Amelia Az-Zahra
  • Rumah
  • Tentang Diri Saya (Si Penulis di Akun Weebly ini)
    • Saat Liburan
  • Impian Saya
    • Dosen Astronomi
    • Sensei>
      • Ayo Kita Belajar
      • しゃしん/Foto
      • Sinopsis Comik
      • Lagu Jepang
      • Dorama Jepang
      • Serba-Serbi Jepang
      • Sejarah Jepang
    • Novelis>
      • Goresan Tinta semangat dari Negri Matahari Terbit
  • Sinopsis Film
    • Film India
  • Hal yang Ingin Saya Ketahui
    • Sejarah Peradaban Islam
    • Sebuah Misteri

Film


Dulu saat aku masih anak-anak, aku sering pergi ke Ciawi bersama keluargaku. Di sana kami sering menonton film di malam hari. Bahkan kami sering membuat perjanjian agar jangan tertidur sebelum film abis. Padahal filmnya habis jam 11 malam. Dan mata sudah begitu ngantuk.

Bahkan saat tahun baru film nya habis jam 1. Untunglah saat tahun baru ada terompet yang berbunyi, kembang api yang menyala, kerang rebus, ayam bakar, dan sate. Jadi mata melek terus. Walau bajunya berbau seperti sate, dan kami tidak menonton film dengan konsen.

Saat itu film hero seperti superman, batman, dan lain-lain. Aku pikir toh aku bisa beli vcd nya. Tapi saat ingin beli VCD nya aku merasa film nya jadul banget males nontonnya. Dan akhirnya g beli deh. Sekarang karena sudah dewasa juga sudah tidak di belikan terompet lagi, padahal ingin banget meniupnya. Inget saat anak-anak. Waktu itu kami selalu meniup terompet. Sampai terompetnya basah dan ujungnya basah akhirnya harus dipotong pakai gunnting oleh tante Yuli.




 

Berlibur ke Purwerejo

Purwerejo adalah tempat ayahku dilahirkan. Purwerejo adalah kampunng halamanku. Tempat di mana nenek, sepupu serta tante, bude, om, dan pade ku tinggal. Di sana juga ada kuburan kakek ku serta nenek buyutku.

Aku sangat menyayangi kakekku, walaupun kenangan yang kami miliki hanya dikit, dan kennangan itu adalah saat hari kakaku di sunat. Dan saat itu aku dipangku oleh kakekku dengan kasih sayang. Begitu hangat. Dia membelai rambutku. Aku beruntung bisa merasakan kasih sayang dari kakekku walau hanya sebentar.

Dan mengenai nenek buyutku. Namanya adalah mbah Tukini. Aku pernah melihatnya. Saat itu ia sudah begitu tua, dan harus diurusi oleh nenekku yakni mbah Murni. Mbah Tukini ini dulu mengasuh ibuku dari lahir sampai berumur 5 tahun. Selama diasuh oleh mbah Tukini, ibuku begitu menderita. Balon yang tak pernnah dibelikan, susu kaleng serta makanan enak yang disembunyikan, serta kolang-kaling merah yang tak pernah diberikan saat lebaran tiba.

Sungguh menyedihkan, memang paling enak itu adalah saat-saat di mana tinggal bersama orang tua sendiri. Pasti kasih sayang yang diberikan juga sungguh berbeda. Bahkan ketika malam hari bersama sang nenek pun ibuku merasa begitu ketakutan. Malam itu begitu gelap dan mbah Tukini menceritakan kisah ande ande lumut. Yang ketika ibu menceritakan kepadaku entah kenapa kisah ade ade lumut malah mejadi kisah timun mas.

Ada sesuatu yang salah. Mungkin saat mbah Tukini meceritakan kisah ande ande lumut, ibuku ketiduran. Dan saat ibu menceritakan kisah ande ande lumut padaku, kisahya jadi nngawur banget. Tapi setelah beberapa lama kemudian aku tahu. Kisah ande ande lumut lebih bagus dibandingkan kisah timun mas, karena aku merasa aku menyukai warna kuning. Aku jadi merasa akulah kleting kuning itu dan akulah Dewi Candra Kirana itu.

Kembali ke kisah ibuku saat ia kecil. Ibuku merasa kakeknya begitu baik hati. Ia membela ibuku saat ia diomeli oleh nenek buyutku. Kakekku adalah seorang tentara perang untuk membuat Indoesia merdeka. Ku kira kakek buyutku meninnggal karena perang tapi ternyata tidak. Ia meninggal karena memang sudah umurnya.

