Yume menggendong Hanna. Ternyata Hanna cukup berat walaupun badannya terlihat ideal pada umurnya yang sekarang. Yume memeluk Hanna dengan begitu erat dan dengan rasa sayang. Ia begitu menikmati pelukan itu. Ia pun jadi teringat bahwa ia tidak memiliki seorang adik kecil satupun untuk ia gendong dan ia peluk erat serta cium. Max segera membayar makanan yang telah mereka makan. Yume menatap kesekeliling. Pantai ini begitu luas dan sepi. Untuk mengetahui ke mana anak berumur lima tahun pergi. Mereka pun harus berfikir kira-kira ke mana anak itu pergi.
         "Tadi Daniel berusaha menangkap kupu-kupu. Kira-kira kemanakah kupu-kupu itu pergi?" Yume bertanya entah ke siapa. Mungkin ia bertanya pada dirinya sendiri. Alex pun segera menjawab. "Mungkin ia pergi ke arah semak itu." Mereka pun segera ke arah semak itu. Di balik semak itu  hanya ada tempat kosong yang begitu luas. Dengan pasir yang begitu padat. Mereka masih berjalan. Yume pun teringat jejak kaki kecil yang Daniel tinggalkan di atas pasir. Tapi melihat jejak-jejak itu hanya membuat Yume begitu pusing. Karena jejak yang ditinggalkan Daniel hanyalah sebuah jejak berputar. Yume ragu kalau Daniel hanya sekedar berlari. Pastilah Daniel juga berputar dan menari bagaikan seorang balerina. Yume pun tersenyum sendiri membayangkannya.
        Max memanggil kami dari arah kejauhan. "Semuanya kemarilah." Yume pun bertanya "Apakah kau menemukan suatu petunjuk?" Max menjawab "Yeah, aku menemukannya sedikit. Lihat jejak di pasir ini. Kaki yang begitu kecil. Ini pastilah jejak kaki Daniel. Kita harus mengikuti jejak kaki ini." Lalu mereka pun menyusuri jejak itu. Jejak itu membawa mereka ke sebuah goa. Alex bertanya "Mungkinkah kupu-kupu itu terbang ke dalam goa?" Dan Yume pun menjawab "Mungkin sang kupu-kupu sudah terbang begitu jauh. Sehingga Daniel tidak bisa mengikutinya. Sehingga ia terdampar di goa ini." Max tersenyum "Waw mungkinkah kita akan memulai petualangan kita di goa ini?" Max menghirup aroma goa itu seakan ia sedang menantang sebuah petualangan.
        Yume teringat kembali akan petualangannya di dalam goa seminggu yang lalu. Lorongnya begitu panjang dan sulit ditempuh. Setidaknya mereka harus membawa senter, kapur,pluit dan tali. Jadi ketika mereka menemukan banyak lorong. Mereka bisa menandai lorong yang tadi mereka lewati dengan kapur. Sehingga tidak bingung. Karena lorong - lorong tersebut terlihat begitu sama. Belum lagi saat memilih lorong mereka akan bingung harus memilih lorong mana yang tidak akan membawa mereka ke jalan buntu. Sehingga mereka harus mencoba semua lorong itu.
        Lalu  jika ada sebuah lubang yang membuat salah satu diantara mereka terperosot. Maka yang lainnya pun harus melihat lubang itu. Jika dasar lubang tersebut tidak terlalu dalam maka mereka harus menolongnya. Tapi jika dasar lubang tersebut tidak terlihat karena begitu dalam. Maka salah satu dari mereka harus turun dari tali untuk menolong teman yang terjatuh tadi. Tapi sebuah kode rahasia yaitu meniup pluit dengan begitu lama menandakan bahwa lubang itu begitu dalam dan menghadirkan sebuah jalan lain yang tersembunyi.   Dan tiupan pluit itu menandakan bahwa sebaiknya mereka mencoba menggunakan jalan itu. Lalu mereka semua pun turun ke bawah untuk berjalan di jalan itu. Lalu berjalan di lorong yang bau apek karena begitu lembab dan tidak terkena sinar matahari. berjalan terus menerus hingga kaki lecet karena sepatu sempit sehingga mengakibatkan kaki bergesekan dengan sepatu. Atau Jika tidak memakai sepatu maka akan lebih parah lagi karena kaki akan lecet terkena batu. Tapi sisi positifnya jadi tidak mudah terpeleset kalau jalanannya licin dan becek. Tapi itu belum parah jika dibandingkan dengan rasa haus dan lapar yang menyerang dengan ganasnya sedangkan persediaan makanan begitu sedikit.
