_KEGUNAAN LAIN BENTUK-TE

Bentuk-te sangatlah berguna karena dia digunakan di berbagai macam tata bahasa untuk menyatakan beragam ekspresi. Kita akan mempelajari keadaan berlanjut dengan bentuk 「~ている」 dan 「~てある」. Walaupun kita telah belajar berbagai konjugasi verba, semuanya menyatakan aksi sesaat (sekali tembak). Sekarang kita akan belajar cara mengatakan misalnya "Saya sedang berlari." Kita juga akan belajar cara melakukan aksi demi masa depan dengan menggunakan 「~ておく」 dan memberi nuansa gerakan pada aksi dengan 「~ていく」 dan 「~てくる」.

MENGGUNAKAN 「~ている」 UNTUK KEADAAN BERLANJUT

Kita telah belajar cara menyatakan keadaan benda dengan 「です」, 「だ」, dsb. Tapi tidak ada dimensi keberlanjutan pada tata bahasa tersebut; yang ada hanyalah mengungkapkan: kamu adalah sesuatu atau bukan. Tata bahasa kali ini menyatakan keadaan berlanjut suatu verba. Ini biasanya berarti "sedang melakukan" di bahasa Indonesia kecuali beberapa perkecualian yang akan kita pelajari nanti. Kita bisa memanfaatkan bentuk-te yang dipelajari di bab sebelumnya karena yang perlu dilakukan hanyalah menambahkan 「いる」! Hasil gabungannya adalah verba-ru biasa.

「いる」 yang dipakai di sini adalah verba-ru yang menyatakan adanya sesuatu, pertama kali kita pelajari di bab verba negatif. Tapi dalam penggunaan kali ini, kamu tidak perlu memusingkan apakah subjeknya benda hidup atau bukan.

Menggunakan 「~ている」 untuk keadaan berlanjut

  • Untuk menyatakan aksi berlanjut, pertama konjugasikan verbanya ke bentuk-te lalu tempelkan verba 「いる」. Hasilnya berkonjugasi sebagai verba-ru.
  • 例) 食べ → 食べ → 食べている
  • 例) 読 → 読ん → 読んでいる
Hasilnya adalah verba-ru, tanpa peduli apa verba aslinya

Positif

Negatif

Taklampau

読んでいる

sedang membaca

読んでいない

tidak sedang membaca

Lampau

読んでいた

sedang membaca

(lampau)

読んでいなかった

tidak sedang membaca

(lampau)

Contoh

(1) 友達は何をしているの?- Teman(mu) sedang melakukan apa?

(2) 昼ご飯を食べている。- (temanku) sedang makan siang.

Tentu saja setelah kamu mengubahnya menjadi verba-ru biasa dengan cara seperti ini, semua konjugasinya berlaku. Contoh berikut menunjukkan konjugasi bentuk-masu dan negatif:

(1) 何を読んでいる?- (Kamu) sedang membaca apa?

(2) 教科書を読んでいます。- (Saya) sedang membaca buku pelajaran.

(1) 話を聞いていますか。- Apakah kamu sedang mendengarkan? (lit: Apakah kamu sedang mendengarkan pembicaraanku?)

(2) ううん、聞いていない。- Tidak, tidak sedang mendengarkan.

Perhatikan bahwa pada kasus terakhir, bahasa Indonesia yang lebih alami adalah tanpa menggunakan "sedang", misalnya "Kamu ndengerin nggak sih?!?" Walaupun begitu, cara berpikir bahasa Jepangnya yang menggunakan 「~ている」 pun seharusnya bisa dengan mudah dimengerti karena pada waktu tersebut memang orangnya "sedang" mendengarkan (atau tidak).

Karena orang biasanya terlalu malas menggerakkan lidahnya untuk membunyikan 「い」 dengan benar, di situasi yang santai 「い」-nya bisa dibuang begitu saja. Ini adalah kepraktisan untuk berbicara. Kalau kamu sedang menulis esai atau karya tulis, kamu harus selalu menggunakan 「い」. Inilah versi yang disingkat dari contoh-contoh sebelumnya:

(1) 友達は何をしてるの?- Teman(mu) sedang melakukan apa?

(2) 昼ご飯を食べてる。- (temanku) sedang makan siang.

(1) 何を読んでる?- (Kamu) sedang membaca apa?

(2) 教科書を読んでいます。- (Saya) sedang membaca buku pelajaran.

(1) 話を聞いていますか。- Apakah kamu sedang mendengarkan? (lit: Apakah kamu sedang mendengarkan pembicaraanku?)

(2) ううん、聞いてない。- Tidak, tidak sedang mendengarkan.

Perhatikan bahwa saya tetap menggunakan 「い」 untuk bentuk sopan. Walaupun tentunya orang juga membuang 「い」-nya pada bentuk sopan, mungkin sebaiknya kamu membiasakan diri berbicara dengan bentuk standardnya sebelum asyik terbawa penyingkatan-penyingkatan santai. Kamu benar-benar akan terkejut mengetahui banyaknya penyingkatan yang mungkin di pembicaraan santai. (Kamu juga akan kagum bahwa semua hal menjadi sangat panjang di gaya bicara super sopan) Pada intinya, penyingkatan-penyingkatan itu terjadi kalau kamu mengucapkan segala sesuatunya dengan malas-malasan dan menyambung semuanya menjadi satu. Partikel-partikel di sana-sini juga akan dibuang.

