Pada zaman dahulu kala, seorang dewa yang menguasai wilayah Kazusa, Shimousa dan wilayah sekitarnya (sekarang Prefektur Chiba), menanam sebutir benih pohon tsubaki. Benih itu kecil sekali, hingga kalau saja ada angin berhembus, meski tak kencang, pasti akan terbawa terbang. Karena tumbuh di daerah yang subur, maka benih tersebut tumbuh menjadi tunas dan lambat laun menjadi sebuah pohon yang besar.

Singkat cerita, selama 88000 tahun pohon tsubaki tersebut tumbuh menjadi pohon yang tinggi dan besar. Karena begitu tingginya, ujung pohon tersebut sampai menembus awan dan hampir-hampir mencapai langit. Cabang dan daun-daun pohon yang lebat tersebut memanjang hingga mencapai kira-kira tiga buah desa. Ketika bunga-bunga tsubaki yang berwarna merah itu bermekaran, langit di atasnya pun berubah menjadi merah. Sebaliknya, saat bunga-bunga tersebut berguguran ke bumi, warna bumi pun menjadi merah. Namun demikian, penduduk yang tinggal di sekitar pohon tsubaki tersebut bersyukur karena tanah pertaniannya selalu subur. Mereka hidup dengan tentram dan sentosa.

Sampai pada suatu hari, entah dari mana asalnya dan sejak kapan datangnya, tiba-tba saja di atas pohon tersebut telah tinggal seorang raksasa yang jahat. Keberadaan raksasa jahat tersebut membuat penduduk ketakutan. Jika malam tiba, suara tawa raksasa yang menyeramkan tersebut membahana, terbawa oleh hembusan angin hingga berpuluh-puluh kilometer. Mendengarkan suaranya saja anak-anak kecil akan menangis ketakutan dan burung-burung yang sedang bertengger di atas pohon akan menjadi kaku dan jatuh ke tanah. Gerakannya saja bisa membuat angin kencang yang siap memporak-porandakan atap rumah para penduduk. Bau nafasnya bisa membuat tanaman layu dan mati. Binatang ternak dan bahkan manusia sekalipun bisa dibuatnya pingsan. Keberadaan raksasa jahat itu telah membuat penduduk desa sangat ketakutan dan tidak berani keluar rumah. Akibatnya banyak lahan pertanian yang terbengkelai dan binatang ternak tidak mendapatkan makanan yang cukup.

Kejadian ini membuat dewa-dewa di kerajaan langit sedih dan marah. Mereka akhirnya mengutus puluhan ribu bala tentara untuk mengusir raksasa jahat tersebut. Bala tentara tersebut diperintahkan untuk mengepung pohon tsubaki tersebut dari bawah. Mereka berteriak ramai-ramai sambil mengacung-acungkan tombak maupun pedangnya. Beberapa pasukan panah juga telah melepaskan anak panahnya ke atas pohon. Tentu saja hal ini membuat sang raksasa terkejut bukan kepalang. Melihat dirinya sudah dikepung dari seluruh penjuru mata angin, ia jadi marah. Ia lalu menggoyang-goyangkan pohon itu dari atas.

Goyangan pohon yang keras tersebut menimbulkan bunyi gemuruh dan gempa yang dahsyat di atas tanah. Para prajurit pun lari tunggang langgang dibuatnya. Namun, bukan itu saja yang dilakukan oleh sang raksasa. Ia kemudian melompat turun ke tanah hingga menimbulkan bunyi bedebam yang luar biasa kerasnya. Bumm! Ia lalu memeluk batang pohon tsubaki yang besar tersebut. Dengan sekuat tenaga ia lalu mencabut pohon tersebut dan melemparkannya ke arah laut. Ketika pohon tersebut tercebur ke laut, percikan air laut naik sangat tinggi dan jatuh kembali seperti air terjun yang deras, sebagian percikan tersebut jatuh kembali ke laut dan sebagian lagi membanjiri ketiga desa tempat asal pohon tsubaki tersebut. Sang raksasa lalu melompat ke atas batang pohon yang mengambang di laut itu dan pergi entah kemana.

Sementara itu banjir besar yang melanda tiga desa itu akhirnya surut. Airnya tertampung di lubang bekas tercabutnya pohon tsubaki hingga membentuk sebuah danau yang lebar. Sang raksasa yang pergi itu tidak pernah kembali lagi, dan kehidupan desa tersebut berangsur-angsur tenang kembali. Oleh penduduk desa, danau baru tersebut diberi nama Danau Tsubaki.

Beribu-ribu tahun setelah kejadian itu, tepatnya ketika Zaman Edo, datanglah seorang saudagar yang bernama Shiraishi Jiroemon. Saudagar itu ingin membuka lahan pertanian di daerah tersebut. Namun, karena ada danau yang luas, maka ia memerintahkan para pekerjanya untuk menguras danau tersebut dan membuangnya ke laut. Daerah bekas danau tersebut akhirnya kering dan mulailah dibuka lahan pertanian yang luas. Daerah tersebut kini bernama Higata. Karena kesuburan tanahnya, daerah Higata banyak ditumbuhi pohon tsubaki. Saat musim semi tiba, daerah tersebut berubah menjadi merah laksana bunga pohon tsubaki yang berusia 88000 tahun.

——————————————————————————–

Judul asli: Hachiman Hassen no Tsubaki yang berasal dari Prefektur Chiba.
http://dongengjepang.wordpress.com/2008/01/11/pohon-tsubaki-berusia-88000-tahun/




Leave a Reply.