Buaian simphony kesedihan. Tiba-tiba ada seorang wanita paruh baya mendekati Hazzel. Wanita itu memakai kaca mata. Sang wanita pun bertanya "Oh, gadis manis. Sebuah lagu biasanya mencerminkan suasana hati. Kau telah memainkan sebuah lagu kesedihan. Apakah sekarang kau merasa sedih?" Hazzel begitu gemetaran menahan isak tangisnya. Matanya sudah dipenuhi air mata yang menghamburkan pandangannya. Sebenarnya penyakit gagu Hazzel karena trauma melihat kematian orang tuanya di depan matanya sudah menghilang, dari sebelum ia, kakek dan sepupunya ke Istana. Tapi sekarang karena trauma akan kematian kakeknya ia menjadi merasa ingin menjadi gagu lagi. Ia pun mengangguk untuk menjawab pertanyaan wanita paruh baya itu.

Lalu sang wanita paruh baya itu pun bertanya "wahai gadis manis, apa yang menyebabkan engkau sedih?" Hazzel tidak tahan lagi, menyimpannya dalam hati pun hanya akan membuat kesedihannya tak akan pernah hilang. "A,,aku sedih karena kakekku telah meninggal, telah berkali-kali aku merasa semua tokoh yang berperan penting dalam hidupku menghilang dan pergi meninggalkan aku. Sekarang aku tidak memiliki siapa-siapa lagi. Aku hanya memiliki biola pemberian kakekku ini. Untuk mengenangnya aku pun memainkan lagu kesedihan ini."

Sang wanita paruh baya menitikan air matanya. Ia pun menangis tersedu-sedu. Lalu ia mengambil selampe untuk menghapus air mata Hazzel dan menghapus air matanya.

Sang wanita paruh baya itu pun menatap Hazzel dan ia berkata "Maukah engkau menjadi anak angkatku? Sebenarnya aku sudah memiliki anak perempuan yang lebih tua darimu dua tahun. Tapi ia sudah begitu jarang sekali pulang ke rumah, kini ia tinggal begitu jauh dari rumah kami. Dan ia hanya datang ke rumahku hanya beberapa saat yang begitu sebentar sekali. Aku begitu merindukan anakku. Maukah engkau menjadi anak perempuanku, agar aku tidak merasa kesepian? Aku tahu ini semua salahku, aku dan suamiku begitu sibuk bekerja hingga pada akhirnya kami telah menyadari tahun demi tahun telah terlewati, dan anak kami sudah tumbuh begitu besar, tapi ia begitu kekurangan kasih sayang dari kami. Bahkan mungkin bisa dikatakan hubungan kami tidak terlalu dekat, mungkin ia marah karena kami jarang ada untuknya. Oh aku tahu aku begitu bodoh. Tapi mau bagaimana lagi. Aku dibesarkan diajarkan untuk hal lain, aku tidak pernah diajarkan untuk menjadi ibu rumah tangga yang baik, dari kecil aku hanya diajarkan bagaimana cara menjadi wanita karir. Jadi, pada akhirnya seperti ini. Percuma aku memiliki anak tapi aku dan anakku tidak begitu dekat."

Hazzel memeluk wanita paruh baya itu, dan sejujurnya ia ingin sekali memiliki seorang kakak perempuan. Dari kecil ia tidak memiliki saudara ia hanya memiliki sepupu, tapi sepupu juga saudara ya?

Hazzel pun diajak ke rumah wanita paruh baya itu. Rumah itu bergaya victorian. Rumahnya begitu megah bernuansa coklat. Hazzel pun bertanya tentang pekerjaan ibu angkat barunya itu "Mom, apa pekerjaanmu?" sang ibu pun menjawab "Aku bekerja menjadi seorang dosen di Universitas. Aku juga pernah mengajar sekali di bidang musik, jadi aku juga tau tentang permainan musik yang kau mainkan itu." Tiba-tiba ibu angkat Hazzel tersenyum "Hey, bagaimana jika kau melanjutkan sekolahmu. Kau akan mendapatkan banyak pengalaman baru." Hazzel pun mengangguk "Terima Kasih Mom."

Hazzel pun diajak mengelilingi rumah itu. Kan tidak lucu kalau sampai nyasar di rumah sendiri. Atau tidak tahu toilet dan dapur di mana. Lalu Hazzel juga diperkenalkan dengan kamarnya, lalu dengan kamar kakak angkatnya. Lalu Hazzel pun meminta izin agar diperbolehkan tidur di kamar kakaknya.

Sang ibu pun berpikir sejenak. "Hemm,,,bagaimana ya Hazzel, walau bagaimanapun kamar adalah sebuah ruangan tempat menyimpan rahasia tentang dirimu. Terkadang kita bisa mengenal seseorang dari kamarnya. Karena di kamar itu terkadang seseorang menyimpan rahasia pribadinya. Dan lagipula aku merasa hubunganku dan anakku tidak terlalu baik. Kau tahu kan dia pasti sedang marah padaku karena aku lebih mementingkan karirku dari pada dirinya. Untuk itulah ia pergi menjauh dariku. Tapi atau mungkin memang sudah saatnya ia pergi umurnya sudah dua puluh tahun. Sudah waktunya untuk seseorang untuk hidup mandiri, berusaha sekuat tenaga untuk bertahan hidup tanpa bantuan dari orang lain. Lagipula aku takut jika ia datang dan melihat dirimu ada di kamarnya. Pasti ia marah besar." akhirnya Hazzel mengangguk.

Lalu Hazzel juga diperkenalkan pada sebuah perpustakaan. Di dalamnya begitu banyak buku-buku dan ada juga novel. Lalu Hazzel juga diperkenalkan ke pembantu sang wanita paruh baya itu, agar bisa dilayani dengan baik. Dan saat makan malam tiba, dan suaminya telah pulang. Hazzel pun diperkenalkan pada suaminya. Dan akhirnya mereka pun menjadi satu keluarga yang utuh. Sang ayah angkat ternyata adalah seorang ilmuan. Kini ia sedang meneliti tentang sesuatu hal yang begitu rahasia. Gelarnya adalah profesor tapi walaupun begitu rambutnya belum berwarna putih serta botak



Leave a Reply.