Contohnya:

(1) 何をしているの?(Repot banget sih ada partikel segala...)

(2) 何しているの? (Uh, males rasanya ngebunyiin semua vokalnya.)

(3) 何してんの? (Ah, sempurna.)

HASIL BERLANJUT DAN BUKAN AKSI BERLANJUT

Ada beberapa kasus di mana keadaan berlanjut tidak bisa diterjemahkan sebagai "sedang" pada kerangka berpikir bahasa Indonesia. Ini karena sebetulnya ada ambigu mengenai "apa" yang sedang berlanjut pada bentuk 「~ている」: aksinya ataukah hasil aksinya. Maksud sebenarnya bisa diketahui dari konteks dan penggunaan umumnya. Sebagai contoh, walaupun 「結婚している」 secara teknis bisa berarti bahwa suatu pasangan "sedang" melakukan akad nikah (aksi), biasanya ungkapan tersebut digunakan untuk mengacu pada orang yang "telah" melakukan akad nikah dan saat ini sedang berada pada "status" menikah yang terlahir dari aksi akad nikah tersebut (hasil).

(1) 彼女は結婚しています - Dia sudah menikah/Dia berkeluarga. (kalau dijabarkan: Dia "telah" melakukan aksi akad nikah, sehingga "hasilnya" statusnya berubah dari single menjadi menikah, dan status tersebut "berlanjut" sampai sekarang. Jadi 「~ている」 di sini menyatakan aspek keberlanjutan hasilnya.)

Kita akan membahas beberapa verba umum yang sering membuat pelajar bahasa Jepang bingung dalam aspek ini.

「知る」

「知 る」 artinya "tahu". Bahasa Indonesia sebetulnya aneh karena "tahu" adalah suatu verba, padahal fungsinya lebih pada menyatakan keadaan punya pengetahuan. Bahasa Jepang lebih konsisten dan 「知る」 hanyalah verba aksi biasa. Dengan kata lain, aku "tahu" (aksi, misal mendengar berita) sesuatu sehingga sekarang aku tahu hal tersebut (keadaan). Inilah alasannya kenapa kata "tahu" bahasa Indonesia berpadanan dengan keadaan berlanjut di bahasa Jepang, yaitu: 「知っている」.

「知る」 vs 「分かる」

「分 かる」 yang berarti "paham/mengerti" mungkin kedengarannya mirip dengan 「知る」 di kasus-kasus tertentu. Namun ada perbedaan nyata antara "tahu" dan "paham". Jangan sampai menukar-balikkan 「知っている」 dengan 「分かっている」. 「分かっている」 artinya kamu sudah berada di keadaan paham. Dengan kata lain, kamu sudah "ngeh". Kalau kamu salah menggunakan kata ini, kamu akan terdengar sok. ("Iya, iya, aku dah ngerti kok. Jadi plis deh jangan ngomong lagi.") Tapi di lain sisi, 「知っている」 hanya berarti bahwa kamu tahu sesuatu.

Contoh

(1) 今日、知りました。- Saya mengetahuinya hari ini. (Saya melakukan aksi "tahu" hari ini.)

(2) この歌を知っていますか?- Apakah (kamu) tahu lagu ini?

(3) 道は分かりますか。-Apakah (kamu) tahu jalannya? (lit: Apakah (kamu) paham jalannya?)

(4) はい、はい、分かった分かった。 - Iya, iya, ngerti, ngerti.

Verba Gerakan (行く、来る、etc.)

Sangatlah masuk akal kalau kamu menebak bahwa aksi 「行っている」 dan 「来ている」 berarti masing-masing "sedang pergi" dan "sedang datang". Tapi sayangnya tidak begitu. Bentuk 「~ている」 dari verba gerakan lebih menunjuk pada urutan aksi seperti yang kita pelajari di bab sebelumnya. Kamu menyelesaikan gerakannya, lalu sekarang kamu berada di kondisi tersebut. (Ingat, 「いる」 adalah verba yang menyatakan adanya benda.) Mungkin akan memudahkan kalau kamu memikirkannya sebagai dua aksi bertahap dan terpisah: 「行って」、lalu 「いる」.

Ini tentunya sama seperti kasus 「結婚している」 yang telah kita pelajari sebelumnya. Yang berlanjut adalah hasilnya, bukan aksinya. Dengan kata lain, penjabaran 「行っている」 adalah: Kamu "telah" melakukan aksi pergi, sehingga "hasilnya" kamu sekarang berada di tempat tujuan, dan keadaan "sampai tujuan" tersebut berlanjut sampai sekarang.

Contoh

(1) 鈴木さんはどこですか。-Di mana Suzuki-san?

(2) もう、家に帰っている。- Dia sudah di rumah. (telah pulang dan sampai sekarang ada di sana)

(3) 先に行っているよ。- Saya pergi duluan. (Saya akan pergi dan berada di sana sebelum kamu.)

(4) 美恵ちゃんは、もう来ているよ。- Mie-chan sudah di sini loh. (telah datang dan sampai sekarang ada di sini.)