        Tapi saat itu Yume dan kawan-kawannya menemukan sebuah kota. Kota itu sudah tidak ditempati. Banyak bangunan-bangunan yang sudah lapuk dimakan umur. Ada juga sebuah tengkorak di jalanan tersebut. Mungkin penduduk kota ini mati karena ada sebuah serangan. Lalu di balik bangunan itu Yume menemukan peralatan rumah tangga yang terbuat dari porselen, besi, serta tembaga. Mereka pun menyimpulkan bahwa rata-rata penduduk disini adalah pandai besi.   Di bagian belakang rumah itu terdapat tempat sampah yang berisi sisa-sisa kulit kerang yang begitu keras. Mungkin makanan mereka adalah kerang. Lalu Yume dan kawan-kawannya juga mengamati pasir di sini. Mungkinkah pasir ini memiliki unsur tembaga. Atau mungkinkah dulu ada sebuah harta karun yang tersembunyi di balik pasir ini. Yume pun membayangkan harta karun itu. Pasti lah harta karun itu terbuat dari koin emas, kalung mutiara, pedang pusaka, batu ruby, emerald, safir. Dan mungkin di sebelah peti harta karun itu ada seorang penjaga yang memakai baju jirah. Tapi sayangnya tetap mati karena dibunuh oleh para pasukan yang menginvasi tempat ini.
        Yume pun terus berjalan sampai menemukan sebuah danau sehingga mereka bisa mandi di sana. Serta membersihkan kaki-kaki mereka yang terluka walaupun agak sedikit perih. Dan hal yang menyenangkan adalah saat menemukan sebuah jalan di balik air terjun yang ada di danau itu. Tapi ternyata jalanan di balik air terjun itu begitu sempit. Sehingga mereka harus merangkak. Atau mungkin jika jalannya begitu sempit sekali mereka harus berjalan dengan tiarap seperti tentara.   Yume pun masih teringat akhirnya  mereka menemukan sebuah undakan yang membawanya agak ke atas. Serta lorong yang berbelok dan tibalah sebuah jalan keluar menuju cahaya matahari. Tapi sayangnya jalan itu tertutup oleh bebatuan sehingga mereka harus bekerja sama menyingkirkan batu-batu yang berat tersebut. Ketika sampai di luar maka ada sebuah sungai mengalir. Mereka pun menyebranginya. Lalu menemukan pohon yang begitu besar sekali.
       Yume dan kawan-kawannya menemukan sebuah liang di pohon itu. Merasa petualangannya begitu kurang karena jiwa petualangan mereka terus bergejolak dan rasa ingin tahu yang kuat tentang ada apakah di dalam pohon besar itu maka akhirnya dengan senyuman jahil mereka pun masuk ke dalam pohon besar itu. Ternyata di dalam pohon itu terlihat seperti ruangan. Bahkan mungkin orang jaman dulu ada yang pernah tinggal di pohon ini. Di pohon itu, Yume menemukan sebuah makam serta sesosok tengkorak . Posisi kepala tengkorak itu berada di atas makam. Seakan-akan ketika belum menjadi tengkorak tubuh itu sedang menangisi makam tersebut.
        Di tangan tengkorak itu terdapat sebuah buku yang begitu rapuh. Mungkin jika kau memegang buku itu yang terjadi selanjutnya adalah lbuku tersebut patah bukan sobek. Yume mengambil buku itu pelan-pelan agar sang buku tidak hancur. Ia membaca buku itu. Tulisan di buku ini bukanlah tulisan kuno atau tulisan paku yang membuat mereka tidak bisa membacanya. Tapi tulisan ini adalah tulisan biasa yang membuat mereka tetap bisa membacanya. Tapi hal yang paling menyedihkan adalah di buku itu ada serangga-serangga yang begitu kecil sekali. Yume pun bergidik dan meletakan buku itu di tanah. Lalu dengan ranting kayu ia berusaha mencoba agar buku itu tidak tertutup. Ia membaca buku itu.

