Lady Murasaki Shikibu (978-1014, Kyoto)

Adalah seorang sastrawan Jepang yang merupakan penulis dari novel Genji Monogatari (The Tale Of Genji), yang dianggap sebagai karya sastra paling hebat dalam sejarah literatur Jepang dan diperkirakan sebagai novel penuh tertua di dunia. Nama aslinya tidak diketahui. Nama “Murasaki” diperkirakan diambilnya dari salah satu tokoh heroine dalam novelnya. Sumber informasi mengenai kehidupan Lady Murasaki berasal dari buku harian yang ditulisnya mulai dari tahun 1007 sampai 1010. Buku harian ini menggambarkan deskripsi yang menarik mengenai kehidupannya di tempat tinggal kaisar Joto mon’In, kepada siapa Lady Murasaki mengabdi. Beberapa kritikus berpendapat bahwa dia menulis seluruh cerita Genji antara 1001 (tahun saat suaminya, Fujiwata Nobutaka, meninggal) sampai 1005, ketika dia mulia mengabdi pada kerajaan. Namun adapula yang menganggap, komposisi dari novel yang suuupeeerrr panjang dan kompleks ini bahkan sebenarnya masih belum selesai bahkan sampai tahun 1010. Adapula yang berpendapat bahwa 14 bab terakhir dari novel ini ditulis oleh orang lain.

Genji Monogatari menampilkan gambaran kehidupan social kaum aristocrat yang unik dan elegan, di mana puisi, musik, kaligrafi, dan kehidupan kerajaan memainkan peranan yang sangat penting. Novel ini sebagian besar berkisah mengenai kisah-kisah cinta Pangeran Genji. Walaupun novel ini tidak memuat adegan aksi yang kuat, namun pada beberapa bagian dihiasi dengan gambaran emosi-emosi yang mendalam dari para tokohnya. Kisah novel yang semakin lama semakin menggelap mungkin berkenaan dengan paham Buddhisme yang dianut Lady Murasaki mengenai kekosongan/kehampaan atau ketidakkekalan.

Natsume Soseki (9 Feb 1867 – 9 Des 1916, Edo)

Nama asli novelis luar biasa dari periode Meiji ini adalah Natsume Kinnosuke. Natsume mengambil jurusan Bahasa Inggris di Todai (Tokyo Daigaku) pada tahun 1893 dan mengajar di sana sampai tahun 1900, kemudian ia pergi ke Inggris dalam program beasiswa pemerintah. Pada tahun 1903 dia kembali dan menjadi dosen Inggris di Universitas lamanya itu. Reputasi terbesarnya dimulai oleh 2 novel yang sangat sukses, Wagahai-wa neko de aru (1905–06; I Am a Cat) dan Botchan (1906; Botchan: Young Master). Novel yang pertama merupakan novel yang mengisahkan mengenai kehidupan sehari-hari yang dilihat dari sudut pandang seekor kucing. Cara ini pernah sekali digunakan oleh Urasawa Sensei dalam salah satu bab dalam karyanya, Master Keaton, lho. Sedangkan yang kedua terkenal dengan salah satu tokohnya, yaitu Pak Guru Kinpachi dengan kata-katanya, “Huruf 人(hito/orang) itu bisa terbentuk karena ada 2 garis yang saling mendukung.” Kata-kata ini beberapa kali kita dengar dikutip oleh tokoh-tokoh manga kesayangan kita, misalnya Ayame (Furuba). Novelnya yang ketiga berjudul Kusamakura (1906; The Three-Cornered World) berkisah mengenai kehidupan seorang pelukis yang tinggal sementara di sebuah desa yang terpencil.

Setelah tahun 1907, ketika Natsume berhenti mengajar untuk lebih berkonsentrasi pada kegiatan menulis, karyanya semakin banyak, walaupun tetap gelap seperti sebelumnya. Kebanyakan bercerita mengenai seorang laki-laki yang bergulat dengan kesepiannya. Tipikal tokoh hero yang dibuatnya adalah seorang laki-laki kelas mengengah yang berpendidikan baik yang telah berkhianat atau dikhianati oleh orang yang dekat dengannya, yang di tengah rasa bersalah atau bingung, menarik diri dari masyarakat. Dalam Kōjin (1912–13; The Wayfarer) sang hero menjadi hampir gila karena terasa terisolasi; dalam Kokoro (1914) sang hero membunuh dirinya sendiri; dalam Mon (1910; “The Gate”) ketidakmampuan sang hero untuk melangkah masuk ke sebuah kuil Zen untuk mencari ketenangan adalah simbol dari rasa frustasi, isolasi, dan ketidakberdayaan. Novelnya yang terakhir, Michikusa (1915; Grass on the Wayside), merupakan sebuah autobiografi.

Akutagawa Ryunosuke (1 Mar 1892 – 24 Jul 1927, Tokyo)

Seorang penulis cerita, drama, dan puisi yang produktif, dengan nama pena Chokodo Shujin (Gaki). Ketika kecil, Akutagawa adalah seorang anak yang sakit-sakitan dan hipersensitif, namun dia sangat pandai di sekolah. Dia memulai karier literaturnya ketika masuk ke Universitas Tokyo untuk mengambil jurusan Sastra Inggris dari tahun 1913 sampai 1916. Publikasi cerpennya pada tahun 1915, Rashomon, membuatnya bertemu dengan Natsume Soseki, yang merupakan seorang novelis yang terkenal pada saat itu. Dengan dorongan dari Soseki, dia mulai menulis sejumlah cerita yang kebanyakan diadaptasi dari dongeng-dongeng Jepang tapi diceritakan kembali dari sisi psikologi modern ditambah dengan gaya menulisnya sendiri. Tema-tema ceritanya sangat beragam, mulai dari yang berhubungan dengan negeri Cina sampai kontrak Bangsa Eropa dengan Jepang pada abad ke-19.