MENGGUNAKAN 「~てある」 UNTUK KEADAAN HASIL

Sebagaimana ada 「ある」 sebagai pasangan 「いる」, ada juga bentuk 「~てある」 yang memiliki arti khusus. Dengan mengganti 「いる」 dengan 「ある」, maksudnya bukanlah keadaan berlanjut tetapi menyatakan hasil dari suatu aksi yang telah dikerjakan. Biasanya, ungkapan ini digunakan untuk menjelaskan bahwa sesuatu telah selesai dilakukan. Aksi yang diselesaikan juga membawa nuansa dilakukan sebagai persiapan untuk hal lainnya.

Contoh

Karena tata bahasa ini menyatakan keadaan dari aksi yang telah diselesaikan, umumnya kita akan menemui partikel 「は」, 「も」, dan 「が」, bukannya 「を」.

(1) 漢字が黒板に書いてある。 - Huruf kanji tertulis di papan tulis. (Seseorang selesai menulisnya, dan hasilnya bisa kamu lihat)

Perhatikan bahwa pola dasarnya yaitu 漢字を書く (menulis kanji) berubah menjadi 漢字が書いてある (kanji telah selesai ditulis dan hasilnya bisa dilihat).

(1) 準備はどうですか。- Bagaimana persiapannya?

(2) 準備は、もうしてあるよ。 - Persiapannya sudah selesai. (sudah dilakukan, dan sebagai hasilnya kita bisa ke tahap selanjutnya)

(1) 旅行の計画は終った?- Apakah rencana perjalanannya sudah selesai?

(2) うん、切符を買ったし、ホテルの予約もしてある。- Iya, saya tidak hanya membeli tiketnya, tapi juga sudah membooking hotelnya. (dan sebagai hasilnya, kita bisa menginap di hotel itu)

MENGGUNAKAN 「~ておく」 SEBAGAI PERSIAPAN UNTUK WAKTU MENDATANG

「~ てある」 memang mengandung nuansa bahwa suatu aksi selesai dilakukan sebagai persiapan hal lainnya. Namun 「~ておく」 secara eksplisit menyatakan bahwa suatu aksi dikerjakan (atau akan dikerjakan) demi masa depan (sebagai suatu persiapan). Bayangkan ini: Kamu telah membuat kue pai lezat dan kamu akan meletakkannya di dekat jendela agar menjadi dingin sehingga bisa kamu makan setelahnya. Ini menjelaskan kenapa verba 「おく」 (置く), yang berarti "meletakkan", bisa dipakai untuk menyatakan persiapan demi masa depan. Walaupun 「置く」 yang berdiri sendiri ditulis dengan kanji, kalau ditempelkan ke bentuk-te biasanya digunakan hiragana.

Contoh

(1) 晩ご飯を作っておく。- Saya akan membuat makan malam (sebagai persiapan, untuk dimakan nanti malam tentunya).

(2) 電池を買っておきます。- Saya akan membeli baterai (sebagai persiapan, untuk dibawa kemah misalnya).

「~ておく」 juga kadang disingkat 「~とく」 demi kemudahan.

(1) 晩ご飯を作っとく。- Saya akan membuat makan malam (sebagai persiapan, untuk dimakan nanti malam tentunya).

(2) 電池を買っときます。- Saya akan membeli baterai (sebagai persiapan, untuk dibawa kemah misalnya).

MENGGUNAKAN VERBA GERAKAN (行く、来る) DENGAN BENTUK-TE

Kamu juga bisa menggunakan verba gerakan "pergi" (行く) dan "datang" (来る) dengan bentuk-te, untuk menunjukkan bahwa aksi dasarnya dilakukan dengan unsur gerakan. Contoh yang paling umum dan berguna dari hal ini adalah verba 「持つ」 (memegang). 「持っている」 berarti kamu sedang dalam keadaan memegang sesuatu (atau memiliki), sedangkan jika 「いる」 diganti menjadi 「いく」 atau 「くる」 maka artinya menjadi kamu pergi atau datang membawa sesuatu. Tentu saja, konjugasinya sama dengan 「行く」 dan 「来る」 biasa.

Contoh

(1) 鉛筆を持っている?- Apakah (kamu) punya pensil?

(2) 鉛筆を学校へ持っていく?- Apakah (kamu) akan pergi membawa pensil ke sekolah?

(3) 鉛筆を家に持ってくる?- Apakah (kamu) akan datang membawa pensil ke rumah?

Untuk contoh-contoh tersebut, mungkin akan lebih mudah kalau kamu memikirkannya sebagai rentetan aksi: pegang lalu pergi, atau pegang lalu datang. Inilah beberapa contoh lain:

(1) お父さんは、早く帰ってきました。- Ayah pulang cepat.

(2) 駅の方へ走っていった。- Berlari menuju arah stasiun.

Pada contoh di atas, sebetulnya verba seperti 帰る dan 走る secara implisit sudah mengandung makna perpindahan tempat. Namun tanpa verba gerakan, kesannya hanyalah satu titik waktu di mana aksi tersebut berlangsung (bayangkan melihat foto orang berlari). Penambahan 行く maupun 来る di sini membuat kesan "bergerak" tersebut lebih kentara dan hidup.

Verba gerakan juga bisa digunakan di ekspresi waktu untuk memberikan gambaran waktu yang maju atau bergerak.

