Saat itu Hazzel pergi ke sebuah kafe itu lagi. Ia meminum coklat hangatnya lalu ia mulai menulis di kertas itu. Tapi entah kenapa walaupun ia sudah berusaha menulis dengan berbagai alat tulis. Ia tetap tidak bisa menuliskannya. Entah kenapa semuanya begitu tidak nyata. Padahal jika menulis dengan semua alat tulis itu dengan kertas lain bisa nyata.

Hazzel menghembuskan nafas. Lalu membenamkan wajahnya ke lengannya. Rasanya ia begitu bosan sekali dengan semua hal yang tidak tahu harus bagaimana ia melakukannya. Tiba-tiba ada seseorang yang menyentuh bahunya. Ternyata Nana, Nana pun bertanya tentang keadaan Hazzel. Dan Hazzel pun menceritakan masalahnya. Nana menatap buku itu. Ia membaca huruf paku yang ada di halaman awal lalu ia tersenyum. Dan ia punn berkata “Buku itu bukan untuk di tulis tapi buku ini untuk di baca.” Hazzel mengernyit kepalanya jadi pusing. “Lalu bagaimana cara kita membaca buku kosong itu.” Hazzel mendesah lalu membenamkan kepalanya ke lengannya.




Leave a Reply.