Yume menjulurkan kepala agar bisa menatap peta itu. Sebuah expresi bingung menyelubungi wajahnya. Akhirnya Tetua itu pun bercerita. “Beberapa generasi sebelumnya membuat peta ini. Tapi sampai sekarang belum ada di antara kami yang bisa menemukannya. Maukah kalian membantu kami?” Yume dan Max mengangguk.

Lalu mereka semua pun menuruni gunung. Tapi tidak menyampai lembah, karena gunung ini terlalu tinggi untuk ditaklukan dengan kaki. Pasti akan membutuhkan waktu berhari-hari untuk menaklukannya. Sang tetua menatap peta itu. Yume pun ikut menatapnya. “Kita harus menuju goa.” Mereka pun melangkah menuju goa. Berjalan mengikuti arah yang ditunjukan oleh peta dan kompas.

Setelah sampai mereka menemukan goa yang tertutup oleh kayu.Max menutup kayu itu “Kakek mungkinkah sudah ada yang menemukan harta karun pendekar shaolin di goa ini lalu menutup  gua ini kembali?” Sang kakek menatap dinding kayu itu. “Mungkin yang datang ke sini adalah seorang yang membuat peta ini.” Sang tetua mengusap dinding kayu itu, lalu memejamkan mata merasakan kayu tersebut. “Kayu ini terbuat dari pohon Ek dan pohon akasia. Diantara kita tidak ada yang memiliki kapak. Juga jika kau menendang dinding kayu ini pasti tetap tidak akan hancur.” Sang tetua tertunduk. Yume mendekati pintu itu. Ada sebuah ukiran di atas dinding ini. Ukiran itu melingkar mengikuti lingkaran dinding dan goa itu. Yume memiringkan kepala berusaha membaca tulisan itu.“欢迎光临”

Tetua shaolin itu membaca tulisan itu “huānyíng guānglín artinya selamat datang.” Mereka pun merenung. Yume berusaha mendorong dinding, atau menggesernya ke arah samping tapi tidak bergerak. Entah apa karena ia mendorong dan menggesernya tidak menggunakan tenaga atau memang bukan itu cara membukanya. Max menatap Patung Naga yang mengeluarkan air mancur. Max menatap kolam kecil terbuat dari batu. Air itu jatuh ke kolam itu. Max melihat dua buah kelereng merah di kolam itu. Lalu menatap naga itu. Pandangannya beralih ke mata naga itu. Tempat untuk meletakkan mata naga itu kosong.

Max pun segera mengambil kelereng itu dan memasukannya ke dalam mata naga tersebut. Seketika mata itu bersinar terang. Memantulkan cahaya ke dalam kolam. Batu di kolam itu pun ikut bercahaya. Lalu cahaya itu memantul ke dinding kayu. Dan menyinari sebuuah tulisan selamat datang tadi. Pintu pun terbuka. Menampilkan goa yang sangat gelap. Mereka berlima terpana. Maksudku dua orang lainnya adalah para shaolin yang semenjak tadi diam saja. Mereka memakai baju berwarna orange.

Max dan Yume menyalahlan senter. Tetua Shaolin menyalakan api lalu membuat dua buah obor dari kayu dan kain. Kedua shaolin itu pun memegang obor itu. Goa itu ternyata hanya memuat sebuah ruangan. Mungkin ada sebuah lorong kecil di ujung sana. Tapi lorong itu pastilah digunakan sebagai jalan menuju pertambangan pada jaman dahulu kala. Di goa itu ditemui berbagai macam barang kuno peninggalan sejarah. Di sana juga ada begitu banyak koin, patung budha dan lain-lainnya. Dan di tengah-tengah ruangan itu terdapat sebuah patung naga yang begitu besar. Tingginya dua meter. Mata naga itu masih kosong.

Max pun mengatakan. “Sepertinya kita harus mencari kedua mata naga ini lagi.” Yume pun menjawab “Tapi di mana?” Tetua itu memberikan sebuah petunjuk “Aku pernah membaca sebuah gulungan kuno. Di situ tertulis mata naga terpisah dan tertinggal di tempat ia dilahirkan.” Tetua menatap naga itu. “Naga ini adalah naga sungai. Kita harus mencari mata naga ini di sungai yang ada di dekat sini.” Mereka berjalan keluar goa dan mencari sungai. Max pun menajamkan kedua telinganya. “Aku mendengar suara air. Dan suara tawa.” Mereka menuju sungai. Tapi Yume melihat ada dua orang wanita sedang mandi. Yang satu sedang hamil.

