Jika kita tengok langit malam pada bulan Januari-Februari akan tampak sebuah pola rasi bintang yang jelas: tiga buah bintang cukup terang, terletak sejajar, ditemani bintang-bintang terang di atas-bawah, kanan-kirinya. Orang pun langsung mengenali pola ini sebagai Orion, salah satu rasi bintang yang populer. Begitu populernya ia hingga dikenali oleh berbagai peradaban kuno manusia. Berbagai cerita pun berkembang tentang pemburu perkasa yang satu ini.

Uranometria dari Johann Bayer. kredit :US Naval Observatory Library

Dikisahkan dalam mitologi Yunani bahwa Orion jatuh cinta kepada Merope dan ingin menikahinya. Namun ayah Merope, Raja Oenopion tidak begitu menyukai Orion untuk menikahi anaknya. Orion berusaha memiliki Merope dengan berbagai cara, termasuk dengan kekerasan. Setelah berkonsultasi dengan Dyonisius, Oenopion menyihir Orion tidur ke dalam tidurnya yang panjang. Tidak hanya itu, ia pun membutakan mata Orion.

Setelah bangun dari tidurnya yang panjang, Orion mencari bantuan pada seorang peramal agar dapat melihat kembali. Peramal itu kemudian mengatakan pada Orion bahwa ia harus melakukan perjalanan ke timur dan membiarkan matanya disinari sinar matahari agar penglihatannya kembali. Orion pun melakukannya. Kemudian ia hidup di Kreta sebagai seorang pemburu nan gagah, dimana Dewi Artemis jatuh cinta kepadanya namun akhirnya membunuhnya. Kita pun sekarang dapat melihatnya sebagai seorang pemburu yang mendiami langit utara dengan ditemani dua anjing setianya, Canis Major dan Canis Minor.

Mudah sekali bagi kita untuk menemukan rasi Orion dengan mata telanjang. Untuk melihatnya sebagai seorang pemburu, langsung saja kita kembangkan imajinasi kita. Tiga bintang sejajar yang cukup terang; Alnitak (zeta Orionid), Alnilam (epsilon Orionid), Mintaka (delta Orionid) membentuk sabuk sang pemburu. Bergeser ke sebelah selatannya, tiga buah bintang yang lebih redup menandakan pedangnya. Di ujung sebelah kiri, bintang Betelgeuse (alpha Orionids) digambarkan sebagai bahu Orion. Di bawahnya secara diagonal terdapat bintang Rigel (Beta Orionids) yang membentuk kaki Orion.

Sebetulnya terang bintang Rigel melebihi terang bintang Betelegeuse. Rigel adalah bintang raksasa biru-putih bermagnitudo 0.08 sedangkan Betelgeuse bintang variable raksasa merah yang magnitudonya bervariasi antara 0.14 – 1.3. Rigel adalah bintang ke 6 paling terang di langit dan paling terang di rasi Orion. Betelegeuse termasuk ke dalam 20 bintang paling terang di langit.

Dalam rasi Orion terdapat lebih banyak bintang lagi selain yang telah disebutkan di atas. Beberapa di antaranya ada Bellatrix, Nair al Saif, dll. Bintang-bintang dalam rasi Orion ada yang berupa bintang ganda. Sebetulnya Rigel adalah salah satu contoh bintang ganda dalam rasi Orion. Namun bintang pendamping Rigel, mempunyai magnitudo 7 sehingga sangat redup cahayanya. Dengan menggunakan teleskop kecil masih susah untuk memisahkan Rigel dari bintang pendampingnya.

Orion juga kaya akan nebula, di antaranya adalah M42, M43, M78. Nebula yang menjadi favorit para astronom adalah M42, yang bersama-sama dengan dua bintang lainnya membentuk pedang Orion. Dengan magnitudo 4.0, semula para astronom mengira M42 sebuah bintang karena dengan mata telanjang M42 memang tampak di langit seperti sebuah bintang. Namun pada tahun 1618 astronom Rennus Cysatus menemukan bahwa M42 sebenarnya adalah sebuah nebula besar.