Saat berumur lima tahu akhirnya ibuku kembali ke pelukan orang tuanya. Dan akhirnya ia menyadari bahwa ia memiliki saudara yag begitu banyak. Karenna itu ia dititipka ke neneknya. Bahkan terkadang ibuku pun masih menemani neneknya saat malam tiba, karena mungkin mereka memiliki ikatan batin. Yeah ikatan batin yang tercipta karena sering bersama.

Tunggu dulu kenapa aku membahas tentang nenek buyutku. Padahal ini halaman tentang liburanku, dan ini termasuk katagori pergi ke rumah saudara bahkan artikel ini berjudul tentang Purwerjo. Tapi isinya sungguh berbeda dari tema yang diusung. Ok karena judulnya tentanng Purworejo maka aku pun akan menceritakan. Kampung halamanku ini.

Aku jarang pergi ke sana. Mungkin empat tahun sekali. Hal ini disebabkan karena ayahku berlayar. Ia pulang setahunn sekali. 


Liburan ke Kuningan



   Saat itu lebaran tahun 2009,seperti biasa aku selalu kerumah neneku di Bogor dan hal itulah yg kusenengi,entah kenapa disana menyenangkan sekali,pemandangan’a indah,udara yg sejuk,serta sepupu2 yg lucu,,,tapi sayang’a aku tidak bisa melaksanakan lebaran di rumah mbah seperti biasa’a,coz om ku mengajak kerumah orang tua’a di kuningan kata’a sih disana tidak kalah menyenangkan’a sperti di bogor,karna aku blom pnah kesana akhir’a aku ikut,tapi walaupun aku dah pernah kesana aku sih tetep ingin ikut,dan akhir’a pun aku pergi bersama sepupu perempuanku kebetulan ia sebaya denganku nama’a Ayu,saudara kandungku atau lebih tepat’a kakaku yaitu Ario,Wah Tripel A nih haha,lalu tentu saja bersama tanteku yaitu tante Lilis dia adalah adik ibuku,,dan ternyata dialah yang memberikan aku nama Amelia Az-Zahra,(Az-Zahra yg artinya bunga surga/wangi surga,aku mengetahuinya dari sebuah buku)dan tentu saja kami pergi dengan om ku yg bernama Diding Muhajidin,sprti’a org tua’a menginginkan om diding sbgai seorang mujahid

Dan akhir’a kami pun pergi dgn mengendarai sebuah mobil awal’a aku bersemangat tapi akhir’a aku cape juga,karna ternyata lama juga,sampai akhir’a daripada aku muntah,jadi aku tidur aja deh,hem perjalanan’a lama sekali saking lama’a kami pun harus menjamak sholat dzuhur&ashar menjadi 1
wangi parfum di mobil membuatku ingin muntah dan pantatku terasa begitu sakit serta pegal.

tadi kami pergi jam 10pagi,dan akhir’a maghrib pun kami tiba,dimana ya tempat’a sprti’a skrang di banyuwangi?apa bukan?afwan ana lupa,setelah itu kami makan,aku memakan cumi pake bumbu asam+nasi,sayang cumi’a dikit,hem tadi aza aku makan daging bebek sperti yg lain’a,setelah itu kami kerumah paman’a om diding dan sholat maghrib disitu,lalu akhir’a kami sampai juga di kuningan rumah org tua om diding berarti kake&nene kami juga yak?


Saat di Ciawi

Banyak kisahku yang memiliki setting di Ciawi. Nanti akan kuceritakan,bagaimana aku menghabiskan waktuku selama liburan di sana, seperti saat-saat lebaran, tahun baru dan lainnya. Semua itu bagaikan potongan mozaik yang sangat indah. Bagaikan sebuah kenangan terindah. Sungguh beruntunglah orang-orang yang memiliki kenangan. Maka dari itu datanglah, untuk bertemu dengan banyak orang dan buatlah berbagai kenangan bersama mereka.

Setiap liburan tiba, kami sekeluarga selalu pergi ke ciawi. Bahkan hal ini dilakukan dari semenjak aku masih bayi. Ciawi adalah rumah nenekku dari pihak ibuku. Di ciawi juga ada sepupuku. Ada yang seumuran denganku ada juga yang masih kecil dariku. Jumlah cucu nenekku adalah 24 sebentar lagi 25 semoga saja cucu mbah yang ke 25 bisa lahir dengan selamat.