Yume pun menyuruh keempat laki-laki itu diam ditempat dan tidak boleh kemana-mana. Yume berjanji ia akan mengambil kedua mata naga itu. Yume berlari lalu menuju ke arah sungai. Kedua perempuan itu kaget. Lalu berusaha menutupi kepolosan tubuhnya. Lalu mereka mengambil baju mereka dan memakainya di sungai itu. Yume mencoba tersenyum kepada mereka. Lalu mulai mencari. Kedua perempuan itu bertanya pada Yume sedang mencari apa. Yume tidak mengeri bahasa mereka. Lalu Yume berusaha menggunakan bahasa Inggris. Wanita yang sedang hamil tidak mengerti. Tapi wanita di sebelahnya mengerti. Lalu menanyakan Yume sedang mencari apa dengan menggunakan bahasa inggris. Yume pun sedang menjawab sedang mencari mata naga. Perempuan muda itu terkejut. Lalu ia berbicaara pada wanita yang sedang hamil dengan menggunakan bahasa mandarin. Wanita yang hamil juga ikut terkejut.

Lalu menatap Yume. Dan akhirnya mereka berdua memutuskan ikut mencari. Dan menemukannya di balik air terjun. Lalu Yume berterima kasih kepada kedua wanita itu. “Xie Xie.” Salah satu kosa kata dalam bahasa mandarin yang Yume tahu selain Ni hao ma dan wo ai ni.  Lalu Yume memberikan kedua bola kristal itu kepada Max dan tetua. Dan mereka pun kembali ke goa itu lalu Max dan Yume meletakan mata patung naga itu ketempatnya seperti semula. Sebuah cahaya keluar dari bola kristal itu lalu cahaya itu mengarah ke sebuah peti. Kelima orang itu menuju peti itu. Yume mengusap peti yang berdebu. Atas peti itu terbuat dari ukiran emas. Cahaya dari mata naga itu membuat ukiran peti tampak lebih berkilauan. Ketika bagian atas peti berkilauan. Dan cahaya mata naga mulai redup cahaya itu mengarah ke sebuah kunci peti. Dan peti pun sudah tidak terkunci lagi. Max membuka peti tersebut. Mereka melihat sebuah buah.

Tetua itu mengambil buah itu. Ia pun menerangkan. “Ini adalah buah Mahkota dewa yang bisa menyembuhkan segala penyakit. Saya memiliki firasat bahwa di perjalanan kalian kedepannya kalian akan membutuhkan buah ini.” Yume pun menerima buah itu. Ia mengangguk berterima kasih. Yume dan Max kembali ke tempat kuil shaolin untuk mengambil tas mereka dan berpamitan. Tapi di sana tetua itu mengajak Yume dan Max makan terlebih dahulu. Max pun memakan bubur kacang dengan udang dan kacang kapri. Dan Yume mengambil nasi,sayuran, ikan, bakso berkuah dan roti kukus. Setelah makan Max dan Yume menjalankan sholat dzuhur. Dan mereka pun berpamitan. Para biksu itu pun memberikan Max dan Yume bekal makanan. Setelah keluar dari kuil itu mereka berjalan terus menuju kerajaan utara.

Perjalan itu mereka tempuh berjam-jam. Hingga waktu ashar pun datang. Mereka beristirahat sebentar dan melakukan sholat ashar. Lalu mereka melanjutkan perjalan. Hingga akhirnya mereka menemukan sebuah kota dan kerajaan. Yume menghapus peluh di keningnya. Akhirnya mereka sampai. Yume pun merasa lega. Mereka masuk ke dalam kota tersebut. Tapi para pengawal menghalangi mereka menanyakan maksud kedatangan Max dan Yume. Max pun menjawab ia ingin melakukan ujian negara dan berharap dirinya bisa lulus dari ujian tersebut. Sehingga bisa memiliki jabatan di dalam istana dan bisa menghidupi dirinya dan istrinya. Sang pengawal pun mengizinkan. Setelah masuk ke dalam kota. Yume melirik Max “Waw kau berbakat sekali untuk berbohong. Sampai-sampai mungkin aku akan mempercayai kebohonganmu itu.” Max merasa tidak enak lalu berusaha membela diri “Agar kita bisa masuk. Kalau tidak mengatakan hal itu aku tidak tahu sebaiknya alasan apa yang harus kita buat.” Max pun sadar apapaun alasannya kebohongan tetaplah kebohongan. Dan kebohongan pasti akan mengundang datangnya dosa. Max dan Yume memasuki kedai mie ramen. Dari kejauhan mereka telah mencium aroma ini. Aroma ini sungguh menyiksa keinginan Yume dan Max. Akhirnya Max memutuskan untuk makan terlebih dahulu. Yume pun sependapat, mereka pun memesan mie ramen.

Setelah makan Yume dan Max melanjutkan perjalanan. Dan kaki mereka membawa mereka ke sebuah alun-alun kota.  Alun-alun kota begitu ramai dan padat dipenuhi orang-orang.  Max dan Yume ikut berkumpul di sana dan mendengarkan sebuah sayembara. “Wahai penduduk kerajaan Utara. Saat ini Raja kalian sedang menderita penyakit aneh. Segala cara sudah dilakukan agar Baginda Baja sembuh. Tapi beliau belum sembuh juga. Segala obat pun sudah diracik oleh seluruh Tabib Istana. Tapi Sang Baginda Raja masih terbaring di kamarnya. Saya selaku Penasehat Raja ingin memberikan sebuah sayembara. Agar siapapun yang bisa membuat Baginda Raja sembuh dia akan kami berikan sebuah hadiah.”

