Berhari-hari berkutat di perpustakaan, Hazzel pun menemukan banyak buku bagus. Terkadang ia membacanya di halaman belakang. Terkadang setelah lelah membaca ia pun berenang. Atau terkadang ia bermain di taman rumah, sembari membawa buku ensiklopedia yang berisi berbagai jenis tanaman. Terkadang ia juga menuliskan nama latin tanaman yang ada di taman rumahnya. Terkadang ia juga menuliskan serangga serta hewan-hewan yang ia temukan di taman itu.
Bahkan saking kurang kerjaannya ia pun mencatat jumlah jendela dan pintu di rumah itu. Benar-benar tidak ada kerjaan. Mungkin karena ia mulai aktif kuliahnya di semester depan yang notebane nya beberapa bulan lagi.
Terkadang ia mengalami kejanggalan. Atau mungkin ini semua hanyalah khayalannya karena ia kebanyakan membaca novel fiksi ilmiah. Atau novel petualangan lainnya.
Saat itu di mulai saat hari minggu. Ketika ia dan ayahnya begitu sibuk membuat rumah pohon. Ini semua karena berkali-kali Hazzel terus meminta. Karena kini ayahnya berusaha menjadi ayah yang baik ia pun berusaha untuk lebih memperhatikan anaknya. Walaupun pada kenyataanya ia menyadari ini bukanlah anak kandungnya, tapi ia tetap ingin berusaha menjadi ayah yang baik karena masih merasa bersalah coz telah menelantarkan anak kandungnya. Yang entah bagaimana kehidupan anak kandungnya dulu.
Setelah selesai membuat rumah pohon dan barang-barang telah diletakan di rumah pohon. Mereka semua akhirnya membuat api unggun dan memanggang daging. Mereka pun tidur di rumah pohon mereka. Katika pagi hari tiba.Setelah sarapan roti coklat Hazzel pun menonton film kartun kesukaannya, setelah itu membaca novel di rumah pohon. Jarak antara rumah pohon dan balkon kamar Hazzel begitu dekat. Terkadang Hazzel hanya melompat sedikit untuk menuju rumah pohon.
Pada suatu hari saat Hazzel membaca sebuah novel tentang peri. Entah kenapa sesuatu hal yang ada di novel berubah mennjadi begitu hidup dan nyata. Telah terjadi sesuatu hal dan kau tidak akan pernah mengerti. Karena ini semua hanya fiksi. Dan kita bermain di alam imajinasi bukan di kehidupan nyata yang begitu real dan terkadang permasalahan yang ada dalam hidup begitu kompleks dan sulit.
Jadi saat itu, Hazzel meraba cover novel itu. Cover itu tidak rata. Jadi maksudnya begitu timbul, dengan memegang covernya. Kau seperti sedang merasakan sesuatu hal yang kau tak akan pernah mengerti, sebuah sensasi mungkin.
Judul buku itu juga timbul, judulnya adalah "Rahasia di Balik Petualangan dan Istana" Ketika ia membuka buku itu, ada sebuah angin yang menerpa wajah Hazzel dan sebuah cahaya yang memancar sepersekian detik. Ia membuka halaman pertama. Judul bab itu terukir dengan indah. "Bab 1 Mozaik Petualangan." Hazzel membaca satu paragraf awal lalu mengimajinasikannya. Hazzel pun mulai memejamkan mata dan semua tulisan itu tampak begitu nyata. Hazzel merasakan dirinya ada di sebuah kisah dalam buku itu. Ia begitu merasakannya. Bahkan angin dingin yang tertiup dari kutub utara di buku itu pun ia merasakannya. Dalam pejaman matanya ia terbayang sesosok srigala putih di sebuah gunung bersalju dengan aliran air sungai yang berada di lembahnya.