Pada tahun 1922, dia kembali menulis fiksi autobografikal. Karyanya yang penting yang terakhir adalah Kappa (1927). Walaupun cerita ini mengenai fable satir mengenai makhluk dongeng Jepang, Kappa, namun kurang lebih juga menggambarkan rasa depresinya pada saat itu. Pada tahun 1927, dunia literatur dikejutkan oleh peristiwa bunuh dirinya. Namun, bagaimanapun Akutagawa telah meninggalkan nama besar di dunia ini dan menjadi salah satu sastrawan Jepang yang karyanya paling banyak diterjemahkan. Sejumlah ceritanyanya juga telah diadaptasi menjadi film. Salah satunya adalah Rashomon (1951) yang disutradarai oleh Kurosawa Akira, yang dibuat berdasarkan cerpen dengan judul yang sama dan kisah lain yang berjudul “Yabu no naka” (1921; “In a Grove”). Sekarang namanya diabadikan menjadi nama penghargaan tertinggi bagi para sastrawan jepang, Akutagawa Award.

Kobo Abe (7 Mar 1924 – 22 Jan 1993, Tokyo)

Nama aslinya adalah Abe Kimifusa, seorang novelis dan penulis sandiwara yang terkenal dengan cerita-ceritanya yang unik dalam menggambarkan keadaan seorang laki-laki yang terisolasi. Abe tumbuh di Mukden (sekarang Shen-Yang), di Manchuria, di mana ayahnya yang seorang ahli fisika mengajar di Universitas Kedokteran. Abe muda sangat tertarik mengoleksi serangga, matematika, dan karya-karya Fyodor Dostoyevsky, Martin Heidegger, Karl Jaspers, Frank Kafka, Friedrich Nietzsche, dan Edgar Allan Poe. Abe pergi ke Jepang pada tahun 1941 dan pada tahun 1943 mulai belajar ilmu medis di Todai, tapi ia harus kembali ke Manchuria karena akhir perang dunia ke-2. Kembali ke Jepang, dia lulus dari bidang medis pada tahun 1948, tapi tidak pernah mempraktekkannya. Dia mulai menulis puisi dan mempublikasikannya pada tahun 1947 dengan judul Mumei Shishu (“Puisi dari Penulis yang Tidak Dikenal”) dengan uangnya sendiri. Reputasinya tidak bertambah sampai pada tahun 1948 ketika novelnya, Owarishi michi no shirube ni (“The Road Sign at the End of the Street”) mendapat sambutan baik di mata kritikus.

Banyak di antara novel-novelnya yang terkenal yang dikatakan sangat bergaya Kafka, misalnya Suna no onna (1962; The Woman in the Dunes), yang diadaptasi menjadi film yang sangat sukses (di dalam dan di luar Jepang); kemudian Daiyon kampyōki (1959; Inter Ice Age 4); Tanin no kao (1964; The Face of Another); Moetsukita chizu (1967; The Ruined Map); Hako otoko (1973; The Box Man); Mikkai (1977; Secret Rendezvous); and Hakobune Sakura-maru (1984; The Ark Sakura). Beyond the Curve (1990), sebuah koleksi cerpen, merupakan karya Abe pertama yang berbahasa Inggris. Dari antara sandiwara-sandiwaranya yang sukses di Jepang, Tomodachi (1967; Friends) dan beberapa yang lain ditampilkan dalam Bahasa Inggris di Honolulu. Pekerjaannya yang terakhir adalah menjalankan usaha teater di Tokyo, di mana dia menulis beberapa sandiwara setiap musimnya.

Eiji Yoshikawa (11 Agu 1892, Kanagawa – 7 Sep 1962, Tokyo)

Penulis bernama asli Yoshikawa Hidetsugu ini dianggap sebagai novelis peringkat paling wahid di antara para penulis Jepang lain di abad ke-20. Oleh karena kegagalan ayahnya dalam bisnis, kehidupan-kehidupan awal Yoshikawa dijalaninya dengan sulit. Pada tahun 1925 dia mempublikasikan Kennan jonan (“Troubles with Swords and Women”), namun posisinya sebagai seorang penulis baru terangkat ketika dia menulis Naruto hichō (1926–27; “A Secret Record of Naruto”). Pada beberapa saat, dia beberapa kali menulis novel-novel ringan, tapi lalu dia kembali menulis novel-novel serius mengenai karakter-karakter manusia. Karyanya yang terbesar, tidak lain, adalah novel historis berjudul Miyamoto Musashi (1935–39; Musashi), yang berkisah mengenai samurai terkenal Miyamoto Musashi. Kemudian dia mencoba masuk lebih dalam kepada kehidupan para tokoh Jepang dalam sejarah dalam Shin Heike monogatari (1950–57; The Heike Story) and Shihon taihei-ki (1958–61; “A Private Book of War History”). Karya-karyanya yang terkenal membuatnya menjadi penulis novel popular pertama yang menerima anugerah tanda jasa dari Negara.

by:michaelfallion




Leave a Reply.