Max menatap Yume. Mereka saling bertatapan lalu saling mengangguk. Mereka pun menuju sebuah Istana Raja. Istana itu begitu besar dan megah. Diluar istana ada sebuah sungai yang berisi buaya. Sang Pengawal pun datang dan menanyakan maksud kedatangan Max dan Yume. Yume menatap Max berharap Max tidak berbohong lagi. Max pun menjawab “Kami datang untuk memberikan obat kepada Yang Mulia Raja.” Sang pengawalpun mengangguk mempersilahkan mereka masuk. Pintu gerbang terbuka, jembatan pun turun. Yume menatap besarnya kastil dan benteng tersebut lalu masuk ke dalam kerajaan.

Istana kerajaan itu begitu luas dan indah dipenuhi berbagai macam corak bunga. Kupu-kupu pun hinggap ke setiap bunga yang ia lalui. Yume menatap kupu-kupu itu seperti dirinya dan Max. Selalu hinggap ke setiap tempat yang mereka lalui. Burung pun berkicau merdu. Taman-taman tersebut menampilkan sebuah labirin. Sebuah semak dibangun tinggi menjulang membentuk dinding. Mereka berjalan lurus dan menemukan persimpangan. Yume menoleh ke belakang tapi tidak ada pengawal yang membimbing. Jadi mereka harus melewati ini semua berdua. Yume memeluk lengan Max. Mereka memilih untuk berbelok kee kanan. Dan mereka pun menemukan tiga persimpangan jalan. Max memilih jalan lurus Yume pun mengikuti. Setelah itu ada lima cabang. Max memilih yang tengah. Tapi jalan tersebut buntu. Max dan Yume kembali ke jalan tadi lalu memilih cabang di sebelah kiri mereka. Lalu mereka menemukan sebuah Piala emas. Di dalamnya ada sebuah hati yang tenggelam. Mereka saling menatap dan mengangguk. Hati itu mereka ambil dengan tangan Max dan Yume.

Mereka menyentuh hati itu lalu berubah menjadi seorang bayi yang menangis dan hanya memakai popok. Di belakang bayi itu terdapat sayap. Tiba-tiba di balik dinding yang berdaun hijau muncul sebuah makhluk berkulit merah, memiliki taring tajam dan memiliki cula di kepalanya tingginya dua meter. Dan makhluk itu memiliki satu mata. Yume merengkuh bayi itu. Makhluk itu tertawa. Matanya merah. “Dasar anak manusia yang dipenuhi hawa nafsu. Tahukah apa kesalahan kalian.” Yume dan Max tak sanggup menggeleng. Makhluk itupun menjawab pertanyaannya sendiri “Kalian telah mengambil sesuatu yang bukan milik kalian. Tapi aku menjadi senang. Sekarang karena kalian melakukan sebuah kesalahan yang membuatku senang kalian harus ikut ke tempatku.” Yume dan Max pun berlari. Mereka terpisah, berlari ke arah yang berlawanan. Yume melihat kesekeliling ia sadar. Max tidak ada. Dan ada sesosok bayangan mendekat. Yume merapatkan dirinya ke dinding tumbuhan itu berharap tumbuhan itu dapat menyembunyikannya beserta bayi itu. Max merasakan sesuatu yang panas di dadanya. Ia memegang dadanya dan menemukan sebuah cincin yang diberikan Max. Yang sekarang telah ia kalungkan. Ia memegang cincin itu. Tulisan di cincin itu bersinar.

Tapi Yume tidak sanggup membacanya. Dinding tumbuhan iut pun memeluk Yume dan bayi yang tertidur itu. Sosok makhluk itu datang dan berjalan di lorong itu. Yume melihatnya. Kelopak mata Yume membuka lebar dan pupilnya mengecil. Yume ketakutan setengah mati. Ia menahan nafas. Ia berdoa semoga sang bayi tidak menangis. Makhluk itu pergi menjauh.

Sementara itu Max yang sadar bahwa Yume tidak berada dibelakangnya pun menjadi khawatir. Ia pun berbisik “Yume, di manakah dirimu, sayang?” Tapi Yume tidak mendengarnya. Makhluk itu pun menemukan Max. Keringat Max pun terjatuh dari keningnya. Ia mengambil pedang cahayanya. Dan menyorongkan ke arah makhluk itu. Lalu mereka pun duel. Makhluk itu mengeluarkan api. Max menghindar. Api tersebutpun membakar dinding tumbuhan dan membuat labirin itu terbakar. Max berlari mendekat, meloncat dan menebas Makhluk itu. Kepala makhluk itu copot. Tapi makhluk itu masih bisa berjalan.