Pada saat itu ayahnya datang ke rumah pohonnya dan membawakan boneka atau mungkin sebuah robot srigala putih. Bulunya begitu halus, dan saat srigala putih itu berjalan tampak tidak begitu kaku seperti robot. Atau mungkinkah mungkin ini memang anak srigala putih? Tapi kenapa ini semua begitu kebetulan? Tapi mungkin memang hanya kebetulan.
Saat sore hari tiba. Hazzel sedang menyiram bunga. Lalu ia mendengar sebuah suara kecil dan ternyata itu adalah suara seorang peri. Sepertinya kisah hidup Hazzel mulai aneh. Dan Hazzel pun mulai menganggap dirinya seperti orang gila. Atau mungkin semua ini hanya imajinasi. Atau mungkin peri kecil yang ia lihat hanya seekor lebah. Yah mungkin saja toh, tadi ia hanya melihat sebentar.
Lalu kejadian aneh pun masih berlangsung. Kejadian ini begitu aneh. Bahkan semua kejadian ini terlihat begitu fiksi, mungkin memang karena semua hal ini begitu fiksi.
Jadi, kisah aneh ini berlanjut. Saat Hazzel sedang bercermin. Saat itu Hazzel menyentuh bayangan dirinya di cermin tapi entah mengapa. Tangan itu seperti masuk ke dalam cermin itu. Bahkan seluruh tubuhnya pun bisa masuk ke dalam cermin itu. Dan mulai saat itulah semua kejadian aneh itu terus berlangsung. Semua hal terlihat begitu aneh dan terbalik mungkinkah karena dirinya sedang berada di dunia cermin? Atau mungkin sebenarnya ia sama sekali tidak masuk ke dalam cermin itu melainkan semua itu hanya ilusi.
Lalu Hazzel melanjutkan menghitung jumlah pintu dalam rumah itu. Terkadang pintu-pintu itu membawa dirinya ke tempat berbeda. Bahkan dari satu pintu itu ia akan menemukan sebuah ruangan yang memiliki pintu lain yang akan menghubungkan menuju ruangan lain.
Dan di pagi itu Hazzel menemukan sebuah lemari tua. Dan saat masuk ke lemari itu. Ia menemukan sebuah pintu lain yang membawanya entah kemana. Sepertinya ke sebuah negri asing.
Bahkan saking kurang kerjaannya ia pun mencatat jumlah jendela dan pintu di rumah itu. Benar-benar tidak ada kerjaan. Mungkin karena ia mulai aktif kuliahnya di semester depan yang notebane nya beberapa bulan lagi.
Terkadang ia mengalami kejanggalan. Atau mungkin ini semua hanyalah khayalannya karena ia kebanyakan membaca novel fiksi ilmiah. Atau novel petualangan lainnya.
Saat itu di mulai saat hari minggu. Ketika ia dan ayahnya begitu sibuk membuat rumah pohon. Ini semua karena berkali-kali Hazzel terus meminta. Karena kini ayahnya berusaha menjadi ayah yang baik ia pun berusaha untuk lebih memperhatikan anaknya. Walaupun pada kenyataanya ia menyadari ini bukanlah anak kandungnya, tapi ia tetap ingin berusaha menjadi ayah yang baik karena masih merasa bersalah coz telah menelantarkan anak kandungnya. Yang entah bagaimana kehidupan anak kandungnya dulu.
Setelah selesai membuat rumah pohon dan barang-barang telah diletakan di rumah pohon. Mereka semua akhirnya membuat api unggun dan memanggang daging. Mereka pun tidur di rumah pohon mereka. Katika pagi hari tiba.Setelah sarapan roti coklat Hazzel pun menonton film kartun kesukaannya, setelah itu membaca novel di rumah pohon. Jarak antara rumah pohon dan balkon kamar Hazzel begitu dekat. Terkadang Hazzel hanya melompat sedikit untuk menuju rumah pohon.