Tidak seperti nebula lainnya, M42 tidak hanya merefleksikan cahaya tetapi juga mengemisi cahaya. Telah lama para astronom mempelajari nebula berjarak 1500 tahun cahaya dari bumi ini dengan bantuan teleskop Hubble. Mereka memperkirakan bahwa di tengah nebula ini merupakan nursery bagi sekitar 700 bintang muda.

Yang tidak kalah terkenal dari rasi Orion adalah Orionid Meteor Shower yang biasanya terjadi pada 15 – 29 Oktober. Biasanya hujan meteor orion ini mencapai puncaknya pada tanggal 21. Sekitar 20 meteor per jamnya dapat terlihat. Tetapi ini dapat bervariasi dari 7 sampai 35 meteor per jam.

Tampaknya hujan meteor Orionid sudah mengundang perhatian sejak lama. Tercatat bahwa astronom Amerika, Edward Herrick, memperhatikan hujan meteor ini pertama kali pada tahun 1839. Pada 1864 astronom berkebangsaan Inggris, Alexander Herschel, melakukan observasi yang detil untuk pertama kalinya. Pada akhir abad 19 hujan meteor ini adalah salah satu hujan meteor yang paling banyak diobservasi.

Tentunya setelah membaca ini anda dapat menceritakan pada teman anda kisah tragis di balik rasi Orion, bukan? Atau anda tuliskan dalam agenda tahunan anda berakhir pekan di kawasan pegunungan untuk memburu hujan meteor Orionid bulan Oktober nanti. Selamat memburu sang pemburu.

 
Observatorium Bosscha merupakan salah satu tempat peneropongan bintang tertua di Indonesia. Observatorium Bosscha berlokasi di Lembang, Jawa Barat, sekitar 15 km di bagian utara Kota Bandung dengan koordinat geografis 107° 36' Bujur Timur dan 6° 49' Lintang Selatan. Tempat ini berdiri di atas tanah seluas 6 hektare, dan berada pada ketinggian 1310 meter di atas permukaan laut atau pada ketinggian 630 m dari plato Bandung. Kode observatorium Persatuan Astronomi Internasional untuk observatorium Bosscha adalah 299.

Daftar isi Sejarah Observatorium Bosscha (1900-40) Observatorium Bosscha (dahulu bernama Bosscha Sterrenwacht) dibangun oleh Nederlandsch-Indische Sterrenkundige Vereeniging (NISV) atau Perhimpunan Bintang Hindia Belanda. Pada rapat pertama NISV, diputuskan akan dibangun sebuah observatorium di Indonesia demi memajukan Ilmu Astronomi di Hindia Belanda. Dan di dalam rapat itulah, Karel Albert Rudolf Bosscha, seorang tuan tanah di perkebunan teh Malabar, bersedia menjadi penyandang dana utama dan berjanji akan memberikan bantuan pembelian teropong bintang. Sebagai penghargaan atas jasa K.A.R. Bosscha dalam pembangunan observatorium ini, maka nama Bosscha diabadikan sebagai nama observatorium ini.

Pembangunan observatorium ini sendiri menghabiskan waktu kurang lebih 5 tahun sejak tahun 1923 sampai dengan tahun 1928.

Publikasi internasional pertama Observatorium Bosscha dilakukan pada tahun 1933. Namun kemudian observasi terpaksa dihentikan dikarenakan sedang berkecamuknya Perang Dunia II. Setelah perang usai, dilakukan renovasi besar-besaran pada observatorium ini karena kerusakan akibat perang hingga akhirnya observatorium dapat beroperasi dengan normal kembali.

Kemudian pada tanggal 17 Oktober 1951, NISV menyerahkan observatorium ini kepada pemerintah RI. Setelah Institut Teknologi Bandung (ITB) berdiri pada tahun 1959, Observatorium Bosscha kemudian menjadi bagian dari ITB. Dan sejak saat itu, Bosscha difungsikan sebagai lembaga penelitian dan pendidikan formal Astronomi di Indonesia.

Fasilitas Teleskop radio 2,3 m Terdapat 5 buah teleskop besar, yaitu:

Teleskop Refraktor Ganda Zeiss
Teleskop ini biasa digunakan untuk mengamati bintang ganda visual, mengukur fotometri gerhana bintang, mengamati citra kawah bulan, mengamati planet, mengamati oposisi planet Mars, Saturnus, Jupiter, dan untuk mengamati citra detail komet terang serta benda langit lainnya. Teleskop ini mempunyai 2 lensa objektif dengan diameter masing-masing lensa 60 cm, dengan titik api atau fokusnya adalah 10,7 meter.