Keringat Max kembali turun. Tangannya basah karena keringat. Membuat tangannya menjadi licin. Tapi ia berusaha memegang pedang itu dengan kencang. Max pun memotong kedua kaki makhluk tersebut. Dan makhluk itu meloncat ke tubuh Max. Membuat pedang itu terjatuh. Makhluk itu mencekek Max. Max berusaha mengambil pedangnya. Cekekan itu semakin kencang membuat wajah Max berubah biru. Max masih berusaha meraih pedang itu. Tapi tangannya menjadi keram. Ia sadar salah satu pembuluh darahnya berada di tempat yang bukan semestinya ia berada. Max menahan rasa sakit pada tangannya. Ia hampir berputus asa. Matanya buram, dan gelap. Lalu ia teringat wajah Yume. Ia pun terbangun dan segera mengambil pedang cahaya itu tidak peduli jika tangannya seperti ingin putus.

Cekekan makhluk itu semakin mengencang. Pembuluh darah Max bagaikan ingin terputus. Max berusaha bernafas. Tapi tidak bisa. Akhirnya Max bisa mengambil pedang dan dalam hitungan detik. Max menusuk jantung makhluk itu. Pedang itu berkilat. Makhluk itu teriak, dan menghilang bagaikan asap. Max memegang lehernya yang sakit. Lalu berusaha berdiri. Dan berteriak “Yume dimanakah kau?” Di tempat yang berbeda api telah melanda seluruh dinding di tumbuhan. Yume menatap api itu. Lalu berusaha mengeluarkan dirinya. Ia begitu panik. Ia meronta-ronta. Tapi rontaanya hanya mebuat dinding itu lebih kencang memelux Yume. Api menyambar dinding itu dengan lahap.

Bayi itu merasa kepanasan. Dan terbangun ia menatap api yang hampir melahap dirinya dan Yume. Lalu tangannya bergerak ke arah api dan meniupnya. Dirinya dan diri Yume pun terlontar dari dinding tumbuhan. Yume merasa bersyukur telah menggendong sang bayi. Yume pun mencari Max dan mendengar suara Max. Yume tersenyum lalu berteriak “Max.” Yume berlari dan menemukan Max. Max menatap Yume ia pun berlari ingin memeluk Yume. Tapi tiba-tiba tumbuhan yang terbakar itu terjatuh ke jalan itu. Memisahkan Max dan Yume. Yume kembali bersedih hati. Ia pun ke belakang mencari jalan lain. Tapi tumbuhan dibelakangnya jatuh. Yume diselimuti api. Tumbuhan disebelahnya pun akan jatuh. Yume memejamkan mata. Dan bayi itu memegang tumbuhan yang terbakar api itu. Rambutnya yang lebat tertiup angin. Matanya tajam menatap sang pohon. Yume terpesona oleh ketampanan anak bayi itu.

Lalu ia merasa seperti seorang pedophilia. Ia pun menghapus pikirannya dan berteriak memanggil Max. “Max aku terkurung oleh tanaman yang terbakar ini. Tolonglah aku.” Max pun berusaha menebas tumbuhan itu dan ia menemukan diri Yume yang sedang memeluk mesra anak bayi itu. Max sedikit cemburu. Lalu ia pun ikut memeluk Yume dan bayi itu. Setelah itu mereka pun masuk ke dalam istana. Labirin itu dalam sekejap hancur menyisakan begitu banyak abu. Pelayan istana pun membersihkan abu-abu itu.

Max dan Yume dibimbing oleh seorang pengawal untuk masuk ke dalam kamar kaisar. Pengawalitu melakukan ini agar berharap Max dan Yume tidak melakukan perusakan seperti itu lagi. Max pun menyadari sebelum Yume jatuh cinta kepada bayi itu ia pun segera mengambil bayi itu dan menggendongnya. Bayi itu tertidur dalam gendongan Max. Tangan bayi itu masuk ke dalam mulut dan membuat air liur itu keluar dan menetes ke bahu Max. Yume pun melepaskan tangan kecil itu dari mulut sang bayi lalu menghapus air liur sang bayi di daerah mulutnya dan tangannya. Bayi itu tertidur dan terlelap. Yume memeluk lengan Max yang satunya. “Max kita belum memberikan bayi ini nama.” Mata Max pun menyipit dan menggeleng. “Sebaiknya tidak usah, karena bayi ini akan kita kembalikan ke baginda raja. Dan ia akan menjadi putra mahkota.” Yume pun menjadi murung. Max menatapnya. “Tapi karena kita yang menemukan bayi ini. Itu artinya kita berhak memberikan nama.” Expresi Yume langsung berubah bahagia. “Kalau begitu namanya Himitsu saja karena sepertinya dia begitu misterus.” Yume pun mencubit gemas Himitsu dan ingin menciumnya.