Pada suatu hari saat Hazzel membaca sebuah novel tentang peri. Entah kenapa sesuatu hal yang ada di novel berubah mennjadi begitu hidup dan nyata. Telah terjadi sesuatu hal dan kau tidak akan pernah mengerti. Karena ini semua hanya fiksi. Dan kita bermain di alam imajinasi bukan di kehidupan nyata yang begitu real dan terkadang permasalahan yang ada dalam hidup begitu kompleks dan sulit.
Jadi saat itu, Hazzel meraba cover novel itu. Cover itu tidak rata. Jadi maksudnya begitu timbul, dengan memegang covernya. Kau seperti sedang merasakan sesuatu hal yang kau tak akan pernah mengerti, sebuah sensasi mungkin.
Judul buku itu juga timbul, judulnya adalah "Rahasia di Balik Petualangan dan Istana" Ketika ia membuka buku itu, ada sebuah angin yang menerpa wajah Hazzel dan sebuah cahaya yang memancar sepersekian detik. Ia membuka halaman pertama. Judul bab itu terukir dengan indah. "Bab 1 Mozaik Petualangan." Hazzel membaca satu paragraf awal lalu mengimajinasikannya. Hazzel pun mulai memejamkan mata dan semua tulisan itu tampak begitu nyata. Hazzel merasakan dirinya ada di sebuah kisah dalam buku itu. Ia begitu merasakannya. Bahkan angin dingin yang tertiup dari kutub utara di buku itu pun ia merasakannya. Dalam pejaman matanya ia terbayang sesosok srigala putih di sebuah gunung bersalju dengan aliran air sungai yang berada di lembahnya.
Pada saat itu ayahnya datang ke rumah pohonnya dan membawakan boneka atau mungkin sebuah robot srigala putih. Bulunya begitu halus, dan saat srigala putih itu berjalan tampak tidak begitu kaku seperti robot. Atau mungkinkah mungkin ini memang anak srigala putih? Tapi kenapa ini semua begitu kebetulan? Tapi mungkin memang hanya kebetulan.
Saat sore hari tiba. Hazzel sedang menyiram bunga. Lalu ia mendengar sebuah suara kecil dan ternyata itu adalah suara seorang peri. Sepertinya kisah hidup Hazzel mulai aneh. Dan Hazzel pun mulai menganggap dirinya seperti orang gila. Atau mungkin semua ini hanya imajinasi. Atau mungkin peri kecil yang ia lihat hanya seekor lebah. Yah mungkin saja toh, tadi ia hanya melihat sebentar.
Lalu kejadian aneh pun masih berlangsung. Kejadian ini begitu aneh. Bahkan semua kejadian ini terlihat begitu fiksi, mungkin memang karena semua hal ini begitu fiksi.
Jadi, kisah aneh ini berlanjut. Saat Hazzel sedang bercermin. Saat itu Hazzel menyentuh bayangan dirinya di cermin tapi entah mengapa. Tangan itu seperti masuk ke dalam cermin itu. Bahkan seluruh tubuhnya pun bisa masuk ke dalam cermin itu. Dan mulai saat itulah semua kejadian aneh itu terus berlangsung. Semua hal terlihat begitu aneh dan terbalik mungkinkah karena dirinya sedang berada di dunia cermin? Atau mungkin sebenarnya ia sama sekali tidak masuk ke dalam cermin itu melainkan semua itu hanya ilusi.
Lalu Hazzel melanjutkan menghitung jumlah pintu dalam rumah itu. Terkadang pintu-pintu itu membawa dirinya ke tempat berbeda. Bahkan dari satu pintu itu ia akan menemukan sebuah ruangan yang memiliki pintu lain yang akan menghubungkan menuju ruangan lain.
Dan di pagi itu Hazzel menemukan sebuah lemari tua. Dan saat masuk ke lemari itu. Ia menemukan sebuah pintu lain yang membawanya entah kemana. Sepertinya ke sebuah negri asing.