        Dalam journal tersebut. Orang yang telah menjadi tengkorak itu menuliskan bahwa Ia sudah sampai ke tempat itu. Tempat yang sudah ia cari-cari. Tempat yang tidak ada peta untuk menuju ke tempat ini melainkan hanya terdiri dari kode seorang teman, petunjuk dan pesan tersirat dari narasumber yang telah menjelaskan sebuah kisah kepadanya. Yume pun semakin penasaran apa maksud journal tersebut. Apa yang laki-laki itu cari? Apakah ia telah menemukan apa yang telah ia cari? Apa kode-kode yang diberikan oleh temannya? Apa kisah-kisah yang telah diceritakan olehnya?   Yume pun menatap tulisan tangan laki-laki itu. Ia menyukai tulisan tangan itu, begitu rapih dan bagus, sungguh indah. Teman-teman Yume pun sudah begitu ketakutan sama ketakutannya saat menemukan sebuah kota yang telah hancur di goa tadi. Mereka pun pulang. Yume membawa buku itu untuk ia baca nanti. Tapi sebelumnya ia meletakkan buku itu ke sebuah plastik seperti barang bukti lalu meletakkannya ke dalam tas. Ia pun menyiapkan kaos tangan untuk dipakainya saat membacanya nanti.
        Suara tangisan yang begitu kencang membawa pikiran Yume kembali ke dirinya yang sedang terpaku di depan sebuah goa. Alex berteriak "Itu suara tangisan Daniel." Kami semua pun masuk ke dalam goa itu. Daniel sedang terjongkok dan menangis. Hidung dan matanya mengeluarkan cairan. Kami semua memeluk Daniel. Max pun bertanya. "Daniel kalau kau takut kenapa kau tidak pergi dari tempat yang gelap ini?" Yume pun menjawab mewakili Daniel yang masih menangis. "Mungkin ia terlalu takut untuk berjalan keluar goa. Tapi jika ia berjalan menjauhi goa mungkin kita akan sulit mencarinya lagi."   Max pun menggendong dan memeluk erat Daniel. "Yeah kau benar Yume" Max pun berbicara pada Daniel "Kau sudah aman di pelukanku sayang." Daniel pun mengerti gerakan non verbal itu. Dari pelukan Max. Daniel menemukan sebuah kehangatan yang membuatnya lupa akan dinginnya hembusan angin di dalam goa yang lembab. Dari ciuman Max pun Daniel merasakan sebuah rasa aman. Bahwa tidak akan ada yang bisa mengganggunya karena Max akan menjaganya.
        Mereka pun kembali ke pantai. Dan menemukan orang tua keempat bersaudara itu sedang histeris mencari-cari mereka. Yume tersenyum tipis. Bener-bener mirip dari yang ia duga. Setelah mereka berada cukup dekat dengan sepasang kedua orang tua itu. Yume tersenyum dan berkata "Maaf tante, saya telah meminjam keempat anak tante tanpa minta izin terlebih dahulu kepada om dan tante. Lagipula tadi om dan tante sedang begitu nyenyak tidur. Saya tidak tega membangunkan om dan tante. Ini anak tante yang paling kecil. Dari pertama kali aku bertemu dengannya Hanna begitu manis sekali."
        Orang tua keempat bersaudara itu menatap Yume dengan tatapan bingung. Max pun mengenalkan Yume kepada orang tuanya. Ia pun juga tersenyum. "Mom sepertinya kalian mendapatkan sebuah pelajaran hari ini." Max terkekeh lalu melanjutkan perkataanya. "Ini Yume, Mom dan Popp harus berterima kasih kepadanya. Karena tanpa dia mungkin Hanna sudah hanyut di pantai. Dan Daniel sudah tertinggal di goa."   Yume menatap Max. "Bukankah tadi kau yang menemukan jejak kakinya?" Max pun langsung menjawab "Tapi itu karena aku terinspirasi darimu yang sedang sibuk menatap pasir pantai. Dan ketika kau sedang menatap pasir pantai dengan expresi pusing aku yakin kau sedang mencari jejak kaki Daniel. Tapi sayangnya jejak kaki di sana hanya berputar-putar dan itulah yang membuatmu pusing terlebih kau sedang menggendong Hanna. Tapi untunglah dari semak itu aku menemukan jejak kaki Daniel yang berjalan menjauh dari semak itu."   Yume tersenyum "Itu berarti berkat Alex, karena dia yang mengatakan bahwa kupu-kupu itu mungkin berada di balik semak." Alex pun melempar fakta tersebut " Tapi aku menjawab karena kak Yume menanyakan ke mana sang kupu-kupu itu pergi. Berarti ini semua berkat kak Yume." Popp pun menengahi "Siapapun itu. Aku sangat berterima kasih karena telah menolong dan menjaga Daniel dan Hanna. Tapi harus ada seseorang yang mempertanggung jawabkan perutku." Kami semua tertawa terlebih Daniel. Sang dalang dan yang harus bertanggung jawab atas warna kulit di bagian perut yang membentuk kerang.



Leave a Reply.