Teleskop Schmidt Bima Sakti Teleskop ini biasa digunakan untuk mempelajari struktur galaksi Bima Sakti, mempelajari spektrum bintang, mengamati asteroid, supernova, Nova untuk ditentukan terang dan komposisi kimiawinya, dan untuk memotret objek langit. Diameter lensa 71,12 cm. Diameter lensa koreksi biconcaf-biconfex 50 cm. Titik api/fokus 2,5 meter. Juga dilengkapi dengan prisma pembias dengan sudut prima 6,10, untuk memperoleh spektrum bintang. Dispersi prisma ini pada H-gamma 312A tiap malam. Alat bantu extra-telescope adalah Wedge Sensitometer, untuk menera kehitaman skala terang bintang , dan alat perekam film

Teleskop Refraktor Bamberg Teleskop ini biasa digunakan untuk menera terang bintang, menentukan skala jarak, mengukur fotometri gerhana bintang, mengamati citra kawah bulan, pengamatan matahari, dan untuk mengamati benda langit lainnya. Dilengkapi dengan fotoelektrik-fotometer untuk mendapatkan skala terang bintang dari intensitas cahaya listrik yang di timbulkan. Diameter lensa 37 cm. Titik api atau fokus 7 meter.

Teleskop Cassegrain GOTO Dengan teleskop ini, objek dapat langsung diamati dengan memasukkan data posisi objek tersebut. Kemudian data hasil pengamatan akan dimasukkan ke media penyimpanan data secara langsung. Teropong ini juga dapat digunakan untuk mengukur kuat cahaya bintang serta pengamatan spektrum bintang. Dilengakapi dengan spektograf dan fotoelektrik-fotometer

Teleskop Refraktor Unitron Teleskop ini biasa digunakan untuk melakukan pengamatan hilal, pengamatan gerhana bulan dan gerhana matahari, dan pemotretan bintik matahari serta pengamatan benda-benda langit lain. Dengan Diameter lensa 13 cm, dan fokus 87 cm

Direktur/kepala Petugas di observatorium Bosscha di masa Hindia Belanda Beberapa nama berikut pernah menjabat sebagai direktur/kepala :

  1. 1923 - 1940: Dr. Joan Voûte
  2. 1940 - 1942: Dr. Aernout de Sitter
  3. 1942 - 1946: Prof. Dr. Masashi Miyaji
  4. 1946 - 1949: Prof. Dr. J. Hins
  5. 1949 - 1958: Prof. Dr. Gale Bruno van Albada
  6. 1958 - 1959: Prof. Dr. O. P. Hok dan Santoso Nitisastro (pejabat sementara)
  7. 1959 - 1968: Prof. Dr. The Pik Sin
  8. 1968 - 1999: Prof. Dr. Bambang Hidayat
  9. 1999 - 2004: Dr. Moedji Raharto
  10. 2004 - 2006: Dr. Dhani Herdiwijaya
  11. 2006 - 2010: Dr. Taufiq Hidayat
  12. 2010 - 2012: Dr. Hakim Luthfi Malasan
  13. 2012 - sekarang: Dr. Mahasena Putra
Kendala yang dihadapi Observatorium Bosscha Saat ini, kondisi di sekitar Observatorium Bosscha dianggap tidak layak untuk mengadakan pengamatan. Hal ini diakibatkan oleh perkembangan pemukiman di daerah Lembang dan kawasan Bandung Utara yang tumbuh laju pesat sehingga banyak daerah atau kawasan yang dahulunya rimbun ataupun berupa hutan-hutan kecil dan area pepohonan tertutup menjadi area pemukiman, vila ataupun daerah pertanian yang bersifat komersial besar-besaran. Akibatnya banyak intensitas cahaya dari kawasan pemukiman yang menyebabkan terganggunya penelitian atau kegiatan peneropongan yang seharusnya membutuhkan intensitas cahaya lingkungan yang minimal. Sementara itu, kurang tegasnya dinas-dinas terkait seperti pertanahan, agraria dan pemukiman dikatakan cukup memberikan andil dalam hal ini. Dengan demikian observatorium yang pernah dikatakan sebagai observatorium satu-satunya di kawasan khatulistiwa ini menjadi terancam keberadaannya.

