Satsuki yang berumur 8 tahun, dan adik perempuannya, Mei pindah rumah di sebuah desa dengan ayahnya yang merupakan professor di sebuah Universitas mereka pindah karena ibu mereka sedang berada di rumah sakit. Mereka pindah di sebuah rumah tua.

Saat pertama kali datang ke rumah tersebut, mereka menemui beberapa biji-bijian. Dan setelah ditelusuri Mei melihat sesuatu benda hitam yang dapat terbang dan menghilang di dalam rumah, dan puncaknya saat di lantai dua, Mei melihat mereka dan menangkap salah satunya. Namun saat diperlihatkan ke kakaknya, sesuatu tersebut berubah menjadi serbuk hitam.                 Saat malam tiba, Satsuki menyiapkan air panas untuk mandi, ketika dia mengambil kayu, kayu-kayunya terbang tertiup angin, dan Satsuki merasa ketakutan karena hal tersebut sangat ganjil dengan angin yang kencang dan sebagainya. Dan ketakutan Satsuki dan Mei mereka ceritakan kepada ayahnya, Ayah pun menyuruh mereka tertawa keras agar ketakutan hilang, saat itu angin bertiup sangat kencang. Setelah mandi, mereka pun langsung tertidur pulas.

                Keesokan paginya, Satsuki, Mei, dan Ayah berboncengan sepeda menuju rumah sakit untuk mengunjungi Ibu. Mereka saling melepas rindu dan menceritakan rumah baru mereka. Ibu pun mendengarkan dengan sabar sambil menyisir rambut Satsuki yang sebenarnya pendek.


Saat Satsuki pergi ke sekolah, Mei dan Ayah tetap di rumah. Ayah mengerjakan tugas dari kampus, sedangkan Mei bermain di halalaman. Saat Mei bermain itulah secara tidak sengaja dia melihat binatang kecil seperti kelinci. Mei mengikuti binatang yang ternyata juga dapat menghilang itu. Binatang itu lari di kejar Mei sampai ke basement yang mana tidak dapat dimasuki Mei. Dan ternyata ada 2 binatang, yang satu berwarna putih kecil, satu lagi agak besar dan berwarna hitam. Mereka gagal untuk lari secara sembunyi-sembunyi. Sampai kemanapun mereka pergi diikuti oleh Mei. Sampai masuk ke dalam lubang di sebuah pohon besar (Pohon keramat di Jepang yang biasanya diikat oleh tali putih dan dihias dengan kertas putih juga). Nah di dalam lubang itulah Mei bertemu pertama kali dengan Totoro. Sampai dia tertidur beralaskan Totoro. Mei yang hilang itu pun dicari Satsuki dan Ayahnya. Satsuki menemukan topi Mei yang jatuh di dekat semak-semak saat mengejar hewan-hewan tadi. Satsuki pun masuk ke lorong semak, dan menemukan Mei tertidur di dalamnya. Mei pun menceritakan pada kakak dan ayahnya mengenai Totoro, namun mereka tidak percaya, ei pun mencoba menelusuri jalan yang tadi dilewatinya saat akan menuju gua, namun selalu keluar dari semak, tidak seperti jalan panjang yang dilaluinya tadi. Setelah mendengarkan cerita Mei, Ayah mengajak mereka melihat Pohon Keramat di desa itu, dan ternyata pohon itulah tempat masuk ke lubang Totoro, namun ternyata tidak ada lubang sama sekali. Mereka pun berdoa sejenak di depan Pohon keramat. Lalu kembali ke rumah.                 Keesokan harinya Ayah harus kembali ke Universitas. Mei dititipkan ke Nenek saat Satsuki sekolah. Tapi ternyata ketika di sekolah, Mei mendatangi Satsuki sambil menangis bahwa dia ingin ikut Satsuki sekolah. Akhirnya Mei pun duduk di kelas bersama Satsuki. Dan dia menggambar Totoro. Sepulang sekolah hujan lebat, mereka tidak membawa paying, lalu berteduh di tempat pemujaan Buddha. Kanta pun meminjami mereka paying, sedangkan dia sendiri hanya berlari-lari tanpa payung. Sorenya, Satsuki dan Mei mengembalikan payung Kanta. Lalu mereka menjemput ayah di Bus Stop. Bus pertama ternyata bukan ayah mereka. Lalu sepeda lewat. Hujan masih terus turun. Dan semakin gelap, Mei pun mengantuk sehingga Satsuki menggendongnya di punggung.  Saat itulah tiba-tiba ada langkah kaki, dan setelah dilihat lebih dekat ternyata itu adalah hewan besar sekali berwarna coklat dengan daun kecil di kepalanya sebagai payung. Satsuki pun meminjamkan payung yang seharusnya untuk ayahnya ke hewan tersebut, yang tidak lain  adalah Totoro. Totoro pun  senang sekali, dia lebih senang ketika tetesan hujan yang dari pepohonan yang mana lebih besar, suaranya ketika menimpa payung membuat Totoro senang sekali. Kemudian dia pun meloncat dan membuat semua pohon memuntahkan air, yang membuatnya tertawa terpingkal-pingkal, dan membuat Mei terbangun. Hujan pu reda. Lalu datanglah Bus Kucing, benar-benar kucing, Totoro memberikan bungkusan dari daun kepada Mei, lalu masuk ke bus itu, dan masih tetap membawa payung dari Satsuki tadi. Satsuki dan Mei masih terbengong-bengong saat Bus Kucing lenyap dan diganti oleh Bus yang memuat ayah mereka.