Saat itu liburan kami berkemas untuk ke Ciawi. Terkadang mas Io begitu malas. Aku dan ibu pun memaksa-maksanya. Akhirnya kami pergi. Dulu sekali saat Mbah Rusdi masih ada. Rumah ini begitu bagus. Di gerbang ada sebuah bel. Dan ada dua kolam ikan di rumah itu. Sekarang kolam itu tidak berfungsi karena ada yang retak airnya pun akan merembes ke luar. Dan kolam yang satu lagi sudah dijadikan bak air. Aku pernah membersihkan bak itu. Di bak itu ada tangganya sewaktu kami masih kecil. Kami bukannya membersihkan malah berenang. Dulu ada sebuah pajangan angsa atau burung camar tapi sekarang pajangan itu telah hancur dimakan usia. Tembok rumah itu seharusnya ada gambarnya. Dan menggunakan wall paper yang langsung di tempel sekarang ketika mbah Rusdi tidak ada. Tembok itu hanya di cat putih. Dulu halaman belakang bagaikan taman. Ada banyak bunga di sana. Dan ada kandang burung di dekat situ. Kini tanah itu di rubah menjadi kebon singkong. Dan di halaman belakang ada kuburan mbah. Kami selalu berziarah ke situ. Berdoa semoga ia bisa masuk surga. Dan tidak disiksa di alam kubur serta di neraka.

Saat lebaran biasanya kami mendapatkan uang juga. Waktu itu mbah Rusdi masih ada. Esok harinya saat sholat jum`at kakakku di berikan uang Rp 20.000,00- Aku perebutan dengan kakakku. Ayu sepupuku yang baik hati lebih membelaku. Tapi mba Dina memberikan uang itu ke mas Io dan mereka pun makan bakso. Aku berlari ke kamar menangis kepada ibuku. Dan meminta uang Rp 20.000,00- agar sama seperti mas Io. Tapi ibu sedang sibuk mengobrol dengan adik-adiknya. Tante Yuni yang kasihan melihatku menangis terus. Akhirnya menyadarkan ibuku “Mba itu anaknya nangis terus.” Ibuku pun memberikan apa yang ku mau agar aku tidak menangis lagi. Aku pun keluar. Menunggu mereka pulang. Setelah mereka pulang akupun memamerkan uang itu. Tapi mereka terlalu kekenyangan. Betapa malang nasibku dicuekin seperti ini. Aku teringat beberapa hari yang lalu. Kami anak-anak berada di sini terlebih dahulu. Orang tua kami pulang terlebih dahulu. Mereka hanya mengantarkan kami yang saat itu kami menangis-nangis meminta di sini. Setelah sampai di sini kami begitu merindukan orang tua kami. Aku sampai bertanya ke mbah Rusdi nomor telepon Om Edi agar aku bisa berbicara pada ibu. Tapi ia tidak memberi tahu. Setelah makan kami pun berlomba menangkap ayam di halaman belakang. Tampaknya kami hanya berlari-lari saja. Tapi akhirnya aku mendapatkan anak ayam. Dan membawa anak ayam itu ke kandangnya.

Esok hari saat siang. Hari begitu sepi Mba Dina sampai ke bawah akupun mengikutinya. Dan ia bersembunyi di balik sumur. Tapi akupun berhasil menemukannya. Kami pun menunggu kedatangan orang tua kami. Kami memperhatikan setiap mobil yang berhenti berharap ibu kami datang. Tapi mereka tak kunjung datang. Mba Dina pun memutuskan mengajakku makan bakso. Dan ia menceritakan kisah sebuah hujan yang oleh Allah air hujan itu di ambil dari air laut. Akupun bertanya “Bagaimana bisa orang-orang yang ada di pantai tidak mengetahuinya ?” Mba Dina pun menjawab “Ia mengambil air itu secara diam-diam saat orang-orang tidak melihat.” Aku pun harus merasa puas dengan jawabanya. Setelah SMA aku pun di jelaskan tentang siklus air di pelajaran geografi. Pertama air di laut menguap karena terkena sinar matahari terus menerus. Lalu air itu berkumpul menjadi awan. Awan itupun terdiri dari gas dan uap air. Uap air itu lama kelamaan menjadi banyak. Angin membawa awan itu ke perkotaan bahkan ke pegunungan juga. Setelah awan sudah tidak kuat mengandung uap air yang begitu banyak. Akhirnya ia menumpahkan air itu dan jadilah hujan. Air hujan masuk ke dalam tanah. Maka dari itu orang-orang membuat sumur. Dan ada juga air itu jatuh di danau. Dari danau air itu terbawa ke sungai dan mengalir sampai ke air terjun dan ke muara maka kembalilah ia ke Lautan dan kembali menguap. Begitu seterusnya sampai membuat sebuah siklus.