 
Bintang merupakan benda langit yang memancarkan cahaya. Terdapat bintang semu dan bintang nyata. Bintang semu adalah bintang yang tidak menghasilkan cahaya sendiri, tetapi memantulkan cahaya yang diterima dari bintang lain. Bintang nyata adalah bintang yang menghasilkan cahaya sendiri. Secara umum sebutan bintang adalah objek luar angkasa yang menghasilkan cahaya sendiri (bintang nyata).

Menurut ilmu astronomi, definisi bintang adalah:

“ Semua benda masif (bermassa antara 0,08 hingga 200 massa matahari) yang sedang dan pernah melangsungkan pembangkitan energi melalui reaksi fusi nuklir. ” Oleh sebab itu bintang katai putih dan bintang neutron yang sudah tidak memancarkan cahaya atau energi tetap disebut sebagai bintang. Bintang terdekat dengan Bumi adalah Matahari pada jarak sekitar 149,680,000 kilometer, diikuti oleh Proxima Centauri dalam rasi bintang Centaurus berjarak sekitar empat tahun cahaya.

 
Beberapa tahun yang akan datang, aku akan tinggal di Bandung. Dan akan hidup di sana sampai akhir hayat. Aku memilih Bandung karena semoga saja Bandung masih tetap dingin. Lagipula aku merasa aku akan menemukan jodohku di sana. Tapi apakah aku akan bertemu dengan First Love ku di sana juga? Hem entahlah yang jelas sepertinya dia tidak tinggal di Bandung. Yang tinggal di Bandung justru orang lain. Huff masa depan memang sulit dimengerti. Yang bisa dilakukan adalah berusaha melakukann yang terbaik hari ini agar besok tidak merasa kesulitan. Ibaratnya tuh harus selalu bernafas agar bisa beradabtasi untuk terus hidup.

Aku menyukai Bandung dari semenjak SMP. Benar-benar beruntun, di mulai dari menyukai Astronomi, Boscha dan akhirnya Bandung. Atau mungkin menyukai orang lain juga di Bandung. Sebenarnya aku begitu ingin sekali berbaring di sebuah rerumputan dan mataku bebas menatap langit. Melihat rasi bintang yan g semoga saja aku mengenalnya. Lalu tertidur di bawah taburan bintang di langit. Dan di pagi harinya merasakan basahnya embun di rerumputan serta dinginnya udara pagi hari. Rasanya pasti beda sekali dengan di Jakarta. Kalo di Jakarta rasanya panas dan kering, bahkan di malam hari.
 
Setelah lebih dari satu dekade para astronom memburu obyek dingin tanpa kesuksesan, hasil yang diberikan oleh Wide-field Infrared Survey Explorer (WISE) membuka jendela harapan bagi para astronom untuk menemukan obyek dingin lainnya.

Ilustrasi bintang katai Y. Kredit : NASA/JPL-Caltech

WISE dalam survei langit yang dilakukan berhasil menemukan 6 obyek bintang dingin yang digolongkan dalam katai Y. Yang menarik, ke-6 obyek dingin tersebut suhunya sedingin tubuh manusia. Dengan suhu sedingin itu, teleskop yang bekerja pada cahaya tampak akan sulit melihat obyek seperti it. WISE mampu melihatnya karena WISE memiliki mata inframerah yang mampu untuk mengenali pendaran cahaya lemah setengah lusin katai Y yang jaraknya juga cukup dekat dari Matahari.

Bintang Katai Y
Apa itu bintang katai Y? Ternyata ia adalah anggota paling dingin dalam keluarga katai coklat. Bintang katai coklat sering disebut sebagai bintang yang gagal, karena tidak mampu mengumpulkan cukup massa untuk memicu terjadinya pembakaran di inti dan bersinar laksana Matahari selama milyaran tahun. Karena tidak ada pembakaran di dalam dirinya obyek ini mendingin dan meredup seiring waktu sampai hanya ada secercah cahaya yang di pancarkan dan itupun pada gelombang inframerah.