(1) 冬に入って、コートを着ている人が増えていきます

- Memasuki musim dingin, orang yang menggunakan mantel akan bertambah (seiring jalannya waktu).

Pada contoh di atas, kita bisa membayangkan bahwa seiring dengan pergerakan waktu ke masa depan, jumlahnya secara bertahap bertambah.

(2) 一生懸命、頑張っていく

- Saya akan berusaha (menuju masa depan) dengan seluruh kemampuan yang ada!

(3) 色々な人と付き合ってきたけど、いい人はまだ見つからない。

- Saya telah bergaul (dari dulu sampai saat ini) dengan bermacam-macam orang, tapi belum menemukan orang yang baik.

Di contoh atas juga terbayang, seiring majunya waktu, penulisnya bertemu dengan orang-orang baru yang akan menjadi teman bergaulnya.

(4) 日本語をずっと前から勉強してきて、結局はやめた。

- Belajar bahasa Jepang sejak sangat lama dan pada akhirnya berhenti.

Sebagai penutup, perlu diketahui bahwa sebagaimana 「~ている」 bisa disingkat menjadi 「~てる」, pada pembicaraan santai bentuk 「~ていく」 juga bisa menjadi 「~てく」. Lalu, karena kanji 行く juga memiliki bacaan alternatif ゆく, kamu juga akan menjumpai 「~てゆく」 yang artinya tentu saja sama dengan 「~ていく」.

 
1. Menyatakan Kesanggupan

1-1 Cara untuk menyatakan kesanggupan adalah sbb:

1) K. Benda + ga dekimasu (Pel. 18)

(1) Watashiwa unten ga dekimasu = Saya bisa menyetir mobil

2) Bentuk Kamus + koto ga dekimasu(Pel. 18)

(2) Watashi wa oyogu koto ga dekimasu = Saya bisa berenang

3) K. Kerja kesanggupan

(3) Watashi wa oyogemasu = Saya bisa berenang

(2) dan (3) menyatakan hal yang sama, tetapi bentuk (2) boleh dikata lebih sopan.

1-2 Cara membuat K. Kerja Kesanggupan

K. Kerja Kesanggupan

Bentuk Sopan

Bentuk Biasa

I

Kakimasu

Hanashimasu

Machimasu

Kakemasu

Hanasemasu

Matemasu

Hakeru

Hanaseru

Materu

II

Tabemasu

Okimasu

Taberaremasu

Okiraremasu

Taberareru

Okirareru

III

Kimasu

Shimasu

Koraremasu

*dekimasu

Korareru

*dekiru

1-3 Kalimat yang memakai K. Kerja Kesanggupan

K. Kerja Kesanggupan bukannya menunjukkan perbuatan, melainkan keadaan.

Apabila obyek dari K. Kerja transitif ditunjukkan dengan K.Bantu o, jadi dalam kalimat K. Kerja Kesanggupan obyeknya biasanya ditunjukkan dengan ga.

(4) Watashiwa Nihon-go o hanashimasu --> Watashiwa Nihon-go ga hanasemasu.

Perhatikan bahwa K. Bantu yang lain dari o tidak berubah:

(5) Hitori de byouin e ikemasu ka = Bisakah anda pergi ke rumah sakit sendirian?

(6) Tanaka-san ni aemasendeshita = Saya tidak bisa bertemu dengan Sdr. Tanaka.

1-4 Arti K. Kerja Kesanggupan

Sama halnya dengan "Bentuk Kamus + koto ga dekimasu", maka K. Kerja Kesanggupan mempunyai 2 makna, yaitu:

- kesanggupan seseorang melakukan sesuatu

(7) Ari-san wa kanji ga dekimasu = Sdr. Ari bisa membaca Kanji.

- kemungkinan perbuatan pada suatu keadaan

(8) Ano ginkou de doru ga kaeraremasu = Di bank itu kita bisa menukar dolar.

2. Wa yang menyatakan Perbandingan

2-1 Penggunaan wa yang menunjukkan makna perbandingan

(9) Kyou wa ikimasen ga, ashita wa ikimasu = Hari ini saya tidak pergi, tapi besok pergi.

(10) Tanaka-san wa ikimasu ga, watashi wa ikimasen = Sdr. Tanaka akan pergi, tapi saya tidak.

2-2

(11) Osake o nomimasu. Tabako o suimasen = Saya minum sake. Saya tidak merokok.

(11') Osake wa nomimasu ga, tabako wa suimasen = Saya minum sake tapi tidak merokok.

(12) Hiragana ga kakemasu. Katakana ga kakemasen = Saya bisa menulis Hiragana. Saya tidak bisa menulis Katakana.

(12') Hiragana wa kakemasu ga, katakana wa kakemasen = Saya bisa menulis Hiragana tapi tidak bisa menulis Katakana.

Kalimat (11) dan (12) bila diubah menjadi kalimat perbandingan akan menjadi seperti (11') dan (12').

Kata bantu wa tidak dapat dipakai bersama dengan o dan ga; wa dipakai setelah kata bantu yang bukan o dan ga.

(13) Shinjuku e wa ikimasu ga, Ginza e wa ikimasen = Saya pergi ke Shinjuku tapi tidak ke Ginza.

(14) Ginkou de wa okane ga kaeraremasu ga, uketsuke de wa kaeraremasen = Di bank kita bisa menukar uang tapi di respsionis tidak bisa.