Aku dan mba Dina menyelesaikan makanan kami dan kami pulang naik angkot. Tapi karena dekat. Kami pun merasa begitu cepat sekali tidak ada semenit-semenit pun. Setelah di rumah ternyata yang datang mamaku dan bude Eti. Mba Dina begitu murung tapi untunglah bude Eti membawa rambutan maka kami pun pesta rambutan. Esok siang kami pun bermain. Mas Io dan Mas Zein main smack down di kasur air. Setelah itu kami pun main penjahat-penjahatan. Ayu dan mba Dina disandra oleh mas Zein dan mas Io. Akupun datang menolongnya. Aku mengerahkan pasukanku. Pasukanku adalah Lutfhi,Nanda,Tika dan lain-lain. Setelah itupun kami bermain power ranger. Aku memainkan peran ranger kuning karena aku suka warna kuning. Ayu ranger biru karena dia pun menyukai biru. Mas io pun sesuai warna kesukaannya Hijau. Mba Dina Pink. Dan mas Zein merah. Kamipun bertarung melawan kejahatan. Kami loncat-loncatan di bangku sampai akhirnya diomelin tante Yuni.

Kami pun memainkan permainan lain misalnya petak umpet. Tempat persembunyian kami adalah kamar gosokan di sana banyak baju-baju. Sehingga kami bisa bersembunyi di sana. Bahkan kami selalu bersembunyi di sana. Membuat orang yang mencari kami sudah menghafal betul tempat persembunyian kami. Terkadang karena kami takut orang yang mencari kami masuk. Akupun mengunci pintu. Di pintu banyak kata-kata mutiara yang ditempel. Entah dulu ini kamar siapa. Mungkin tante Ita. Aku berdiri disitu sampai-sampai ingin pipis. Aku yang mendengar kesunianpun membuka pintu. Untuk memegang benteng itu agar aku tidak jadi. Tapi ternyata di depan pintu masih ada dia. Akupun berlari cepat ingin mendahuluinya. Akhirnya kami diomelin lagi karena jerit-jeritan. Kami pun akhirnya menyudahi permainan ini dan beralih menonton TV. Film itu adalah one piece terkadang film itu begitu lucu sekali. Sampai-sampai aku tidak sengaja mencopot lampu remot ini. Mbah Rusdipun melihat remotnya. Dan bertanya siapa yang merusak remot ini. Kami semua terdiam. Terlebih aku. Aku begitu takut diomelin. Mbah Rusdi terlihat berwibawa. Tampaknya ia berbeda sekali dengan mbah Joyo,bapaknya ayahku. Mbah Joyo begitu penyayang begitu aku duduk dipangkuannya. Ia langsung membelaiku. Jika aku duduk di pangkuan mbah Rusdi mungkin aku akan di usir dan disuruh duduk di bawah. Mungkin. Tapi mungkin juga tidak.

Siapa tahu dibalik penampilannya yang begitu berwibawa ia menyimpan berjuta kasih sayang. Tapi sayang kasih sayang itu hanya di simpan di balik kewibawaannya saja. Jadi,aku tidak tahu apakah dia baik atau tidak. Yang ku tahu tatapannya hanya seperti burung elang,menatap tajam mangsanya. Mungkin siapa tahu ketika aku mengaku. Tiba-tiba dia memelukku dan memberikan aku hadiah dan memberi tahuku bahwa remot itu sudah rusak dengan ditambah kerusakan itu. Mbah jadi sadar untuk mengganti remot itu. Tapi tampaknya tidak mungkin. Yang kutahu hanyalah sekarang remot itu berubah jadi baru dan sekarang diplastikin biar tidak ada tangan iseng. Saat aku kelas 5 SD. Mbah meninggal ia sakit parah. Ia meninggal di rumah sakit. Berbeda dengan mbah Joyo yang meninggal dengan tenang dan dengan seulas senyum. Mbah Rusdi meninggal saat meminta di belikan fanta. Tadinya di larang mbah putri karena mbah Rusdi sakit tapi akhirnya dibelikan juga. Dan mbah Rusdi meminumnya. Saat itu kami tidak boleh masuk ke ruangan. Anak-anak hanya boleh menunggu di ruang tunggu. Kami sangat bosan. Dan kami bertanya kepada tante “Mbah Rusdi sakit apa?” Ia hanya menjawab singkat “Komplikasi, paru-parunya telah bolong.” Beberapa saat kemudian akhirnya Mbah dibawa ke rumah. Dan kami diizinkan melihatnya untuk terakhir kalinya. Di lantai ruang tamu. Ia sudah terbujur kaku. Ibuku memintaku untuk menciumnya sebagai tanda penghormatan terakhir. Akupun mencium keningnya. Dan ia pun  dikubur di halaman belakang. Agar kami tetap merasa dekat dengannya.






 
Powered by Create your own unique website with customizable templates.