Atmosfer dari bintang katai coklat juga mirip dengan planet gas raksasa seperti Jupiter, namun lebih mudah dipelajari. Ini disebabkan karena bintang katai coklat biasanya sendiri di angkasa, tidak seperti planet yang keberadaannya terhalau kuatnya cahaya bintang induk yang dikelilinginya.

Sedingin apakah bintang itu ?
Hasil pengamatan WISE mengungkap keberadaan 100 katau coklat baru, dan 6 di antaranya merupakan kelas Y atau katai Y.

Bintang katai Y merupakan bintang paling dingin di dalam keluarga katai coklat dan secara teoritis temperaturnya < 500 K. Ke-6 bintang katai Y yang ditemukan WISE diperkirakan memiliki temperatur sedingin tubuh manusia.  dengan suhu terendah berasal dari WISE 1828+2650 yang memiliki temperatur lebih rendah dari temperatur ruangan atau lebih rendah dari 298 K (25°C, 80°F ).

Bintang katai coklat yang ditemukan sebelum penemuan WISE ini memiliki temperatur setara dengan tempeatur oven. Dengan ditemukannya ke-6 katai coklat yang baru tersebut, temperatur terdingin di kelas Y bergeser dari “area dapur” ke area terdingin di dalam rumah dan mereka juga berada tak jauh dari rumah manusia,  hanya berjarak antara 9 – 40 tahun cahaya. Dengan jarak 9 tahun cahaya, maka WISE 1541-2250 menjadi sistem bintang terdekat ke-7 dan membuat Ross 154 si bintang katai merah menempati urutan ke-8 pada jarak 9,68 tahun cahaya. Bintang terdekat dari Tata Surya adalah Proxima Centauri dengan jarak sekitar 4 tahun cahaya.

Penemuan bintang katai coklat di dekat Matahari seperti menemukan rumah tersembunyi di lingkungan kita sendiri yang bahkan tidak pernah disadari kehadirannya. Kehadiran WISE memberi harapan baru bagi manusia untuk bisa menemukan tetangga dekat lainnya yang bahkan bisa jadi lebih dekat dari bintang terdekat saat ini.

Sumber : NASA

 
Apa yang membuat langit selatan itu begitu istimewa? Buat saya, jawabannya karena langit selatan punya satu bintang yang sangat unik, namanya Alpha Centauri (a Cen /a Centauri/ Rigil Kentaurus). Gampangnya, saya akan memanggilnya sebagai Rig-K, kenapa? Ya karena suka saja. Nama Rigil Kentaurus sendiri berasal dari bahasa Arab, Al Rijl al Kentaurus, yang artinya “kaki sang centaurus”, (tentu saja karena letaknya berada pada kaki dari konstelasi Centaurus), tetapi lebih sering disebut berdasarkan penamaan astronominya: Alpha Centauri.

Kenapa Rig-K sangat istimewa? Pertama, sederhana saja: Rig-K merupakan bintang yang paling cerlang di belahan langit selatan, di selatan konstelasi Centaurus. Ternyata, Rig-K merupakan sistem tiga bintang (sebut saja sebagai trinari), yang merupakan bintang ke empat paling cerlang di seluruh langit. Rig-K bisa dengan mudah ditemukan sebagai titik terjauh pada arah barat konstelasi Salib Selatan. Komponen-komponen trinari ini terlalu dekat untuk bisa dilihat sebagai sistem lebih dari satu bintang, jika dipandangi menggunakan mata biasa, dan tampak sebagai satu bintang belaka.

Alasan kedua, Rig-K merupakan bintang yang paling dekat dengan kita, berkisar 4,5 tahun cahaya (sekitar 42 juta juta km). Jadi memungkinkan untuk melakukan berbagai penelitian pada Rig-K.

