Saat itu Hazzel kembali ke dunia bawah sadarnya dan ia masih berdiri di tempat itu, lalu ia mendengar sebuah suara “Hazzel.” Suaranya begitu merdu, bagaikan alunan nyanyian sang angin. Hazzel berbalik, dan ia melihat seorang wanita cantik yang begitu bercahaya. Terang sekali, saking terangnya ia harus mengerjapkan matanya. Wanita itu begitu cantik dengan semburan cahaya yang keluar dari dirinya.

Bibirnya begitu manis merah mempesona. Bajunya begitu putih, ditutupi sebuah selendang panjang. Tapi yang bisa dilihat dan ditangkap oleh Hazzel adalah. Wanita itu memakai celana putih panjang, dan untaian selendang serta kain-kain putih menutupi seluruh tubbuhnya. Ia memakai sebuah liontin yang sangat cantik. Dan mahkotanya adalah kumpulan bunga seruni.

Hazzel menelengkan kepalanya “Bolehkah aku tahu siapa nama anda?” Wanita itu menggeleng “Belum saatnya kau tahu siapa saya.” Hazzel masih bertanya “Apakah anda  memerlukan bantuan saya?” Wanita itu mengangguk. Kakinya bagai tidak nampak pada rerumputan ini. Ia mengajak Hazzel ke sebuah kolam. Hazzel mengikutinya.

Dewi itu pun berkata “Kau lihat angsa itu?” Hazzel mengangguk angsa itu begitu putih dan cantik dan diatasnya ada sebuah mahkota yang terbuat dari ranting pohon yang melingkar dan dipenuhi bunga seruni putih. Sang Dewi itu melanjutkan perkataannya. “Angsa itu membutuhkan pertolonganmu, bisakah kau menuju ke sebuah Obstervarium di mana semua bintang terlihat begitu jelas?” Hazzel memiringkan kepalanya “Bagaimana caranya agar aku mengetahui tempat itu?”

Sang Dewi pun berkata “Aku akan memberikanmu sebuah peta. Tapi kau harus makan malam bersama kami dahulu.” Sang Dewi pun mengajak Hazzel ke sebuah Istana. Istana itu begitu besar dan megah. Dan ia di bawa ke ruang makan. Di sana begitu penuh sekali. Di tempat yang paling ujung. Ada seorang yang begitu besar dan tampan terlihat jelas ia adalah pemimpin di tempat ini, atau mungkin di wilayah ini sampai ke ujung bukit sana bahkann sampai ke daerah perkotaan dan perdesaanya, di mana berbagai unicorn sedang memakan rerumputan di sana. Dan tumbuhan edelweiss pun tumbuh di sana. Ruapanya sang dewi itu sudah menikah. Dan suaminya begitu tampan.

Makanannya begitu lezat. Ada ayam kalkun di situ. Dan Hazzel pun berkenalan dengan mereka semua. Lalu saat Hazzel akan kembali ke dunia nyatanya. Dewi itu pun memberikan sebuah peti kecil. Dan di dalam peti kecil ada sebuah peta dan sesuatu yang tidak dimengerti Hazzel. Awalnya Hazzel ingin bertanya. Tapi sudah tidak ada waktu lagi, ia harus kembali ke dunia nyata karena tempat ini bukanlah dunianya. Lagipula ia bisa mengutak atik benda itu sendiri agar ia bisa mengerti benda itu apa. Tapi jangan-jangan benda itu malah jadi rusak karena ia otak-atik. Lalu ia pun sudah tidak berfikir apa-apa lagi. Dan ia terbangun , ia melihat sebuah peti kecil di kedua tangannya. Pintu terbuka. Dengan cepat kilat. Ia menyembunyikan peti itu ke dalam  selimut.

Sang ibu datang, lalu ia menanyakan keadaan Hazzel setelah memastikan anaknya sehat. Akhirnya mereka bbergegas membereskan barang-barang mereka. Hazzel segera menyelundupkan peti itu ke dalam tasnya. Lalu ia menatap ke jendelanya. Ada sebuah bunga serunni putih. Lalu mereka pun pergi ke luar. Dan pulang.

Setelah sampai rumah Hazzel membbuka paket itu. Ternyata sebuah dari pak EWA. Buku itu terkunci dan tidak bisa terbuka. Ia bingung harus bagaimana membukanya. Akhirnnya ia meletakan buku itu di atas meja belajarnya. Buku itu berwarna coklat dan ada sebuah tulisan aneh di buku itu. Entah itu tulisan dari bahasa apa. Hazzel membbuka peti kecil itu. Lalu ia membuka peta kecil berwarna coklat bagaikann kertas usanng yanng terbbuat dari kulit.

Peta itu ada bergambbar gunung dan lain-lain. Hazzel tidak mengerti. Lalu ia memegang sebuah benda lain. Bentuknya seperti cakram lalu ia membuka benda itu. Tapi ia tidak mengerti pada simbol-simbol yang ada di benda itu. Ia mennarik nafas. Tidak ada yang ia mengerti. Ia pun menatap luka di pergelangan tangannya. Dan ia tambah tidak mengerti, kenapa tangannya terluka.  




Leave a Reply.