(15) Terebi wa robii ni wa arimasu ga, heya ni wa arimasen = Televisi ada di lobi tapi tidak ada di kamar.

3. mada ・・・masen

Artinya: belum~

(17) A: Hiragana ga kakemasu ka = Apakah bisa menulis Hiragana?

B: Iie, mada kakemasen = Belum, belum bisa menulis

Kalimat ini menunjukkan bentuk negatif fari K. Kerja Kesanggupan yang tidak mengandung makna keinginan.

4. ~shika・・・masen

Artinya: hanya/cuma~

4-1 shika disusul dengan bentuk negatif, menunjukkan bahwa selain dari hal itu tidak ada yang lain. shika tidak dapat dipakai bersama dengan kata bantu ga dan o.

(18) Romaji shika kakemasen = Hanya bisa menulis abjad Romawi.

4-2 Selain shika, dake dapat pula dipakai menunjukkan keterbatasan. Tetapi dake bisa dipakai dalam bentuk positif maupun negatif.

(19) Romaji shika kakemasen

(20) Romaji dake kakemasu

(21) Romaji dake kakemasen

Pada (19) dan (20) berarti hanya bisa menulis abjad Romawi.

(21) mengandung arti hanya abjad Romawi yang tidak bisa ditulis.

Untuk menekankan jumlah yang sedikit, shika lebih tepat dipakai daripada dake:

(22) 20 me-toru shika oyogemasen = Hanya bisa berenang 20 meter.

(23) Kuni de 3shuukan shika Nihon-go o benkyoushimasendeshita

= Belajar bahasa Jepang hanya 3 minggu di tanah air.

created by: Grup Belajar Bahasa Jepang - Nihongo o Benkyoushimasu di Facebook
 
1. Menghubungkan ~n desu

Formula:

- K. Kerja bentuk biasa + n desu

- K. Sifat i bentuk biasa + n desu

- K. Sifat na bentuk biasa + n desu

- K. Benda (~da --> ~na) + n desu

~n desu bisa dihubungkan baik dengan K. Kerja, K. Sifat i, K. Sifat na maupun K. Benda. Dengan K. Kerja dan K. Sifat i dapat dihubungkan begitu saja dengan bentuk biasanya.

Tetapi bila dengan bentuk positif Waktu Sekarang dari Sifat na maupun K. Benda maka akan menjadi ~na'n desu, jadi berhati-hatilah.

Bentuk biasa dari ~n desu adalah ~n da, tapi ini biasa dipakai oleh orang laki-laki.

2. Arti dan Pemakaian ~n desu

2-1. ~n desu

1). ~ n desu dipakai pada waktu menerangkan sebab ucapan atau perbuatan kita, atau ucapan lawan bicara.

Contohnya:

- Watashi wa kinou kaisha o yasumimashita. (Pernyataan pembicara).

Netsu ga atta'n desu.

= Kemarin saya tidak masuk kantor. Panas badan saya naik.

Di sini, kalimat yang belakangan menerangkan sebab mengapa si pembicara tidak masuk kantor. Jadi ~n desu menjadi keterangan alasan bagi kalimat sebelumnya.

- A: Ashita pa-tii ni ikimasu ka. (Ucapan lawan bicara)

= Besok anda pergi ke pesta?

B: Iie, ikimasen. Tsugou ga warui'n desu.

= Tidak, saya tidak pergi. Ada urusan.

Di sini, penyebab tidak pergi ke pesta ditambahkan kemudian.

2). Selain untuk menerangkan sebab, ~n desu juga dipakai waktu menerangkan keadaan pada saat itu.

- Ima kara dekakeru'n desu.

= Saya berangkat sekarang.

2-2. ~n desu ka

1) Bentuk kalimat tanya ~n desu ka dipakai pada waktu memintakan keterangan kepada yang diajak bicara tentang apa yang dilihat atau didengarnya.

Misalnya:

- Nihongo ga jyouzu desu ne. Donokurai benkyoushita'n desu ka?

= Anda pandai bahasa Jepang ya. Sudah berpa lama belajar?

Kalimat ini pada hakekatnya sama artinya dengan Donokurai benkyoushimashita ka, tetapi pada benkyoushimashita ka si pembicara tidak menyertakan perasaannya, melainkan menanyakan jangka waktu belajar itu saja.

Sedangkan benkyoushita'n desu ka menunjukkan rasa ingin tahu yang kuat si pembicara setelah mendengar bahasa Jepang yang fasih dari lawan bicaranya.

2) A: (Melihat bahwa lawan bicaranya tidak punya nafsu makan)

Kyou wa amari tabemasen ne. Dou shita'n desu ka?

= Hari ini (anda) tidak makan. Ada apa?

B: Onaka ga itai'n desu.

= Saya sakit perut.

Pada kalimat yang menanyakan sebab, doushite maupun kalimat yang memintakan keterangan tentang keadaan dou shita sering dipakai ~n desu.

Pola kalimat ~n desu ka seringkali mengandung rasa heran (terkejut) atau ragu-ragu si pembicara. Berhati-hatilah memakai bentuk ini karena pemakaian yang salah dapat menimbulkan rasa tidak senang pada yang diajak bicara.