Anggota terbesarnya, aCen-A, menyerupai sekali matahari (dengan kelas spektrum G2V, jadi boleh-boleh saja jika disebut sebagai kembarannya matahari), tetapi sedikit lebih besar dan lebih cerlang. Anggota yang kedua, a Cen-B, lebih kecil dan lebih redup, dengan kelas spektrum K1V, berwarna agak oranye-kuning-putih. Keduanya berjarak sekitar 11,2 AU (1,7 milyar km, sekitar jarak Matahari-Saturnus), orbitnya elips; dengan jarak terjauh mencapai 36 AU (6 milyar km, sekitar jarak Matahari Pluto); berperiode 80 tahun. Dari pengetahuan ini, bisa ditentukan massa sistem keduanya mencapai dua kali massa matahari.

Anggota ketiga, dikenal sebagai a Cen-C/Proxima Centauri, berjarak 0,2 tahun cahaya (2 juta juta km atau 400 kali jarak Matahari-Neptunus), dari kedua sistem yang lain. Karena jaraknya terlalu jauh dibanding dua yang lain, ada yang meragukan apakah Proxima merupakan anggota sistem, tetapi pemahaman terkini meyakini bahwa memang merupakan anggota sistem; karena itu anggota ketiga disebut sebagai Proxima; Proxima Centauri. Proxima Centauri merupakan katai merah yang redup dengan kelas spektra M5 – terlalu redup, dingin dan kecil dibanding Matahari. Sebegitu redupnya sehingga baru ditemukan pada 1915. Tapi itu cerita lain, saya lebih memilih untuk membahas alasan ketiga.

Alasan ketiga, dan merupakan alasan yang paling heboh dan menarik. a Cen-A merupakan tempat yang menarik, karena mempunyai potensi ada kondisi kehidupan serupa dengan sistem tata surya kita. Masih ingat bahwa aCen-A serupa Matahari? Itu adalah petunjuk yang baik, bahwa kita bisa saja mencari kemungkinan planet yang bisa ditinggali di luar tata surya. Dan karena jarak yang lumayan ‘dekat’, kita bisa mendapatkan detil pemahaman yang lebih baik tentang tetangga ‘kembar’ kita.

Itu adalah alasan kenapa Rig-K begitu istimewa, tapi, kenapa jadi alasan heboh? Salah satu upaya terbesar dalam riset astronomi adalah, mencari ‘bumi yang lain’; tidak heran kalau kita sering mendengar kampanye ‘ekstra solar planet’, ‘planet yang bisa didiami’, dan semacamnya. Saya bukan pakar di bidang ini, tapi ada sesuatu yang bisa saya katakan: Ada lima ujian yang harus dilakukan untuk menguji apakah suatu planet merupakan ‘tanah terjanji’ sebagai tempat kehidupan. Banyak sekali bintang yang akan gagal begitu saja. Tetapi untuk kasus Rig-K, a Cen-A lulus kelima test, a Cen-B bisa lulus semuanya dengan satu tes meragukan, dan Proxima Centauri gagal. Ini testnya, dengan Matahari (sebagai tempat kita hidup), sebagai pembandingnya.

Tes nomer satu, kedewasaan dan kestabilan, yang artinya, bintang harus berada pada deret utama. Bintang pada deret utama membakar hidrogen menjadi helium di dalam inti, menciptakan cahaya dan panas. Karena hidrogen melimpah di dalam bintang, kebanyakan bintang berada dalam deret utama dalam jangka waktu yang lama, memberi kesempatan pada kehidupan untuk bertumbuh. Matahari dan ketiga bintang yang diuji lulus tes ini.

Tes nomer dua, masalah Goldilock. Jika bintang terlalu panas, nasibnya akan cepat berakhir, jika terlalu dingin, tidak akan cukup untuk mempertahankan kemungkinan adanya kehidupan. Jadi bintang harus dalam kondisi yang pas, supaya ada kehidupan.

Bintang yang lebih panas dari Matahari, (didefinisikan dalam kelas O, B, A, dan F kelas awal) terbakar dengan cepat, dan dengan cepat mati. Sebaliknya, bintang yang lebih dingin (M dan K akhir), memproduksi energi yang tidak cukup untuk menunjang kehidupan, karena tidak memungkinkan adanya air dalam bentuk cair pada planet-planetnya (jika ada planet dalam zona bisa dihuni). Bintang warna kuning tipe G (Matahari atau serupa matahari) bisa memberikan adanya kehidupan (buktinya Matahari memberi kehidupan di Bumi). Bintang kelas F akhir dan bintang kelas K awal yang panas, masih mungkin bisa. Jadi, aCen-A lulus, a Cen-B bisa iya bisa tidak. Proxima sudah pasti gagal.