Tapi Max menjauhkannya. “Tidak boleh, kau tidak boleh menyentuhnya.Wee,,,” Max pun berlari. Yume mengejar. “Dasar kau, aku kan juga yang menemukannya.” Sang pelngawal berdeham “Tuan dan Nyonya, tolong jangan berlarian di koridor.” Max dan Yume pun kembali menjaga sikap mereka. Koridor ini beralaskan karpet merah dengan ukiran emas. Guci-guci terbuat dari porselen menghiasi koridor. Lukisan-lukisan besar terpampang di dinding. Mereka adalah raja dan ratu dari generasi terdahulu sampai sekarang. Bahkan ada foto keluarga juga. Anak-anaknya ternyata banyak juga. Keluarga kerajaan ternyata produktif juga.

Pelayan itu membungkuk dan mempersilahkan masuk Max dan Yume ke dalam lift. Lalu mereka keluar dan menuju kamar raja. Di dalamnya ada seorang ratu yang sedang menangis. Max dan Yume pun berlutut. Max pun berbicara “ Yang Mulia Baginda Ratu. Maksud kedatangan kami adalah kami ingin memberikan buah mahkota dewa ini untuk diberikan kepada Yang Mulia Baginda Raja, agar beliau bisa memakannya dan kembali sehat seperti sedia kala.” Ratu itu pun berbicara “Semoga buah itu bisa menyembuhkan suamiku. Karena sudah banyak orang yang berdatangan ke sini tapi tidak bisa mengobati sang raja. Bahkan ada diantara mereka yang tidak bisa melewati labirin di taman. Jika mereka tidak bisa menolong dirinya sendiri bagaimana ia bisa menolong suamiku.” Max mengangguk “Anda benar yang mulia.” Yume pun membuka tasnya dan memberikan buah itu kepada sang ratu. Sang ratu pun membangunkan raja. Dan memintanya untuk memakan buah itu.

Tatapan sang raja begitu kosong. Sang ratu mendekatkan buah itu kepada raja. Sang raja menggigitnya perlahan. Mengunyahnya menjadi butiran-butiran kecil dan menelannya. Sang ratu memberikan raja minuman. Sang raja pun tertidur kembali dan matanya terpejam. Tangannya mendekap tangan yang lainnya. Mereka semua terdiam membisu memperhatikan reaksi sang raja yang terlihat bagaikan orang mati. Sang ratu murka. “Kalian membunuh suamiku. Pergi kalian menuju penjara. Para prajurit pun berdatangan lalu meringkus mereka bertiga. Membawa mereka turun dan keluar istana. Bahkan membawa mereka keluar dari kota tersebut dengan kereta kuda. Dan mereka di bawa ke penjara bridewell.

Dan di sanalah mereka sekarang. Yume dan Max melakukan sholat isya yang di jam`ak dengan sholat maghrib karena tadi tidak sempat. Bayi itu pun telah tertidur pulas. Max menatap bayi itu dan menggendongnya. Yume menatap mereka berdua. Max tersenyum “Bahkan bayi ini belum aku adzankan.” Lalu Max pun mengadzani bayi itu. Yume menatap bulan dari jendela penjara. Lalu mengeluarkan peta. Max ikut menatap peta tersebut. “Kita harus menuju hutan Fenwick besok.” Yume membaringkan kepalanya ke dada Max yang bidang berbagi tempat dengan Himitsu. Max pun menanggapi. “Jika besok kita tidak dikeluarkan kita harus menyusun rencana buat melarikan diri.” Yume pun berguman “Tahukah kau Max. Jika kita berlama-lama di sini. Kita akan diberi cap dengan huruf V yang berarti vagabond (berandalan).” Max mengusap kening Yume. “Itu tidak akan terjadi pada kita.” Yume memeluk Max dengan erat di bawah sinar rembulan. Ia ingin memeluknya selamanya tapi tampaknya tidak mungkin karena Max pasti akan merasa pegal harus duduk terus seperti seorang pertapa terlebih ia harus menyangga beban dirinya dan Himitsu. Belum lagi jika kakinya kesemutan dan ingin di selonjorkan. Tapi Yume pun bersyukur setidaknya mereka bersama-sama.

Yume pun segera ke tempat tidur dan tertidur. Max dan Himitsu juga ke tempat tidur. Max pun memikirkan bagaimana cara mereka untuk kabur. Penjara ini begitu tinggi dengan tembok yang begitu tebal. Di luar penjara pun hanya ada jurang. Lantai ruangan ini dari keramik. Ruangan ini kira-kira berada di lantai tujuh. Max pun berfikir mungkin nanti setelah acara olahraga dan acara ketrampilan Max, Yume dan Himitsu bisa menyelundupkan diri keluar aula dan menuju ke ruangan paling belakang. Dan mungkin di sana ada jalan keluar. Walau mungkin setelah mereka keluar. Mereka hanya akan disambut dengan deru angin dan jurang yang begitu dalam.