                Ayah memasang tenda anti nyamuk ke lingkup futon, mereka pun  bersiap tidur, tetapi ayah tidak tidur, dia mengerjakan tugas. Tiba-tiba ada cahaya yang membangunkan Satsuki, dan kemudian membangunkan adiknya setelah tahu itu Totoro bersama hewan putih hitam mengelilingi taman yang sudah mereka Tanami biji-bijian yang merupakan isi bungkusan yang diberikan Totoro. Dan mereka menarikan tarian cepat tumbuh. Biji-biji tersebut langsung tumbuh menjadi sebuah pohon yang sangat besar. Lalu mereka semua diajak Totoro naik ke atas gasing, dan keliling desa menimbulkan angin, dan suara-suara malam, kemudian mereka kembali lagi dan berada di puncak pohon dan menyanyikan suara-suara malam dengan alat music.

Keesokan harinya Satsuki dan Mei membantu nenek memanen jagung dan buah-buahan, saat mereka berpiknik ria di bawah pohon, mereka mendapat telegram dari Ibu yang di antar Kanta. Di telegram itu diceritakan bahwa Ibu sakitnya kambuh, Satsuki pun syok, dia kemudian lari mencari sambungan telepon bersama Kanta, yang mana tidak semua orang di desa tersebut mempunyai telepon. Mei mengikuti mereka sambil membawa jagung, padahal sudah dilarang Satsuki. Karena lagkah Mei yang kecil, dia tertinggal, dan mengambil jalan yang salah, sampai bertemu dengan kambing besar yang mencoba memakan jagung Mei. Mei pun marah kepada kambing itu, dan membentak bahwa jagung itu untuk Ibunya. Setelah menelepon ayahnya perihal telegram, dengan lunglai dia dan Kanta pulang, dan bertemu Mei. Sampai rumah Satsuki dan Mei bertengkar hebat karena emosi mereka yang diuji mengenai ibu mereka, Mei ingin ke rumah sakit, tapi dilarang Satsuki. Sampai sore hari mereka tetap berdiam diri. Nenek yang mengantarkan pakaian bersih dan kemudian mencari air, menghibur Satsuki. Mei dengan tekat kuat pergi tanpa pamit sembari membawa jagung, dengan maksud pergi sendiri ke rumah sakit, yang mana terletak sangat jauh di lain daerah.                 Satsuki dan nenek panic ketika mendapati Mei tidak ada, Satsuki pun sangat sedih, dia berlari-lari ke jalan-jalan sambil meneriakkan nama Mei sambil menangis, dia sangat menyesal sekali karena telah berkata kasar kepada adiknya. Dia bertanya ke orang-orang apakah melihat adiknya, namun nihil, sampai Kanta mengantar kabar buruk bahwa sepatu adiknya ditemukan hanyut di sungai. Satsuki sangat sedih, dia pun berlari ke tempat orang-orang desa yang berkumpul mengelilingi sepatu Mei. Lalu dia mencoba menemuka Totoro di dalam semak-semak yang dulu ditunjukkan adiknya. Dan ternyata jalan yang dulunya sangat pendek menjadi panjang dan berakhir di sebuah lubang. Di lubang itu, Satsuki bertemu Totoro lagi, dia sembai menangis menceritakan mengenai adiknya yang hilang, Totoro mengajaknya terbang ke atas pohon dan mengaum. Aumannya ternyata memanggil Bus Kucing (hal sama ketika hujan dulu, dia juga mengaum dan Bus Kucing muncul). Satsuki pun di suruh masuk ke dalam Bus yang mana arah tujuan sudah berubah menjadi kata MEI. Di dalam bus penuh dengan bulu-bulu kucing yang tebal, empuk, dan hangat. Dan dimulailah perjalanan menuju Mei. Perjalanan tersebut melewati nenek dan orang-orang, namun mereka tidak tahu karena hanya menimbulkan angin.

                Pada akhirnya Satsuki menemuka Mei terduduk di pematang saawah, menangis. Pada awalnya Mei mengira halusinasi saja, namun ketika melihat Satsuki dari atas tiang listrik, dia senang sekali. Mereka pun berpelukan, dan mendapati Bus Kucing sudah merubah arah tujuan ke rumah sakit. Sesampai rumah sakit, Satsuki, Mei, dan Bus Kucing hanya bertengger di atas pohon dekat jendela Ibu, yang mana sudah ditemani Ayah. Mereka senang Ibu baik-baik saja. Kemudian Ayah menemukan jagung, dengan tulisan “Untuk Ibu” di jendela.

                Demikianlah akhir cerita, pesan yang dapat dipetik:

  1. Jangan membenci seseorang, karena semua orang sebenarnya adalah baik.
  2. Jangan pula membenci tetangga kita, karena kepada merekalah pertama kali kita meminta bantuan.
  3. Kita harus saling percaya antar anggota keluarga.
  4. Tertawalah agar tidak takut.
  5. Tetangga kita bukan hanya manusia, namun juga alam dan hewan-hewan di dalamnya, yang mana juga akan membantu, melindungi, dan selalu bersama kita.
Kesanku:

                Pada awalnya tertawa terbahak-bahak karena kelucuan Satsuki dan Mei, namun pada adegan terakhir sampai akhirnya, 15 menit an mungkin, aku menangis terus, sedih banget lho, dalem, sampai hati pokoke, mungkin karena aku juga punya adik ya, atau mungkin juga karena beberapa menit sebelumnya aku jalan dari kampus ke kost (2.5 km) karena ban sepedaku bocor kena paku gedhe banget panjang 5 m an, diameter 3 mm an, uang yang kubawa cuma 1000, hujan lagi, sepanjang jalan aku nyanyiin Aitakatta karena baru download jadi ingetnya itu, jadi curhat nih, hahaha.

by Danamumania



Leave a Reply.