2-3. ~ n desu ga

Contohnya:

- Sentakuki ga ugokanai'n desu ga, chotto mite kudasaimasen ka.

= Mesin cucinya tidak jalan, dapatkah anda memeriksa sebentar?

- Tokei o kaitai'n desu ga, doko de kattara ii desu ka.

= Saya ingin membeli jam. Di mana sebaiknya membelinya?

- Anou, 0-furo no tsukai-kata ga yoku wakaranai'n desu ga...

= Anu, saya tidak begitu mengerti cara memakai ofuro.

~n desu ga berfungsi untuk menarik perhatian orang yang diajak bicara pada topik yang sedang dibicarakan. Ga dalam kalimat ini dipakai untuk menghubungkan 2 kalimat secara longgar, dan menunjukkan keraguan atau perasaan.

2-4. Kasus dimana ~n desu tidak bisa dipakai

Pada waktu hanya akan mengatakan suatu kenyataan saja, maka ~n desutidak bisa dipakai.

Contohnya:

- Watashi wa Indonesia no Eko desu. ( X ・・・ Eko nan'n desu)

= Saya Eko dari Indonesia.

- Ima 9ji 15fun desu. (X ・・・ 15 fun nan'n desu)

= Sekarang jam 9 lewat 15 menit.

Contoh berikut hanya mengatakan suatu kenyataan di masa lampau.

- Kinou wa totemo isogashikatta desu.

= Kemarin saya sangat sibuk.

Sedangkan contoh berikut ini menggunakan ~n desu yang mengandung maksud yang tidak disebutnya, misal "jadi waktu itu saya tidak ikut ke pesta" atau "karena itu saya sekarang lelah sekali", dsb.

- Kinou wa totemo isogashikatta'n desu.

= Kemarin saya sangat sibuk.

3. ~te kudasaimasen ka

Artinya: Dapatkan anda me~ untuk saya?

Ini adalah salah satu cara untuk meminta pertolongan. Cara ini lebih hormat daripada ~te kudasai yang telah dipelajari sebelumnya, karena juga menanyakan kesediaan orang yang diajak bicara.

Contohnya:

- Soujiki no tsukaikata o oshiete kudasaimasen ka.

= Dapatkan anda mengajar saya bagaimana cara menggunakan alat penghisap debu?

4. K. Tanya (+Partikel) + ~tara ii desu ka

Artinya: Sebaiknya ~?

Contohnya:

- Doko de tokei o kattara ii desu ka.

= Sebaiknya dimana saya membeli jam?

- Jikan ni maniawanai toki, dou shitara ii desu ka.

= Kalau tidak keburu, sebaiknya bagaimana?

~tara ii desu ka adalah ungkapan yang dipakai pada waktu meminta petunjuk dari lawan bicara tentang apa yang semestinya atau sebaiknya dilakukan.

Pada kalimat di atas si pembicara ingin membeli jam tetapi tidak tahu sebaiknya dimana membelinya. Oleh karena itu dia meminta supaya ditunjukkan toko yang baik.

 
1. Bentuk masu + nagara

Artinya: Sambil~

Pola kalimat ini dipakai untuk menunjukkan 2 perbuatan yang dilakukan serentak oleh orang yang sama. ~nagara dihubungkan dengan K. Kerja bentukmasu. Perbuatan yang lebih diutamakan ditunjukkan dengan K. Kerja yang diletakkan di belakang nagara.

(1) Ongaku o kikinagara kohii o nomimasu = Minum kopi sambil mendengarkan musik.

(2) Ocha o nominagara hanashimasenka = Bagaimana kalau kita ngobrol sambil minum teh?

2. ~te imasu

2-1 Pemakaian ~te imasu yang telah dipelajari sebelumnya adalah:

1) Menunjukkan perbuatan yang sedang berlangsung

(3) Ria-san wa ima terebi o mite imasu = Sdri. Ria sedang menonton TV.

2) Menunjukkan keadaan yang diakibatkan oleh sesuatu perbuatan

(4) Suzuki-san wa mou kekkon-shite imasu = Sdri. Suzuki sudah menikah.

3) Menunjukkan profesi atau jabatan

(5) Watashi wa jidousha no kaisha de hataraite imasu = Saya bekerja di perusahaan mobil.

2-2 ~te imasu yang kita pelajari sekarang menunjukkan perbuatan seseorang yang sudah menjadi kebiasaan yang maknanya mirip dengan 3) di atas.

Umumnya dipakai bersama dengan K. Keterangan seperti itsumo, mainichi, maishuu, dsb.

(6) Himana toki, itsumo ongaku o kiite imasu = Kalau ada waktu senggang, selalu mendengarkan musik.

(7) Yasumi no hi wa itsumo supo-tsu o shite imasu = Pada hari libur, selalu berolahraga.

3. Bentuk Biasa + shi

3-1 Pada Pel. 9 sudah kita pelajari ~kara yang berfungsi mengungkapkan penyebab atau alasan. Apabila penyebab atau alasan ini ada lebih dari 2, maka dipakai ~shi.

- Nimotsu ga ooi desu = Barangnya banyak (penyebab I)

- Ame ga futte imasu = Sedang turun hujan (penyebab II)

--> takushii de kaerimasu = Pulang dengan taksi.