Max memejamkan mata dan tertidur. Esok shubuhnya mereka sholat shubuh. Lalu diberi makanan roti yang keras dan sup kentang. Yume pun menyusui Himitsu. Setelah selesai ia pun mulai makan. Sang penjaga datang “Kalian dibebaskan. Karena sekarang sang raja sudah sembuh. Dan raja menghadiahkan anak kecil itu.” Mereka pun dibawa keluar penjara dan berjalan menuju hutan fenwick. Max, Yume dan Himitsu berhenti di sebuah danau. Max mulai memancing. Yume dan Himitsu mengumpulkan ranting dan buah-buahan. Lalu membuat api unggun. Karena menunggu Max memancing begitu lama. Yume dan Himitsu pun berenang. Max juga membuka baju dan celananya untuk berenang. Max pun mengajarkan Himitsu untuk berenang. Yume mencucu rambutnya, kakinya yang kotor dan wajahnya. Ia pun mengamati batu sungai, dan menatap ikan yang lewat. Ia berusaha menangkap tapi begitu sulit. Ia pun menuju air terjun dan duduk bertapa di situ.

Max menatap yume. Ia pun ikut bertapa di situ dengan Himitsu dipangkuannya. Tapi deru air yang berjatuhan dan begitu banyak pun. Seperti memukul-mukul Himitsu. Himitsu menangis. Max pun akhirnya menyelesaikan acara mandi terhembus. Akhirnya karena angin berhembus begitu kencang dan dingin. Yume pun ikut mengakhiri acara mandi tersebut. Mereka handukan dan memakai baju. Ikan yang ada dijaring mulai banyak. Max mengambil ikan-ikan itu dan memulai membakarnya.

Karena tidak ada baju anak-anak. Yume pun memakaikan Himitsu baju Max. Yume mengambil kecap dari tasnya. Lalu ia mengambil botol air limun. Mereka pun makan dan minum. Lalu Yume mendengar suara. Max juga. Lalu Max berdiri. Dan melihat di balik semak ada seorang bapak-bapak yang memiliki jenggot yang lebat. Tapi bapak-bapak itu hanya setinggi pingganya. Bapak-bapak itu sedang menangkap kelinci. Ia mencium aroma wangi ikan bakar. Lalu Max mengajaknya bergabung.

Kurcaci itu juga membakar kelincinya dan membagikan pada Yume dan Max. Mereka makan dengan nikmat. Kurcaci itu memperkenalkan diri. Namanya adalah denouement. Kurcaci itu menceritakan akan namanya yang begitu filosofis. Ia bercerita seperti ini “Denouement berasal dari bahasa perancis, kata yang digunakan untuk mendeskripsikan tindakan membuka ikatan. Dan kata ini juga merujuk pada penyingkapan kisah yang ,embingungkan atau misterius. Denouement adalah momen ketika semua benang kusut diluruskan dan segala hal dibeberkan dengan jelas agar dapat dilihat seluruh dunia. Namun denoument seharusnya jangan disamakan dengan akhir cerita. Seperti denoument kisah “Putri Salju” misalnya, terjadi pada saat putri salju menikah dengan pangeran tampan dan bahagia untuk selama-lamanya. Namun akhir kisah “Putri Saju” terjadi bertahun-tahun berikutnya, ketika kecelakaan mengendarai kuda menyebabkan Putri Salju demam dan tidak bisa pulih.  

Setelah makan Yume, Max dan Himitsu diundang ke rumah Denouement. Rumah itu berada di dalam pohon yang begitu besar. Diatas sebuah pintu lebih tepatnya agak jauhan lagi terdapat sebuah jendela. Mereka bertiga masuk. Rumahnya agak begitu kecil seperti rumah mainan. Max, Yume dan Himitsu duduk dikursi kecil. Yume berdua semoga kursi itu tidak patah. Denouement mempersiapkan cangkir, alas cangkir dan teko yang sudah terisi teh. Dan ia pun menyediakan biskuit dan kue kering. Denouement menuangkan teh itu pada Yume, Max dan Himitsu juga dikasih. Max mengambilkan kue untuk Himitsu. Himitsu menyelupkan kuenya ke dalam teh dan memakan kuenya. Max merasa malu atas perbuatan Himitsu. Tapi Yume meredakan kemarahannya. “Dia hanyalah seorang bayi.”

Istri Denouement membawa kue tart. Lalu mereka memakan kue black forest itu. Denouement menanyakan ingin kemanakah mereka pergi. Max pun menceritakan perjalanannya.  Dan menyuruh Yume untuk melihat tempat mana lagi yang harus mereka datangi.Yume mengatakan “Kita akan menuju Negri Elyon.” Istri Denouement pun mengatakan agar mereka berhati-hati. “Disana penuh kabut. Kalian mungkin akan tersasar bahkan mungkin akan terpisah. Kalian tidak akan melihat jalanan kalian, dan hal ini bisa mengakibatkan kalian terjatuh ke sebuah lubang atau terpeleset.”