Test nomer tiga, bintang-bintang harus stabil. Berbeda dengan kestabilan test pertama, disini kecerlangan bintang harus tidak berubah banyak, atau kehidupan tidak mungkin bertahan terhadap perubahan yang drastis, dari terang-redup, yang mempengaruhi efek panas-dingin pada planet. a Cen-A & aCen-B masing-masing merupakan bintang yang baik, karena mereka lolos tes nomer dua, tetapi mereka adalah pasangan bintang ganda, yang berarti jika ada planet yang memungkinkan adanya kehidupan, masih ada variabilitas dari masing-masing pasangan, kecerlangan bintang pasangan akan naik, ketika mendekat dan menurun ketika menjauh. Kendati demikian, variasinya masih terlalu kecil dalam kasus mereka berdua. Dengan demikian keduanya dapat dianggap lulus test. Bagaimana dengan Proxima? Katai merah dikenal sebagai bintang yang meledak-ledak, yang sewaktu-waktu dapat menyemburkan energi mencapai dua tiga kali kecerlangannya sendiri dalam hitungan menit. Variasi yang terlalu ekstrim ini terlalu berbahaya untuk kemungkinan adanya kehidupan. Proxima kembali gagal tes.

Tes nomer empat, adalah umur bintang. Matahari berumur 4,6 miliar tahun, dan kehidupan sudah berkembang seperti saat ini. Bintang harus cukup tua untuk memberikan kesempatan kehidupa berkembang. aCen-A & a Cen-B lebih tua dari Matahari, mencapai 5 atau 6 miliar tahun, dengan demikian, mereka lulus tes. Proxima paling tidak baru berumur satu miliar tahun, dengan demikian Proxima kembali gagal.

Tes nomer lima, tes terakhir. Apakah bintang mempunyai elemen-elemen dasar penysun kehidupan? (sebut saja karbon, nitrogen, oksigen dan besi). Seperti Matahari, kebanyakan bintang tersusun utamanya dari hidrogen dan helium, hanya dua persen tersusun dari elemen yang lebih berat. Meskipun angka dua persen ini sepertinya tidak banyak, tapi cukup untuk membentuk planet batuan dan memunculkan kehidupan. Sekali lagi, a Cen-A & a Cen-B lolos tes, mereka cukup kaya dengan elemen-elemen tersebut.

Jika a Cen-A lolos semua tes, a Cen-B hampir semuanya lolos; pertanyaan utamanya adalah: Adakah planet di Rig-K? Paling tidak satu saja planet yang hangat, berbatu, dengan air melimpah dan mempunyai kemungkinan untuk dihuni, seperti Bumi kita? Kita belum tahu pasti. Sekalipun Rig-K ‘dekat’ dalam skala astronomi, mengapa kita belum menemukannya? Sekalipun bintang lulus tes, tanpa adanya planet, kita tidak punya apa-apa bukan?

Untuk suatu sistem bintang berdua, planet yang mengorbit salah satu bintang tidak boleh terlalu jauh dari bintang tersebut, atau orbit planet tersebut menjadi tidak stabil. Jika jaraknya melampaui suatu nilai ambang, bintang pasangannya akan mempengaruhi orbit planet tersebut. Untuk sistem a Cen-A & a Cen-B, ambangnya adalah 11 AU, dengan batas kestabilan planet harus berada dalam 2 AU. Kembali ke Matahari, kita lihat bahwa kita punya Merkurius (0.4 AU), Venus (0.7 AU), Bumi (1 AU) & Mars (1.5 AU). Jadi, sistem a Cen-A & a Cen-B masih boleh memiliki satu atau planet dalam zona adanya kehidupan (seperti Bumi). Sekedar tambahan, 1 AU itu adalah sama dengan 150 juta km.

Bilamana kita sudah sanggup mengamati dengan kemampuan yang lebih baik, diharapkan akan diperoleh jawab, apakah kita sendirian di dalam semesta ini, atau paling tidak ada planet lain yang serupa Bumi yang bisa kita kunjungi.