(8) Nimotsu ga ooi shi, ame ga futte iru shi, takushii de kaerimasu

= Karena barangnya banyak dan sedang turun hujan, maka pulang dengan taksi.

3-2 ~shi tidak hanya menyatakan deretan penyebab atau alasan, tetapi juga mengandung makna "tambahan lagi" atau "apalagi". Apabila K. Bantuga ataupun o diganti dengan mo maka maknanya menjadi semakin kuat.

(9) Nimotsu mo ooi shi, ame mo futte iru shi, takushii de kaerimasu

= Karena barangnya banyak dan sedang turun hujan, maka pulang dengan taksi.

3-3 Apabila induk kalimatnya sudah jelas dari kalimat sebelumnya, adakalanya kita hanya menyebutkan penyebeb/alasannya saja:

(10) A: Zuibun hito ga ooi desu ne = Orangnya banyak sekali ya.

B: Kyou wa nichiyoubi da shi, tenki mo ii shi... (dalam percakapan)

= Karena hari ini hari Minggu, lagipula cuacanya baik...

3-4 ~shi biasanya dipakai untuk menyebutkan lebih dari 2 penyebab, tetapi kadang dipakai pula untuk menyebutkan hanya satu di antaranya. Berbeda dengan pengunaan ~kara, pada penggunaan ~shi terkandung pula penyebab-penyebab yang tidak disebutkan.

(11) Kyou wa samui shi, doko mo dekakemasen

= Saya tidak kemana-mana antara lain karena dingin.

3-5 Cara menjawab kalimat tanya doushite dengan menggunakan ~shiadalah sbb:

(12) A: Doushite itsumo kono su-pa- de kaimono-suru'n desu ka

= Kenapa anda selalu belanja di toko swalayan ini?

B: Nedan mo yasui shi, soreni shinamono mo ooi desu kara

= Harganya murah, apalagi barangnya banyak.

Soreni dipakai pada waktu kita khususnya sedang ingin menyatakan "apalagi" atau "tambahan lagi".

4. Soreni dan Sorede

Soreni dipakai untuk menambah 1 lagi hal atau keadaan kepada yang sudah ada.

(13) Kono hana wa iro ga kirei desu. Soreni nioi mo ii desu.

= Bunga ini warnanya indah. Tambahan lagi baunya juga enak.

Sorede artinya mirip dengan desukara atau dakara (oleh karena itu), dan dipakai pada waktu mengakui kalimat sebelumnya sebagai penyebab/alasan dari kalimat yang akan diucapkan kemudian.

(14) A: Kono resutoran wa ryouri mo oishi shi, nedan mo yasui desu

= Restoran ini makanannya enak, dan harganya juga murah.

B: Sorede hito ga ooi'n desu ne = Karena itu ada banyak orang ya.

5. Zuibun

Zuibun menunjukkan tingkat yang sangat, seperti misalnya 1) luar biasa, 2) banyak, lama dan sebagainya, dan seringkali disertai dengan perasaan heran atau di luar dugaan si pembicara.

1) luar biasa

(15) Kyou wa zuibun hito ga ooi desu ne = Hari ini orang luarbiasa banyaknya ya.

Zuibun yang berarti luar biasa dapat diganti dengan taihen atau totemo.

2) banyak

(16) Zuibun biiru o nomimashita ne = Minum banyak bir ya.

3) lama

(17) Kono dougu wa zuibun tsukatte imasu. Sorosoro atarashii no o kawanakereba narimasen

= Alat ini sudah lama dipakai. Sudah waktunya harus membeli yang baru.

 
TATTA, TADA, SHIKA, DAKE, [PARTIKEL(助詞・接続詞)]

Terkadang kita sering dibingungkan oleh kehadiran partikel-partikel seperti ini. Artinya bisa sama, namun sebenarnya cara pemakaian berbeda-beda. Baiklah, kita bahas satu persatu.TATTA (cuma)Contoh:TADA (biasanya pembicara memandang skala/ukuran kecil)

SHIKA & DAKE Kita sering mendengar ungkapan dake dan shika (artinya hanya). Apakah perbedaan dan bagaimana cara penggunaannya dalam kalimat. Di samping itu banyak sekali ragam selain dake dan shika,,,seperti: bakari,nomi, tatta,tada, tannaru.. .honno,moppara.Kalau dalam bahasa Indonesia misalnya:hanya, saja, melulu, cuma, semata-mata. ..Masalahnya, dalam bahasa Jepang ungkapan tersebut sering divariasikan atau digabung dengan kata depan, bahkan perubahan bentuk kata kerjanya yang membuat kita bingung dan kesulitan. Mari kita perhatikan contoh kalimat berikut:

1. Watashi wa ima (tada) 1000en shika motte imasen.

2. Watashi wa ima (tada) 1000en dake motte imasu. =saya sekarang hanya ada/punya 1000 yen. 

3. Kyuri shika tabenai (makan hanya kyuri/mentimun saja)

4. Kyuri dake tabenai (kyuri/mentimun saja tidak makan) sama halnya dengan Watashi wa butaniku dake tabenai (tidak makan daging babi saja)Pembahasan:shika biasanya diikuti bentuk negatif, tapi kalau dake bisa keduanya.