Denouement menambahkan “Alexa Daley pernah menceritakan padaku tentang Beyond the Valley of Thorns ia mengatakan bahwa disetiap pertemuan antara lautan dan daratan, ada tebing-tebing bebatuan yang gelap dan tajam. Kalau kau melihat dari tepi tebing, ada kabut beberapa kaki di bawah; begitu tebal sehingga air tak terlihat. Sejauh mata memandang yang terlihat hanyala kabut putih menggembung, seolah-olah kita sedang bergelantungan di antara mega, dan melangkah dari tepian akan membuat kita terjatuh berhari-hari. Jika bukan karena suara debur ombak pada bebatuan di bawah, orang mungkin menyangka negri kami adalah sebuah pulau di angkasa luas.” Yume pun menyela “Itu artinya tempat itu lautan bukan daratan? Lalu kenapa Mrs. Denoement mengatakan bahwa jalanan itu licin dan berlubang?” Mrs Denoement tertawa. “Oh maafkan aku sayang, aku jarang keluar rumah. Tapi di sana benar-benar berkabut tebal kok. Aku hanya menyarankan agar kalian tidak terpisah.” 

Denoement yang suka bercerita melanjutkan kembali sebuah kisah baru sembari memegang sebuah buku“Dulu ada penjelajah spanyol di abad keenam belas bernama Cabeza de Vaca. Dia adalah penjelajah yang meninggalkan rumahnya di Kerajaan Utara pada masa kekuasaan dinasti Grindall yang ketujuh. Setelah mengarungi badai di dekat Gunung Laythen, dia kembali dan menuju jurang Besar. Di sana,selama seminggu, dia terperangkap di dalam goa dengan sekawanan serigala yang gigih menantinya keluar. Ketika akhirnya kawanan serigala itu mengalah, Cabeza yang lapar dan lelah melanjutkan perjalanannya ke Padang licik.

Cabeza memakan apa yang bisa ia temukan dan berkelana menembus Padang Licik yang penuh keanehan(Keanehan ini berjumlah banyak sekali), mencari cara menembus kabut dan memasuki Kota Kesepuluh yang menjadi mitos itu. Tetapi, setiap kali dia mencoba memasuki kabut, kabut itu menutupi segala sesuatu disekelilingnya sehingga dia hampir tak bisa melihat tangannya sendiri di depan wajahnya. Demikianlah, setiap kali dia berkelana berhari-hari diselimuti kabut tempat itu, dan dia selalu keluar di dekat tempat yang sama ketika dia masuk.

Pada akhirnya, dia menyerah dalam usahanya mencari Kota Kesepuluh dan pergi ke Gunung Norwood. Di gunung itu, dia menuliskan perjalanannya. Buku ini adalah cerita petualangan Cabeza de Vaca di Jurang Besar, Padang Licik, dan kabut yang mengambang sebelum Kota Kesepulu.” Buku itu kecil, bersampul merah, dengan huruf putif di punggung buku. Judulnya Petualangan di Perbatasan Kota Kesepuluh.   

Yume menarik nafas. “Dari kisah yang anda bacakan. Sepertinya anda berusaha menakut-nakuti kami. Tapi walaupun begitu kami akan tetap pergi ke sana. Karena di sana mungkin adalah Denoement dari petualangan ini.” Denoement tersenyum karena namanya disebut-sebut. Lalu ia berbicara “Aku akan membantu kalian menyebrangi Negeri Elyon. Kita akan melewati jalur laut saja.” Alis Yume mengernyit. “Jalur laut?berarti ada jalur darat?” Denoement tersenyum dan mengangguk. “Benar, tapi pasti jika melewati jalur darat kita akan terpisah. Jadi, sebaiknya kita lewat jalur laut. Temanku memiliki sebuah kapal. Kita kan meminjam kapal itu.”

Mrs. Denoement teriak histeris. “Tunggu dulu. Kau ingin pergi?Apa aku tidak salah dengar? Kau belum pernah ke sana. Bagaimana jika kau kenapa-napa? Kau ingin meninggalkan kami begitu saja? Bahkan aku yakin kau tidak mengetahui seluk beluk Negeri Elyon seperti apa. Hentikan kebodohan ini suamiku. Aku tidak ingin kehilangan kau? Dengan kau mengantarkan mereka sama saja seperti orang buta yang mengantarkan orang buta. Jadi, aku begitu ragu kalian bisa mencapai Negeri Kesepuluh.” Denoement mencium istrinya.”Kau harus yakin bahwa aku bisa mengantarkan mereka.” Yume dan Max meminta izin untuk sholat dzuhur. Setelah selesai kurcaci itu pun bertanya mereka sedang apa. Max pun menjelaskan bahwa mereka telah melakukan ritual ibadah menyembah Allah.