Jadi, jika umat manusia mencari tempat selain Bumi, atau bahkan kehidupan cerdas lain, Rig-K adalah tempatnya, karena merupakan kandidat terbaik. Betapa unik dan spesialnya Rig-K, bintang-nya langit selatan.

Source: http://langitselatan.com
 
REPUBLIKA.CO.ID,  LONDON - Badai Matahari 2012 menerjang bumi dengan kecepatan 93 juta mil per jam. Di saat bersamaan, enam astronot tengah berada di Stasiun Ruang Angkasa Internasional.

Dailymail.co.uk menyebut keenam astronot terdiri atas ahli operasi penerbangan dan ahli matahari NASA. Mereka sengaja berada di stasiun ruang angkasa khusus untuk meneliti efek Badai Matahari yang diharapkan terjadi.

''NASA memutuskan bahwa keenam astronot di Stasiun Ruang Angkasa Internasional tidak perlu melakukan tindakan apapun untuk melindungi diri dari radiasi,'' kata juru bicara NASA, Rob Navias.

Sementara Antti Pulkkinen, fisikawan di Pusat Penerbangan Angkasa Goddar NASA, menyatakan ledakan matahari diikuti dengan tiga letupan. Letupan pertama datang dari radiasi elektromagnetik yang diikuti dengan letupan radiasi kedua dalam bentuk proton.


''Letupan terakhir adalah coronal mass yang merupakan plasma dari matahari itu sendiri,'' katanya.


Plasma bergerak loncat dari matahari dengan kecepatan satu sampai dua juta mil per jam. Namun, ada ilmuwan yang menyebutkan kecepatan badai matahari itu bisa mencapai 4 juta mil per jam saat keluar dari matahari.

Badai matahari dapat menyebabkan banyak masalah nyata di bumi. Salah satunya adalah padamnya jaringan listrik.   Pada tahun 1989, badai matahari menyebabkan pemadaman listrik besar-besaran di Quebec. Hal ini juga dapat menarik cahaya utara lebih jauh ke selatan.


Redaktur: Didi Purwadi
http://www.republika.co.id
 
TEMPO.CO , Jakarta:-Penduduk bumi tak terancam bahaya oleh badai matahari yang berpuncak, Selasa 24 Januari 2012 malam. Fenomena badai justru menyajikan pemandangan aurora yang indah di langit malam. Masyarakat bisa menyaksikan cahaya bergoyang ini langsung melalui internet.

Aurora adalah cahaya yang dilepaskan partikel badai matahari saat mencapai kutub bumi. Cahaya yang terlepas ini merupakan salah satu upaya bumi melindungi manusia.

Bagi manusia yang tinggal di sekitar kutub, aurora tampak seperti tirai cahaya berwarna merah, hijau, kuning, biru, dan ungu yang bergoyang ditiup angin. Aurora semakin terang dan intensif ketika badai matahari terjadi. Sayangnya, manusia yang tinggal di khatulistiwa tak bisa menyaksikan aurora ini, kecuali menggunakan tayangan langsung di internet.

Adalah Aurora Sky Stasion, terletak di Pegunungan Abisko, Swedia, menyediakan kamera yang terus mendongak ke langit. Stasiun yang berada di lintang 68 derajat utara ini merupakan salah satu lokasi terdekat ke kutub utara sehingga dipastikan bisa dipakai untuk menyaksikan pertunjukan cahaya berjoget. Hasil rekaman ini disiarkan langsung melalui internet.

Penulis bagi situs UniverseToday.com, Nancy Atkinson, yang turut mengakses layanan ini menyatakan kekagumannya. "Webcam ini menampilkan pemandangan aurora yang mengagumkan dari Swedia," ujar dia.

Kanada yang berada di dekat kutub juga memiliki fasilitas serupa. Dari kawasan Yellowknife, terdapat observatorium online bernama AuroraMAX yang menyiarkan pertunjukan aurora melalui internet sejak tahun 2010.

Situs AuroraMAX bahkan menyediakan berbagai petunjuk untuk memotret aurora. Tentu saja masyarakat Indonesia yang berminat memotret harus melancong ke negara-negara sekitar kutub.

ANTON WILLIAM
http://www.tempo.co