1. Watashi dake kono paatii de kanoujo o kisu shita(Watashi shika kono paatii de kanoujo o kisu shinakatta)

2. Watashi wa kono paatii dake kanoujo o kisu shita (Watashi wa kono paatii shika kanoujo o kisu shinakatta)

3. Watashi wa kono paatii de kanoujo dake kisu shita(Watashi wa kono paatii de kanoujo shika kisu shinakatta)Apakah dake dan shika juga dapat menggantikan wa sebagai pewatas subjek, de sebagai pewatas keterangan tempat dan contoh 3 menggantikan o sebagai pewatas objek?

(1).Tegami wa watashi shika todokimasendeshita.(hanya/cuma saya yang mendapat surat)(2).Tegami wa watashi dake todokimasendeshita.(hanya/cuma saya yang tidak mendapat surat)

Pengertian kalimat (1) dan (2) jelas berbeda. Kalimat(1) menyatakan cuma saya yang mendapat surat, yang lain tidak. Kalimat (2) menyatakan hanya saya yang tidak mendapat surat,sedangkan yang lain (selain saya) dapat.

Ingat saja polanya (...SHIKA + nai -bentuk negatifsaja) dan (DAKE + bisa negatif/positif) Shika harus diikuti bentuk negatif.Misalnya:Tonikaku, sore wa yaru shika nai wake desuyo! (Pokoknya, kalau itu cuma bisa dikerjakan lho!)*Perasaan apa boleh buat: tidak ada cara selainmengerjakannya. .. *wake=pengungkapan alasan..

Terkadang ada kalimat penggabungan DAKE dan SHIKA

:①.Koko dake de shika kaenai (hanya di sini saja kitabisa beli)

②.Anata dake shika tsukaenain dakara! (hanya kamusaja yang bisa memakainya.. .) *dakara=menyatakanhubungan sebab akibat.

③.Ima dake shika taberarenai pan (Roti yang hanyabisa dimakan sekarang saja) *besok atau lusa rotitersebut tidak dibuat/tidak bisa makan...Biasanya tokoyang menyediakan roti spesial (kikan genteihanbai=penjualan waktu terbatas/tertentu) . Misalnyaroti rasa kare, rasa cokelat melon, dsb...

Hal ini ditujukan sebagai penegas saja (DAKE + SHIKANAI)..

DAKE dan KATA BANTU

Menurut Yoshiyuki Morita (1971), ada perbedaan menarik antara makna "dakede" dan "dedake".(1)a. Chuusha dakede naorub. Chuusha dedake naoru

DAKEDE pada(1a) menyatakan: "Meskipun disertai berbagai macam cara lainnya, minimal hanya dengan suntik akan sembuh". Namun, DEDAKE pada (1b) menyatakan "Dengan cara lain jelas tidak bisa, hanya dengan suntik akan sembuh". Dengan demikian (1a) memiliki arti pembatas minimal yang diperlukan dalam batasan hal/masalah, sedangkan (1b) menyatakan batasan sesuatu hal yang seharusnya dapat diambil sebagai satu cara pengobatan.

[TINJAUAN 2] DEDAKE di sini karena adanya batas dari satu keputusan terhadap cara tindakan pada hal/ masalah yang kenyataannya itu bisa terwujud atau tidak. Bukan fakta kebenaran yang terperinci saja, tetapi kebanyakan konsep ungkapan berasal dari adat kebiasaan, kebenaran, unsur kemungkinan, keterkabulan. 

[TINJAUAN 3] Menurut alasan di atas, jika (1b) diubah ke [Bentuk lampau & selesai] ...DEDAKE...SHITA, serta [Bentuk kesinambungan dan situasi kondisi] ...DEDAKE...SHITEIRU maka akan terasa pelik.(2)a. *Sengetsu hiita kaze wa chuusha dedake naotta. b. *Boku no kaze wa, itsumo chuusha dedake naotteiru. (3)a. Sengetsu hiita kaze wa baiyaku (kusuri) dakede naotta.b. Boku no kaze wa, itsumo baiyaku (kusuri) dakede naotteiru.

[TINJAUAN 4] Karena DEDAKE dianggap sebagai cara bicara yang membatasi hanya suatu perihal/masalah tertentu, maka tidak bisa memperkirakan kondisi yang lain. Oleh sebab itu, "DEDAKE MO"tidak mungkin diungkapkan atau tidak diakui keberadaannya. (4)a. Ano yama wa, jidousha dedake wa noborenai. (kalau cara selain mobil semuanya mungkin..)b. *Ano yama wa, jidousha dedake mo noboreru.

Namun lain halnya dengan DAKEDE,yang asalnya mengandung unsur asumsi (zentei) yang di perkirakan, sehingga bisa dikombinasikan dengan kata bantu [WA atau MO].. 

(sumber:Shinnihongo bunpo kenkyu Akira Kuno p.157-159)
Jika ingin lebih jelas lagi silahkan lihat grup di fb ini link nya https://www.facebook.com/notes/belajar-bahasa-jepang-nihongo-o-benkyoushimasu/partikel/10150599599022624

    Ditulis Kembali Oleh

    Amelia Az-Zahra

    Archives

    June 2012
    March 2012

    Categories

    All
    ことば
    Berita
    Bunpou
    Ict
    Kanji
    Nihonjijou
    Origami

    Sumber/Source