Denoement tertegun lalu berbicara. “Tahukah kalian? Elyon itu artinya apa?” Max dan Yume menggeleng kecuali Himitsu yang sejak tadi sibuk sendiri entah sedang apa. Max pun menjawab pertanyaan dirinya sendiri lagi. Elyon itu memiliki arti Tuhan Maha Tinggi.”Max dan Yume mengangguk serta setuju Tuhan memang Maha Tinggi.Denoement mengajak Yume, Max dan Himitsu ke rumah temannya yang seorang ilmuan. Temannya itu adalah seorang alkimia. Ia selalu tergila-gila ingin membuat emas dari barang lain. Tapi ia tidak menemukannya caranya.

Denoement mengetuk rumah yang berada di dalam pohon Ex. Denoement tersenyum bangga. “Ras kami tidak hanya seorang pemburu, dan penebang kayu serta pengrajin tapi ada juga tokoh ilmuan loh. Pintu terbuka teman Denoement memakai kacamata tebal. Rambutnya berantakan tidak pernah disisir. Mungkin ia jarang memperhatikan penamilannya. Karena perhatiaannya hanya tertuju kepada experimennya. Kurcaci ini juga memakai sarung tangan putih serta jas putih ia mempersilahkan mereka masuk.

Ruangan itu dipenuhi buku-buku tebal, sebagian buku-buku itu telah tua dan lecak karena sering dibaca. Mikroskop ada di meja itu yang mungkin saja sang ilmuan itu telah mengamati berbagai macam bakteri dan virus di mikroskop itu, atau mungkin berbagai macam tumbuhan telah di amati dengan teropong itu. Tabung reaksi berisi bermacam-macam larutan tersusun di rak tabung reaksi. Di dalam gelas ukur itu terdapat larutan yang jika kau mencium aromanya mungkin kamu merasa ingin muntah. Di meja sebelah ujung terdapat berbagai macam alat ukur, seperti mistar dan sahabat-sahabatnya. Fe dan Mg pun tidak luput ada di sana serta senyawa radio aktif pun ikut berkecimpung di sana. Bahkan di dekat jendela pun ada teleskop dan teropong. Di dinding terdapat rak buku yang sangat besar. Di depannya terdapat sebuah laptop. Ternyata ilmuan itu menuliskan hasil pengamatannya di situ untuk di buat journal atau mungkin akan dipublikasi di blogger. Kertas-kertas yang berisikan data-data berserakan di sana. Dan ada juga yang tersusun rapi di sebuah map. Di dinding dekat meja terdapat sebuah mading dan di mading itu terdiri berbagai macam proyek yang ingin dia buat  dan proyek yang telah ia selesaikan. Terdapat juga sebuah guntingan jurnal ilmiah yang telah dipublikasi, tampaknya ia begitu bangga dengan jurnalnya sehingga dipajang di sana. Mungkin itu adalah jurnal pertamanya sehingga di pajang dengan penuh bangga. Di dinding sebelahnya lagi terdapat banyak sertifikat salah satunya menyatakan bahwa dia pernah mendapatkan sebuah nobel.

Ternyata ia juga merancang struktur  pesawat serta kapal laut dan layar. Di dinding sebelahnya lagi ada berbagai macam kupu-kupu, dan bahkan kalelawar yang telah dikeringkan. Kalelawar itu ada yang mirip dengan peri. Melihat ruangan yang berantakan dan terdiri dari berbagai macam cabang IPA. Yume bisa menilai laki-laki yang memiliki sebuah kelainan pada kromosonnya ini adalah orang yang berkompeten dan berhasil dalam bidangnya. Walaupun mungkin suku atau ras yang biasa di panggil kaum kurcaci ini memiliki struktur kromoson yang berbeda dengan manusia pada normalnya yang mengakibatkan ukuran tubuh mereka tidak berkembang normal. Dan karena mereka menikah dengan wanita yang kromosonnya seperti ini. Maka gen mereka pun terwariskan kepada anak-anaknya. Dan begitu terus menerus sampai membuat sebuah klan seperti ini.

Bahkan diruangan ini juga terdapat banyak rangkain listrik. Denouement pun bercerita tentang tujuan pergi ke negeri Elyon. Dan ia meminta untuk diberikan sebuah penerangan agar  bisa melihat di dalam kabut, walaupun mungkin agak sulit. Ilmuan itu pun memberikan sesuatu pada mereka. Setelah itu Denouement mengajak ke rumah temennya yang lain lagi untuk meminjam kapal layar. Dan petualangan serta momen Denouement dalam arti sebenarnya dan kalimat kiasan pun segera di mulai.

8/26/2017 11:29:53 pm

i go to go kung fu shaolin

Reply



Leave a Reply.