kami tiba,dimana ya tempat’a sprti’a skrang di banyuwangi?apa bukan?afwan ana lupa,setelah itu kami makan,aku memakan cumi pake bumbu asam+nasi,sayang cumi’a dikit,hem tadi aza aku makan daging bebek sperti yg lain’a,setelah itu kami kerumah paman’a om diding dan sholat maghrib disitu,lalu akhir’a kami sampai juga di kuningan rumah org tua om diding berarti kake&nene kami juga yak?