Hazzel berjalan di jalan setapak itu, semakin ia menjauhi rumah, ia merasa semakin bersalah.

Ternyata jalan setapak itu membawa dirinya ke sebuah tumbuhan yang sangat panjang menjulang ke atas langit. Hazzel pun memanjat tumbuhan itu dan negri itu bagaikan negri awan. Di sana ada rumah yang begitu besar. Besar sekali bagaikan rumah raksaksa. Bahkan ia merasa dirinya seperti seorang liliput yang besarnya hanya sekelingking. Ia pun memasuki rumah yang begitu besar itu melewati celah terkecil. Lalu ia melihat semua barang-barang itu begitu besar. Dan ia melihat seorang raksaksa. Karena Hazzel merasakan firasat buruk jika berlama-lama di rumah raksaksa itu jadi ia segera keluar rumah.

Ia melanjutkan perjalanan dan perjalanan itu membawa dirinya ke sebuah rumah kecil. Ia memasuki rumah itu. Dan menemukan 3 buah mangkok berisi bubur. Di atas meja itu ada mangkok besar, sedang, dan kecil. Lalu ada sendok yang berukuran besar, sedang dan kecil. Serta kursi berukuran besar, sedang dan kecil. Ia pun memakan bubur yang berada di dalam mangkok kecil, lalu ia duduk di kursi berukuran sedang, dan memakai sendok berukuran besar. Setelah makan dengan kenyang ia merasa begitu lapar. Hingga akhirnya ia pun pergi tidur di sebuah kamar yang berisi 3 kasur. Kasur itu berukuran kecil, sedang dan besar. Tapi walaupun memakai kasur yang besar tubuhnya tetap tidak muat. Akhirnya ia menggabungkan semua kasur dan tidur terlelap di situ. Setelah beberapa lama. Ia merasa seperti ada yang sedang membangunkannya ternyata tiga ekor beruang. Ayah, ibu dan anak beruang. Hazzel pun diomeli dengan bahasa yang ia tidak mengerti. Yang ia tahu adalah pasti ketiga beruang itu sedang memarahinya karena ia telah memakan bubur itu. "Dasar gadis tidak tahu sopan santun, memakan bubur dan menggunakan kasur kami tanpa minta izin. Sekarang kau harus menerima hukuman. Yakni kau akan dipenjara di sebuah menara merana yang dijaga oleh naga orange besar. Yang bisa mengeluarkan api dan terbang."

Dan kini di menara itulah ia sekarang berada. Meratapi nasibnya begitu merana seperti menara merana itu. Di menara itu ia menghabiskan waktunya untuk baca novel dan menulis novel."

Ketika malam tiba. Hazzel menatap langit. Ia melihat ribuan bintang membentuk rasi bintang, dan ia pun menatap bulan sabit. Ia menghela nafas. Dan menatap ke bawah menara, begitu jauh dari bawah. Terjun pun ia akan mati. Ia menangis sesenggukan. Lalu ada seorang ibu peri datang. Membelai rambutnya. Lalu sang ibu peri pun membangunkan sang naga dan membebaskan sang naga dari rantai yang telah memanjarakannya. Kini ia merasa bebas. Hazzel pun naik ke punggung naga. Lalu terbang bersama naga. Hazzel memberi sebuah senyuman untuk sang ibu peri dan ia berterima kasih. Kini Hazzel merasa bebas. Ia bahagia. Dan sang naga menurunkannya di sebuah jalan. Hazzel pun berjalan lama tanpa tujuan. Dan kakinya pun menjadi lecet dan kapalan, urat kakinya keluar semua. Ia merasa sedih melihat telapak kakinya serta jari kakinya. Hujan pun turun dan membuat luka di kakinya semakin perih. Dan hujan membuat bajunya menjadi basah dan merasa dirinyakedinginan. Ia tampak begitu berantakan. Kota begitu gelap. Ia menyusuri jalan tanpa kepastian. Hanya kakinyalah yang terus membawanya berpindah tempat bahkan sampai ia berjalan dengan terseok-seok dan akhirnya ia merasa tidak kuat untuk berjalan. Kepalanya pusing, kakinya sakit, ia begitu kedinginan, rasanya untuk bernafas dan berdiri pun sulit, pandangannya mulai buram. Ia pun terduduk dan memejamkan mata. Semuanya tampak begitu gelap segelap mimpi. Bahkan ia tidak tahu ia sedang berada di mana, rintikan hujan yang menghujam ke tubuhnya terasa begitu menusuk. Angin dingin membuat bulu kuduknya berdiri.

Saat itu seorang ibu keluar dari kereta kencananya saat ia ingin masuk ke dalam rumah, ia melihat Hazzel yang begitu pucat. Ia segera membawa Hazzel masuk ke dalam rumah. Memandikannya dengan air hangat dan memakaikan sebuah baju kering. Dan menyuapinya bubur dan roti. Dengan begitu lemas ia mengunyahnya.

Lalu wanita itu pun menyuruh pelayannya menumpukan selusin kasur. Jadi kasur itu terlihat begitu tinggi sekali. Hazzel pun harus menaiki tangga untuk menuju ke atas kasur yang begitu tinggi karena jumlahnya begitu banyak.

Semalaman suntuk ia tidak bisa tidur bahkan sampai pagi hari tiba. Seharusnya Hazzel bisa tidur dengan nyaman di atas kasur itu. Tapi ternyata ketika keesokan paginya sang wanita itu bertanya pada Hazzel apakah ia bisa tertidur dengan nyenyak atau tidak. Dengan lemas Hazzel menggeleng. Sang wanita itu tersenyum "Benarkah?Apakah kau ingin tahu apa sebabnya? Jawabanya adalah karena kau adalah Putri Biji Kapri. Sudah lama kami mencarimu. Ada sebuah ramalan bahwa putra mahkota ku hanya bisa dinikahkan dengan putri biji kapri. Kami pun meminta petunjuk agar bisa mengenalimu. Dan petunjuknya adalah seseorang wanita yang tidak bisa tertidur di atas kasur yang di bawahnya tersembunyi satu biji kapri kecil. Semua orang bisa tidur di atasnya.



Leave a Reply.